Malam tiba.
Usai makan malam bersama, Alya siap-siap untung packing barang-barangnya beserta barang-barang Adam untuk kembali ke kota M. Besok pagi rencananya mereka akan terbang ke sana pagi-pagi sekali.
"Sayang, bagaimana kalau Abang meminta Ayah untuk memindahkanmu ke kantor pusat? Kalau kamu pindah ke kantor pusat, kita 'kan bisa tinggal dekat dengan kedua orang tua kita," usul Adam.
Oh iya, sekedar info, perusahaan tempat Alya bekerja saat ini merupakan kantor cabang Damar Holdings yang terletak di kota M.
Alya terdiam sejenak memikirkan usulan Adam. "Itu ide yang sangat bagus, tapi asalkan ayah Damar setuju."
"Kamu tenang saja, Sayang. Abang yakin, ayah pasti sangat setuju dengan hal ini. Malahan orang tua kita senang karena kita tidak perlu lagi tinggal jauh-jauh dari mereka."
"Baiklah, kalau kamu begitu yakin. Tapi ... tunggu sampai semua proyek yang aku tangani rampung. Ya, mungkin sekitar 3 sampai 4 bulan lagi."
"Oke, tidak masalah." Adam bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri istrinya. "Sayang, packingnya sudah selesai, 'kan?"
"Sudah. Kenapa?" Alya menatap Adam dengan tatapan curiga, apalagi saat melihat pria itu mengulurkan tangan padanya. "Kamu mau apa?" Sontak Alya menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Melihat tingkah istrinya yang lucu dan menggemaskan, Adam hanya bisa terkekeh. "Tenang saja, Sayang. Sebelum kamu siap melakukannya dengan Abang, Abang janji tidak akan berbuat macam-macam. Ayo, kita tidur sekarang. Besok pagi 'kan kita harus berangkat lebih awal ke bandara. Tidak lucu dong kalau ada drama ketinggalan pesawat gara-gara kita bangun kesiangan."
Alya bangkit dari duduknya, dan dengan cepat beranjak naik ke atas tempat tidurnya. Dia sengaja mengabaikan uluran tangan yang diberikan oleh Adam padanya karena takut suaminya itu mengambil kesempatan untuk berbuat macam-macam.
Melihat Alya mengabaikannya, Adam hanya bisa tersenyum. Dia tahu, tidak mudah bagi Alya untuk menerimanya secepat ini, meski pun istrinya itu sudah mau berbicara dengannya.
"Ini pembatas di antara kita. Kalau kamu berani melewatinya, aku akan membuatmu berakhir di ruang ICU." Alya berkata dengan penuh penekanan sambil meletakkan guling di tengah-tengah tempat tidur.
Lagi-lagi Adam dibuat tersenyum melihat kelakuan Alya. "Sayang, Abang jelas takut masuk ruang ICU. Abang janji, tidak akan melewati batas dan melanggar peraturan yang sudah kamu buat."
"Baguslah kalau kamu mengerti." Alya pun berbaring di atas tempat tidurnya lalu menutupi tubuhnya dengan selimut sampai batas leher. Tidak lupa pula dia berbaring dengan posisi membelakangi Adam setelah mematikan lampu tidur yang ada di dekat kepalanya.
Melihat Alya memejamkan matanya, Adam pun juga ikut berbaring di samping istrinya.
"Sayang," panggil Adam, tapi tidak mendapat sahutan dari Alya. "Kalau misalkan kamu yang melanggar aturan dan melewati batas, bagaimana?"
"Jangan mimpi," jawab Alya sambil masih memejamkan matanya.
Adam tersenyum. "Baiklah. Kalau begitu selamat tidur, Sayang. Mimpikan Abang, ya."
"Idih, ogah."
Adam kembali tersenyum, lalu mengubah posisinya menghadap ke arah Alya yang saat ini tengah berbaring dengan posisi membelakanginya.
.
.
Keesokan paginya.
Bandara Kota M.
Seorang pria berperawakan tinggi dan kekar mengenakan jaket kulit berwarna hitam tengah berdiri menunggu gadis pujaan hatinya. Setahunya, pesawat yang ditumpangi oleh Alya sudah mendarat semenjak beberapa menit yang lalu. Beberapa orang penumpang juga sudah mulai berjalan keluar sambil membawa koper bawaan mereka masing-masing, tapi entah mengapa hingga detik ini Alya belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Kemana dia?" gumam pria bernama Reza tersebut sambil berusaha menghubungi gadis yang ditunggunya.
B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Lia Yulia
Alya sama pawangnya Bang...Abang cari yang lain az ya🤭
2022-11-08
1
Mira Cahyana
lama lama bucin kamu alya ☺
2022-11-08
1