Keesokan harinya.
Hari itu Alya datang lebih lambat dari biasanya, sebab dia terlambat bangun. Semalam gadis itu susah tidur karena menangis memikirkan masalahnya dengan Adam yang membuatnya semakin sakit hati dan membenci kakak kelasnya tersebut.
Namun, pagi itu Alya merasa ada sesuatu yang aneh. Sepanjang dia berjalan menuju kelasnya, para siswa dan siswi yang dia lewati justru malah saling berbisik sambil menatapnya dengan tatapan aneh.
Kenapa sih mereka ngeliat gue sampai segitunya? Apa mungkin gara-gara mata sembab gue kali ya? Duh, jadi ketahuan 'kan kalau gue habis nangis semalaman. Gumam Alya dalam hati, sambil mencoba mengabaikan tatapan aneh yang dilemparkan oleh teman-teman satu sekolahnya tersebut.
"Al ... Alya." Dhea dan July memekik tertahan sambil menyeret Alya masuk ke dalam toilet sekolah.
"Kalian berdua kenapa sih keliatan panik begitu, hah? Ada apa?" tanya Alya penasaran.
"Al ... gawat, Al," kata Dhea.
"Iya, Al, ini benar-benar gawat," tambah July.
"Ini semua salah kita berdua yang kemarin gak mencegah lo mencari gara-gara sama kak Adam," imbuh July.
"Iya, bener. Gue sampai gak tahu gimana caranya buat ngejelasin masalah ini sama lo." Dhea nampaknya sangat frustasi, begitu pula dengan July.
"Memangnya apa sih? Lo berdua tuh kalau ngomong yang jelas dong, jangan bikin gue jadi tambah bingung," kata Alya sambil menatap kedua sahabatnya itu secara bergantian.
Bukannya menjawab, July dan Dhea malah saling menatap, lalu saling melempar untuk menjelaskan pokok permasalahannya pada Alya.
"Lo aja deh yang jelasin, Jul, gue gak tega," ucap Dhea.
"Gak, Dhea, lo aja. Karena masalahnya gue juga gak tega," tolak July.
"Tapi gue-" Dhea mengusap wajahnya dengan putus asa. Mata gadis itu nampaknya sudah berkaca-kaca, begitu pula dengan July. Kedua gadis itu sangat yakin jika Alya, sahabat baik mereka pasti akan merasa sangat terpukul jika sampai mengetahui masalah besar yang menyangkut dirinya.
"Lo berdua kenapa sih? Coba jelasin sama gue. Memangnya ada apa? Kenapa muka kalian berdua kayak itu. Feeling gue jadi gak enak tau gak," kata Alya.
Setelah saling menatap selama beberapa waktu, July dan Dhea pun akhirnya memutuskan untuk menjelaskannya bersama-sama.
"Al, sebagai sahabat terbaik lo dari sejak kita masih sama-sama duduk di bangku SD, SMP, sampai ke jenjang SMA seperti sekarang ini, gue mohon- akh ... sumpah, gue gak bisa ngejelasinnya, Jul. Lo aja deh yang ngelanjutin," kata Dhea.
"Tapi, Dhe, gue juga gak tega, gue gak sanggup," balas July.
"Gini aja, gini aja, karena kita berdua sama-sama gak bisa ngejelasin ke Alya, lebih baik kita share video itu ke dia, biar dia juga bisa liat secara langsung," usul Dhea.
"Oke, sepertinya itu bukan ide yang buruk."
"Video? Video apa maksud kalian?" Seketika Alya merasakan firasat buruk, apalagi saat melihat kedua sahabatnya itu malah memilih bungkam dan tidak ada yang menjawab pertanyaannya.
Ting!
Sebuah pesan video masuk ke inbox Alya, matanya langsung membulat, tangannya terkepal erat, hatinya juga seketika terbakar amarah saat melihat video yang sama yang dilihatnya kemarin di ponsel Adam yang sudah dia hancurkan. Rupanya, hanya menghancurkan ponsel itu tidaklah cukup untuk membuat Adam jera, karena ternyata dia masih memiliki video cadangan.
"ADAM AL-FARIZI!!!!" teriak Alya dengan penuh amarah. Dia akan melabrak kakak kelasnya itu detik ini juga.
Pertama-tama, Alya mencari Adam di kelasnya, tapi pemuda itu tidak ada di sana. Alya yang didampingi oleh Dhea dan July pun segera berjalan menuju kantin, dan disana Alya akhirnya menemukan apa yang dia cari.
"ADAM AL-FARIZI!!!" teriak Alya dengan penuh amarah. Tanpa mempedulikan orang-orang yang ada di sekitarnya, Alya langsung saja melabrak kakak kelasnya itu mendorongnya hingga jatuh dari kursi kantin yang didudukinya. "Dasar kurang ajar lo, ya?"
"Hey, apa-apaan ini, Alya? Kenapa lo ngedorong gue sampai jatuh kayak gini? Emangnya gue salah apa?" tanya Adam sambil berusaha untuk bangkit dari posisinya.
"Cih, lo masih nanya apa salah lo? Hg, luar biasa. Dasar pengecut!" Ucapan Adam yang seolah-olah tidak mengetahui apa-apa membuat emosi Alya semakin terbakar. "Tega banget lo, ya? Gue salah apa emangnya sama lo, hah? Sampe lo tega nyebarin video gue yang kemarin."
"Hey, apa maksudnya ini, Alya? Bukannya lo sendiri yang sudah ngancurin handphone gue kemarin? Apa lo lupa? Jadi mana mungkin gue bisa nyebarin video itu lagi?" kata Adam berusaha membela diri.
"Halah, b*llsh*t. Kalau bukan lo, terus siapa lagi yang nyebarin video ini sampe satu sekolah udah pernah melihatnya?!" Alya menyodorkan layar ponselnya ke depan wajah Adam sehingga membuat Adam bisa melihat video yang sedang terputar di layar ponsel Alya dengan jelas.
"Al-Alya, sumpah, bukan gue yang nyebarin video itu," kata Adam.
"Kalo bukan lo, terus siapa lagi? Masih aja lo gak mau ngaku," kesal Alya. "Gue benci sama lo. Benci banget. Dan sampe kapan pun, gue bakalan tetap terus benci sama lo. Gue gak bakalan maafin lo sampe kapan pun dan gue juga gak bakalan pernah ngelupain kejadian ini seumur hidup gue. Lo udah tega mempermalukan gue satu sekolah, Adam. Ingat itu."
Alya pergi meninggalkan kantin tersebut sambil menangis karena merasa sangat sakit hati pada Adam. Pagi ini dia memutuskan untuk langsung kembali ke rumah dan meminta orang tuanya untuk mengurus surat pindahnya ke sekolah lain. Dia tidak mungkin bersekolah lagi di sekolahnya yang lama setelah semua orang melihat videonya yang sangat memalukan itu. Dan juga, bisa saja di kemudian hari Adam kembali melakukan hal yang lebih parah dan lebih memalukan dari hari ini.
Flashback off.
B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Afternoon Honey
i feel you Alya, be a strong girl
2023-10-25
0
Defi
bisa jadi temannya Adam ini yang nyebarin, kartu memory ponsel milik Adam yang dihancurin Alya mungkin masi bisa diselamatkan 🤔
2023-02-19
0
Lia Yulia
kalau bukan Adam siapa lagi coba yg nyebarin🤔🤔
2022-11-08
1