Bertemu kawan lama

Jaden kemudian menepuk pundak Barry.

"Lama sekali kita tidak berjumpa dan kau menenteng sayuran di tanganmu?" tegur Barry.

"Haha, aku hanya membantu istriku," jawab Jaden.

"Kau jadi memperistri wanita itu? si Celine?" ucap Barry.

"Iya, aku sudah punya anak satu, hanya Kak Belva yang mendukung kami selebihnya tidak ada."

Jaden membuka luka lama yang kadang membuatnya kesal, dia memang orang yang tidak memiliki apapun, tapi dia berusaha keras untuk membahagiakan keluarganya.

Akan tetapi yang dicari oleh ayah Celine, harus kaya raya dan memiliki tahta.

Dia harus menikahi Celine, bukannya dia memaksa wanita itu, namun Celine sedang dalam keadaan depresi dan memutuskan untuk mengakhiri hidup.

Alhasil Jaden lebih memilih keselamatan Celine, dan menikahinya tanpa restu ayah Celine yang sejak awal tidak menyukainya.

"Hebat kau, aku belum juga menikah. Anggi masih menungguku, aku kan belum sukses."

"Haha, sepertinya nasibku jauh lebih baik darimu. Celine, tidak mau bersamaku ketika aku sukses."

"Haha, kenapa kita memiliki nasib yang jauh berbeda, tapi aku tidak masalah karena Anggi setia, selama ini kita masih berhubungan hanya saja dia sering keluar kota. Jika dia mendua aku pun tak permasalahan kita pasti ada banyak pria yang lebih tampan dan kaya."

"Jangan patah semangat seperti itu, Anggi pasti akan menjadi wanita yang sangat kau cintai nantinya, dia sudah jodohku pasti akan kembali meski sebelumnya harus mendua lebih dulu."

"Haha, kenapa kata-katamu sangat kurang ajar!"

"Haha, lebih baik ke rumahku saja, istriku akan memasak sayur dan olahan lainnya, sekarang rumahku ada di dekat sini saja."

"Wee, kenapa? pemilik bengkel itu banyak tingkah ya?"

"Tidak, dua bulan lagi aku harus latihan full time, sedangkan aku meninggalkan anak dan istriku di rumah. Musuhku tidak akan membiarkanku berada dalam ketenangan, saat latihan harus benar-benar fokus. Bos Nando ingin aku tinggal di rumah yang biasa kita tinggali dulu. Jadi, aku pindah lah kemari."

"Ide bos, aku juga tetapi aku belum ada waktu untuk kembali bertarung, pekerjaan kantor terlalu banyak."

"Ya, kau itu tidak perlu kembali ke atas ring, harusnya tetap bekerja di kantor saja."

"Iya, di kantor gajinya sangat jelas hanya saja banyak lembur. Aku masuk ke kantor itu juga karena bos Nando, dia kan memiliki banyak teman dan aku ditarik olehnya. Lalu, kenapa kau tidak mau menjadi pekerja kantoran?"

"Aku mau, hanya saja menjadi petarung adalah cita-citaku dari dulu. Kita terlalu lama mau ngobrol di sini, ayo main ke rumahku, kita bisa mengobrol banyak hal."

"Tidak, aku ada urusan di pasar. Dua hari lagi aku akan mengadakan beberapa acara di rumah, temanku ada yang berjualan di pasar dan dia sudah membeli banyak bahan makanan, aku hanya tinggal mengambilnya saja."

"Acara apa?"

"Aku naik pangkat, aku juga pindah rumah, tetapi karena kita hanya orang biasa, kita harus memahami keadaan, jangan lupa bersyukur. Aku mengadakan acara untuk teman kantorku dan tetangga baruku. Kau bisa datang nanti, aku ada di jalan xx."

"Wah ... ternyata kau sudah sukses ya? tidak menghirup bajumu yang gampang samping ini ternyata milik seorang presdir."

"Haha, tidak juga."

Obrolan keduanya berakhir ketika Barry panggilan dari salah satu temannya agar segera datang ke pasar, Barry berpamitan kepada Jaden.

Dia ternyata naik angkutan umum waktu mengambil barang-barang di pasar yang sudah ia beli.

Barry ingin menjadi gembel agar tidak dikenali oleh teman-temannya, dia dikenali hanya karena jabatannya saja.

Makanya dari dulu, Barry hanya cocok berteman dengan Jaden.

Keduanya satu pemikiran sederhana, tapi memiliki prinsip yang teguh.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!