Eh, Adam. Duduk, duduk." Papa Ilyas mempersilahkan calon menantunya itu untuk duduk.
"Terima kasih, Om." Adam melirik Alya yang saat ini sedang duduk di samping bundanya. Dia langsung menundukkan pandangannya ketika kembali mengingat permintaan Alya yang baru akan memaafkannya jika dia mau mengatakan pada kedua orang tua mereka untuk membatalkan perjodohan.
Sementara itu, senyuman di bibir semua orang perlahan-lahan mulai memudar ketika melihat ekspresi wajah Adam yang nampaknya berbanding 180 derajat dibandingkan sebelum dia dan Alya keluar ke taman belakang. Mereka semua yakin, pasti ada sesuatu yang terjadi di antara Adam dan Alya. Kecurigaan mereka semakin kuat saat melihat Alya juga saat ini ikut menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Adam, ada apa, Nak? Kenapa wajah kamu ditekuk seperti itu, hm?" tanya Bunda Aini khawatir. Sebagai seorang ibu yang sudah membesarkan putranya selama 25 tahun, Bunda Aini paling tahu sifat putra semata wayangnya tersebut.
Melihat Adam tidak menjawab pertanyaan bundanya, Mama Rosa pun juga ikut bertanya pada putrinya.
"Alya, ada apa ini? Apa terjadi sesuatu saat kalian bicara berdua di taman belakang tadi?" Mama Rosa kini sudah duduk di samping Alya. Namun, Alya pun juga sama, di juga enggan memberikan penjelasan. Menurutnya, dalam hal ini dia tidak boleh mengambil keputusan di hadapan semua orang untuk membatalkan perjodohan mereka, melainkan Adam lah yang harus menolaknya di hadapan kedua orang tua mereka, barulah perjodohan mereka bisa dibatalkan.
"Jawab Alya, kenapa kamu diam saja?" Mama Rosa yang sudah terlanjur khawatir tanpa sengaja mengguncang pelan tubuh putrinya, tapi meski pun demikian Alya masih saja memilih bungkam.
Bunda Aini bangkit dari tempat duduknya lalu menghampiri putranya. "Adam, katakan sesuatu, Nak. Apa yang terjadi sebenarnya, hm?"
"Aini, duduklah lagi. Biarkan anak-anak menjelaskan semuanya pada kita tanpa tekanan." Papa Alya mempersilahkan ibunda Adam untuk duduk kembali di kursinya. "Alya, Adam, tolong jelaskan pada kami, apa sebenarnya yang terjadi? Jangan membuat kami khawatir."
Sebelum menjawab pertanyaan Papa Ilyas, Adam terlebih dahulu melirik ke arah Alya, tapi Alya diam-diam malah memberinya kode sebuah kepalan tinju. Adam yakin, Alya pasti juga mendesaknya untuk segera angkat bicara dan menjelaskan semuanya di hadapan kedua orang tua mereka.
"Ah ... mm ... Ayah, Bunda, Om, dan Tante. Sebenarnya ... Adam ingin mengatakan sesuatu hal yang sangat penting pada kalian semua." Adam kembali menunduk setelah mengucapkannya.
Baik Mama Rosa, Papa Ilyas, Bunda Aini, maupun Ayah Damar semuanya saling melirik secara bergantian, semuanya merasa cemas dan deg-degan menunggu ungkapan yang akan dinyatakan oleh Adam.
"Sebelumnya Adam minta maaf karena terpaksa mengatakan ini pada kalian semua." Lagi-lagi Adam kembali menunduk. Sungguh ini terasa sangat berat baginya, melepaskan impian terbesarnya selama bertahun-tahun untuk hidup berdampingan dengan gadis yang sangat dicintainya. Tapi meski pun begitu, mendapatkan maaf dari Alya jelas tidak kalah pentingnya bagi Adam, karena percuma mereka hidup bersama kalau Alya masih belum juga memaafkan semua kesalahan yang sudah dia perbuat di masa lalu. "Adam mau ... perjodohan Adam dan Alya ... dibatalkan saja."
Bagai tersambar petir di siang bolong, semua orang tentu merasa sangat terkejut mendengar pernyataan tersebut. Terkecuali Alya yang kini tersenyum puas dan penuh kemenangan dalam hati.
Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah karena Engkau telah memberiku jalan keluar untuk masalahku yang satu ini. Batin Alya penuh syukur.
Namun, rasa senang dan bersyukurnya itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba saja penyakit jantung Papa Ilyas kambuh.
"Akh- dadaku, dadaku sakit sekali." Papa Ilyas meringis kesakitan sambil memegangi dada sebelah kirinya. Hal itu tentu saja membuat semua orang menjadi panik.
"Pa! Papa! Papa kenapa, Pa?!" Alya langsung berhambur menghampiri sang papa dan bersimpuh di hadapannya.
"Al-ya, anak Papa ...." Papa Ilyas membelai puncak kepala putrinya lalu tidak sadarkan diri lagi.
"Pa! Papa!!! Jangan pergi, Pa!!!" teriak Alya sambil menangis ketakutan dan memeluk erat tubuh sang papa.
"Papa!!! Papa!!! Sadar, Pa!!!" teriak Mama Rosa yang tidak kalah panik dan ketakutannya.
Tidak berselang lama kemudian semua orang yang ada di sana pun segera melarikan Papa Ilyas ke rumah sakit terdekat.
B e r s a m b u n g...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sweet Girl
Nah Alya...
berkat ulahmu, sekarang Ayah Ilyas, Anfal lag.
2023-10-30
0
Defi
Alya pasti serba salah, mengikuti kemauan orang tuanya tapi hidupnya yg menderita. menolak perjodohan malah sakit Ayahnya kambuh.. Sabar ya Al semoga kamu memperoleh jalan keluar yang tidak menyakiti siapapun
2023-02-19
1
Zahfira Khairani
gk bs jg nyalah kan alya...semua org tua mau anknya bahagia..tp ingat,org tua tu jg manusia biasa bukan Tuhan yg bs mastikan kehidupan anknya bahagia jika mengikuti pilihan org tuanya..
2022-11-19
1