Alya keluar dari kamar mandi mengenakan setelan ala rumahan, lalu duduk kembali di depan meja riasnya, tanpa mempedulikan keberadaan Adam yang saat ini selalu ingin dekat dengannya.
"Sayang, kamu marah ya sama Abang? Abang 'kan cuma bercanda," tanya Adam. Pria itu sekarang sedang berdiri tepat di belakang istrinya.
Ish, Abang, Abang. Bambang kali. Batin Alya kesal sembari mengoleskan pelembab di wajahnya.
"Sayang, kamu tadi mau kunci ini, 'kan?" Adam menggantung kunci itu tepat di atas kepala Alya. Ketika Alya ingin mengambilnya, Adam kembali mengangkat tangannya tinggi-tinggi sehingga istrinya itu tidak bisa menggapai dan merebut kunci itu darinya.
"Kamu pasti sengaja mempermainkanku, ya?" kesal Alya, lalu melanjutkan kembali aktifitasnya dan mencoba mengabaikan Adam yang sepertinya sedang ingin bermain-main dengannya.
"Sayang, jangan marah dong. Abang 'kan cuma bercanda." Adam meletakkan salah satu tangannya di pundak istrinya tapi Alya langsung menepisnya dengan cepat.
"Jangan pegang-pegang. Minggir sana." Alya bangkit dari kursi meja riasnya, lalu beranjak keluar dari kamar meninggalkan Adam yang masih berdiri di tempat.
Ketika Alya baru saja keluar kamar, tiba-tiba ponselnya yang ada di atas tempat tidur berdering. Adam yang penasaran siapa yang menghubungi istrinya itu pun segera mengeceknya. Kening pria itu langsung mengkerut saat melihat seorang pria bernama Reza menelpon istrinya. Yang membuat perasaan Adam tidak enak, foto profil akun WhatsApp pria bernama Reza itu menggunakan foto istrinya.
Adam membiarkan telepon itu berdering sampai akhirnya mati sendiri. Tidak lama kemudian 3 buah pesan masuk dari nomor yang sama.
Reza : Lagi sibuk ya sayang?
Reza : Besok aku jemput kamu di bandara ya😘
Reza : See U❤
Adam menggenggam ponsel Alya dengan sangat erat. Rasa marah, sedih dan cemburu seketika menjadi satu dan menyelimuti hatinya.
Apa ini salah satu alasan Alya tidak mau menerimaku sebagai suaminya? Itu karena dia sudah memiliki laki-laki yang dia cintai selama ini. Batin Adam, seketika perasaannya menjadi galau.
Adam meletakkan ponsel Alya ke tempatnya semula, lalu keluar ke balkon untuk menenangkan diri.
.
.
Sore hari menjelang. Mama Rosa dan Papa Ilyas akhirnya kembali ke rumah.
"Al, Adam mana?" tanya Mama Rosa.
"Dia ada di kamar, Ma," jawab Alya sambil fokus memainkan ponselnya.
"Di kamar? Sedang tidur?" tanya Mama Rosa ingin memastikan tapi Alya malah mencebikkan bahunya sebagai jawaban pertanda dia juga tidak tahu.
"Loh, loh, loh. Kamu ini jadi istri bagaimana sih, Alya? Masa kamu tidak tahu suamimu sedang apa?" kata Mama Rosa lagi, tapi putrinya itu nampak cuek dan tidak peduli. "Apa dia sudah makan? Tadi pagi sebelum Mama dan Papa berangkat, Adam belum mau makan karena menunggu kamu pulang."
Mendengar ucapan sang mama, Alya langsung terkejut.
Hah, berarti kalau begitu, dia belum makan dari tadi pagi. Batin Alya. Seketika dia menjadi khawatir. Namun jangan salah paham, Alya khawatir bukan karena dia perhatian pada Adam, tapi karena dia tidak mau orang tuanya dan orang tua Adam menyalahkannya karena pria itu sakit gara-gara telat makan.
Mama Rosa berjalan menuju meja makan lalu membuka tudung saji. Wanita paruh baya itu langsung menggelengkan kepalanya saat melihat makanan yang ada di atas meja masih utuh, persis seperti saat dia tinggalkan tadi pagi. Itu artinya, menantunya memang belum pernah makan sejak tadi pagi.
"Alya! Berhenti main handphone! Cepat panggil Adam untuk makan!" titah Mama Rosa setengah berteriak karena kesal dengan kelakuan putrinya.
"Ck, Mama ih. Baru aja kemarin punya menantu, tapi sekarang sudah bentak-bentak anaknya," kesal Alya lalu beranjak naik ke kamarnya.
Mama Rosa hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri semata wayangnya itu. Wanita paruh baya itu mengambil semua makanan yang ada di atas meja untuk dia hangatkan sebelum dimakan oleh menantunya.
.
.
Alya membuka pintu kamarnya dengan pelan, lalu mengintip dari balik pintu, tapi dia tidak melihat penampakan Adam di dalam sana.
"Kemana dia?" gumam Alya seraya masuk ke dalam kamarnya. "Apa lagi di kamar mandi?"
Alya berjalan menuju pintu kamar mandi lalu mengetuknya sambil berteriak memanggil-manggil nama Adam, tapi tidak ada sahutan. Bahkan suara percikan air pun tidak terdengar di dalam sana.
"Jangan-jangan dia pingsan." Alya memutar gagang pintu kamar mandi dengan cepat. Untungnya pintu kamar mandinya tidak terkunci. Setelah Alya periksa, kamar mandinya ternyata kosong, tidak ada Adam di dalam sana.
Pergi kemana Adam? Perasaan Adam juga tidak pernah turun ke lantai bawah semenjak Alya meninggalkannya tadi. Bahkan saat Alya kembali ke kamar untuk mengambil ponselnya, Adam memang sudah tidak ada di kamar. Begitu pikir Alya.
Ah, apa jangan-jangan dia ada di balkon. Batin Alya. Dan ternyata setelah Alya periksa, memang benar dugaannya, pria itu sedang duduk sendirian di balkon kamarnya, sambil termenung dan menatap lurus ke depan.
Alya berjalan menghampiri suaminya dengan canggung. "Hey. Mama ... mama memanggilmu untuk turun makan di bawah."
Adam terdiam sejenak sebelum membalas ucapan istrinya. "Abang tidak lapar," ucapnya datar tanpa sedikit pun mengalihkan pandangannya ke arah Alya.
"Ya sudah kalau kamu tidak lapar." Alya berkata dengan cuek lalu masuk kembali ke kamarnya meninggalkan Adam yang masih duduk di balkon.
Dia pikir aku akan membujuknya. Jangan mimpi. Batin Alya.
Sementara itu, Adam hanya bisa mendengus kasar saat melihat betapa tidak pedulinya Alya padanya.
Alya, maafkan Abang kalau Abang harus egois. Meski pun Abang tahu kamu memiliki pria idaman lain di hatimu, tapi ketahuilah bahwa Abang tidak akan pernah melepaskanmu sampai kapan pun. Abang akan terus berjuang sampai kamu siap menerima Abang sebagai suami kamu. Gumam Adam dalam hati.
B e r s a m b u n g
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
FiaNasa
kalaupun Alya pisah m Adam belum tentu dapat pria sebaik & setulus adam
2023-10-16
0
Lia Yulia
kasian ya..m
2022-11-08
1
Lia Kiftia Usman
suka baca nya .. thor, hanya masih ilfil sikap alya jd adam..
2022-11-08
1