Sementara itu di tempat lain, mobil jemputan Alya dan Adam sudah melaju meninggalkan lokasi bandara. Alya merasa sangat lega sekali karena Reza tidak mengenalinya tadi. Itu artinya, penyamarannya berhasil!
"Sayang, Abang pasti akan sangat senang kalau seterusnya kamu bisa menutup aurat seperti ini." Adam tersenyum menatap istrinya yang terlihat semakin anggun mengenakan gamis dan hijab. Rupanya, Alya sengaja berpakaian seperti itu dan menutupi wajahnya menggunakan masker agar Reza tidak mengenalinya. Dia belum siap jika seandainya Adam dan Reza harus bertemu secepat ini. Dia masih bingung bagaimana cara memberikan penjelasan pada kedua pria tersebut.
"Maaf, tapi akunya yang belum siap," balas Alya, lalu melepaskan hijab yang sejak tadi menutupi kepalanya, membuat senyuman Adam seketika menjadi pudar. Sepertinya pria itu harus menyediakan stok kesabaran ekstra untuk menghadapi, membimbing, dan mengarahkan istri keras kepalanya itu ke jalan yang benar.
"Aduh ... kok bisa gerah begini, ya?" ucapnya lagi sambil mengibas-ngibaskan kedua tangannya di wajahnya seperti orang yang sok kepanasan padahal kenyataannya tidak.
Sebenarnya Alya melepaskan kain penutup kepalanya itu karena dia tidak suka jika Adam memujinya. Biar bagaimana pun, di matanya Adam masih lah tetap sosok laki-laki yang paling dia benci di muka bumi ini. Meski pun bibirnya berkata sudah memaafkan pria itu, tapi hatinya belum bisa memaafkan sepenuhnya. Apalagi saat mengingat Adam lah penyebab utamanya sehingga dia harus pindah bersekolah di luar kota dan jauh dari kedua orang tuanya.
"Ini kita mau pergi kemana?" tanya Alya saat menyadari mobil yang mereka tumpangi melaju di jalur yang berbeda dengan jalan menuju lokasi apartemennya yang dia huni selama ini.
"Nanti kamu akan lihat sendiri, Sayang," jawab Adam sambil tersenyum menatap istrinya tersebut.
.
.
Kurang lebih setengah jam kemudian. Mobil yang mereka tumpangi akhirnya memasuki kawasan perumahan yang terletak di pusat kota M. Lokasinya juga tidak jauh dari kantor cabang Damar Holdings tempat Alya bekerja.
"Sebenarnya kita mau kemana sih?" tanya Alya semakin penasaran.
"Abang 'kan sudah bilang, nanti kamu akan lihat sendiri, Sayang," jawab Adam.
Mobil yang mereka tumpangi akhirnya berhenti tepat di depan sebuah pintu gerbang berwarna putih. Setelah si sopir membunyikan klakson, seorang satpam terlihat membuka pintu gerbang tersebut agar mobil mereka bisa masuk.
"Eh, ini rumah siapa sih sebenarnya?" tanya Alya penasaran.
"Coba tebak, ini rumah siapa?" Adam malah balik bertanya sambil menatap istri tercintanya itu dengan tersenyum.
"Rumah kamu?"
"Bukan."
"Terus ini rumah siapa? Kenapa kita datang kesini?" tanya Alya.
"Sayang, ini tuh rumah kita. Hadiah pernikahan dari ayah sama bunda," jawab Adam.
"Oh."
"Kok kamu cuma bilang oh sih, Sayang? Memangnya kamu tidak senang ya ayah sama bunda memberikan kita rumah sebagai hadiah pernikahan?"
Alya mendengus. "Bukannya aku tidak senang. Hanya saja ... aku merasa kurang nyaman hidup menggunakan harta orang tua kamu."
"Loh, Sayang. Kamu kok bicara seperti itu?" tanya Adam. Terkadang dia bingung menghadapi sikap Alya yang seperti berubah-ubah.
"Dengar ya Adam Al-Farizi. Jangan pikir aku tidak tahu, laki-laki bentukan seperti kamu itu, yang terlahir dari keluarga kaya raya plus anak tunggal, biasanya hidup hanya bergantung dan mengandalkan harta orang tuanya."
Entah mengapa Adam merasa sedih mendengar ucapan Alya yang seperti itu.
"Jadi ... kalau Abang membeli rumah untuk kamu menggunakan uang hasil jerih payah Abang sendiri, apakah kamu akan senang? Apakah kamu akan bahagia?" tanya Adam ingin memastikan, sambil terus menatap istrinya dengan lekat.
"Ya, tentu saja. Wanita mana sih yang tidak senang dan tidak bahagia memiliki suami yang bertanggung jawab. Dan satu lagi, kalau kamu melakukan itu untukku, aku pasti akan sangat bahagia dan bangga padamu." Alya tersenyum pada Adam lalu turun dari mobil duluan.
Sebenarnya Alya tidak begitu yakin Adam bisa melakukan hal tersebut, karena seingatnya sejak Adam masih sekolah, pria itu suka sekali menghambur-hamburkan uang orang tuanya untuk sesuatu hal yang tidak penting.
B e r s a m b u n g ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Defi
Janji ya Al kalau Adam bisa mewujudkan mimpimu kamu bisa menerima dia apa adanya
2023-02-19
0
Lia Yulia
awas ya Al...kemakan omongan sendiri🤭Adam kan sudah bilang kalau sekarang dia sdh berubah ..
2022-11-08
1