Dug.
Jantung Alya seketika berdebar. Tentu saja dia terkejut mendengar pertanyaan sang papa. Bagaimana mungkin Papa Ilyas bisa berpikir demikian tentang dirinya? Ya, meski pun tidak bisa dipungkiri bahwa hal itu memang benar adanya.
"Ke-napa Papa bertanya seperti itu pada Alya?" tanya Alya. Meski pun dugaan sang papa benar, tapi Alya tidak mau langsung mengakuinya.
Papa Ilyas tersenyum. "Alya, kamu itu putri Papa satu-satunya. Papa sangat mengenalmu, Nak, jadi kamu tidak bisa membohongi Papa."
Alya hanya bisa tertunduk mendengar ucapan sang Papa. Dia juga tidak mau menyangkal hal itu karena takut penyakit sang papa akan semakin parah jika dirinya ketahuan berbohong.
"Nak, dengarkan Papa. Papa dan mama sangat menyayangi kamu, jadi tidak mungkin kami akan memilihkan laki-laki yang tidak baik untuk kami nikahkan dengan putri kami. Adam itu anak yang baik, Papa tahu dia bisa mengambil alih tugas Papa untuk menjaga kamu sebelum Papa pergi."
"Pa, tolong jangan bicara seperti itu. Alya tidak rela Papa pergi. Alya sangat sayang pada Papa dan Mama. Alya mau, selamanya kalian selalu bersama Alya dan menemani Alya sampai kapan pun." Tanpa diminta air mata Alya kembali menetes dengan deras.
"Nak ... jodoh, maut, rezeki, semuanya sudah diatur oleh Allah. Mungkin bisa saja 1 jam lagi, atau besok, lusa, bulan, depan, Papa akan meninggal. Tidak ada yang tahu pasti mengenai hal itu."
"Pa, please jangan bicara seperti itu lagi. Alya paling tidak suka mendengarnya. Pokoknya, Alya mau Papa sehat lagi seperti dulu, bugar lagi seperti dulu, dan tidak sakit-sakitan seperti ini."
Papa Ilyas tersenyum sambil menyeka air mata yang membasahi pipi putri kesayangannya. "Alya, jangan menangis, Nak. Kalau sekarang Papa sakit-sakitan, itu wajar, karena sekarang Papa memang sudah tua. Sudah berumur. Teman-teman Papa yang seumuran dengan Papa semuanya sudah pada menggendong 2 sampai 3 cucu, tinggal Papa saja yang belum. Papa 'kan jadi iri sama mereka, makanya Papa jadi sering sakit-sakitan seperti ini."
"Papa, ih. Bisa-bisanya bercanda dalam keadaan seperti ini."
Papa Ilyas tertawa pelan. "Papa tidak bercanda, Nak. Dalam keadaan Papa yang sudah seperti sekarang ini, tidak ada yang Papa inginkan selain hanya melihat putri Papa satu-satunya menikah dengan pria yang tepat, lalu memiliki anak yang lucu lucu."
Alya hanya bisa menunduk setelah mendengar ucapan sang papa. Meski pun Papa Ilyas tidak mengatakannya secara langsung, tapi Alya bisa mengerti kemana arah pembicaraan sang papa tertuju. Dan meski pun Adam sudah mengatakan pada orang tua mereka untuk membatalkan perjodohan, tapi sepertinya itu tidak ada gunanya sama sekali. Pada akhirnya mau tidak mau, siap atau pun tidak siap, Alya tetap harus menikah dengan Adam demi orang tuanya.
Ya Allah, kenapa takdirku begitu miris seperti ini? Begitu banyak lelaki yang Engkau ciptakan di muka bumi ini, tapi kenapa aku harus dijodohkan dengan laki-laki yang sangat aku benci? Batin Alya.
Seketika perasaan Alya menjadi tidak menentu. Dia tidak begitu yakin, jika dia menikah dengan Adam, rumah tangganya akan bahagia seperti yang diharapkan oleh kedua orang tuanya.
"Alya, kamu itu putri Papa satu-satunya. Percayalah, Nak, Papa tidak mungkin sembarangan memilihkan calon suami untukmu. Papa yakin, Adam itu satu-satunya laki-laki yang pantas dan cocok untuk mengambil alih tugas Papa untuk menjaga kamu."
"Pa ...."
"Alya ... Papa tahu, kamu mungkin masih marah pada Adam perihal masalah yang membuat kamu dulu sampai ngotot ingin pindah sekolah. Tapi ketahuilah, Nak, bukan Adam yang menyebarkan video itu. Dia hanya korban fitnah oleh salah seorang temannya yang tidak bertanggung jawab," jelas Papa Ilyas.
"Dulu, Adam pernah datang ke rumah kita untuk meminta maaf sama kamu dan menjelaskan cerita yang sebenarnya pada kamu, tapi sayangnya waktu itu kamu sudah terlanjur terbang ke kota M bersama mama."
"Dan soal pembatalan perjodohan kalian, Papa sangat yakin, bahwa pasti kamu yang sudah memaksa Adam untuk melakukannya, karena yang Papa tahu Adam itu sangat mencintai kamu. Sudah 7 tahun lamanya Papa menyeleksi dia untuk menjadi menantu Papa. Papa tidak mungkin salah pilih."
Alya menunduk, tidak tahu harus berkata apa. Perihal Adam yang menyukainya sejak dulu hingga sekarang Alya juga sudah tahu hal itu. Apalagi Adam memang sempat mengungkapkan semuanya padanya tadi. Hanya saja, Alya tidak pernah menyangka bahwa selama 7 tahun ini mereka tidak pernah bertemu, ternyata pria itu diam-diam malah melakukan pendekatan dengan kedua orang tuanya, terutama sang papa.
"Nak, menikahlah dengan Adam. Demi Papa. Papa mohon, tolong kabulkan keinginan terbesar Papa sebelum Papa meninggal," pinta Papa Ilyas.
"Pa, tolong jangan bicara seperti itu," kata Alya. "Oke, Alya janji akan menikah dengan Adam, tapi Papa juga harus berjanji, setelan Alya menikah, Papa harus sehat lagi seperti dulu. Oke?"
Papa Ilyas tersenyum, lalu membalas ucapan putrinya tersebut dengan anggukan. Pria paruh baya itu akhirnya bisa merasa sangat lega karena akhirnya putrinya mau menuruti keinginannya.
B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sweet Girl
Khan sudah di bilang Jodoh, Rezeki dan Maut ada dari Alloh.
Dan menurut orang tua mu, Adam adalah laki laki yang baik.
2023-10-30
0
Sweet Girl
Ya jelas Taulah...
saat datang ngelamar Adam datang dg begitu bahagia kok.
terus bukan semata dijodohin orang tua, to Adam jg yg minta.
2023-10-30
0
Defi
Walaupun Adam baik tapi Papa Ilyas tetap saja ego memaksakan kehendaknya pada Alya
2023-02-19
1