"Kak, ayah masih saja meneror, aku tidak mengatakan ini kepada suamiku, aku cemas dia merasa kesal dan menantang ayah berkelahi," ucap Celine was-was.
"Kau seharusnya mengatakan ini semua karena tidak menutup kemungkinan suamimu justru membantumu."
"Aku sengaja tidak mengatakannya karena takut, rasanya sangat tidak nyaman. Aku hanya tidak mau ayahku mendapatkan amarah dari suamiku tercinta."
"Iya, suamimu memang sangat temperamental dan tidak bisa menahan segala emosinya Tapi saat aku melihatnya merawat bayi, semua anggapan itu musnah seketika dan menjadi satu titik di mana aku merasa kagum terhadap suamimu yang mau membantu dirimu dalam urusan menjaga."
Belva merasa sudah memberikan restu kepada orang yang tepat karena selama ini, sang kakak sudah mengenal seorang sosok bernama Jaden.
Jaden bukan dari kalangan orang-orang yang memiliki penghasilan yang banyak tetapi dia memiliki sebuah hati yang sangat tulus.
Pria yang juga mencintai adiknya.
"Kak, aku minta tolong kepadamu jangan sering datang kemari, akan ada beberapa orang yang menghajar mu nanti di jalan. Aku sangat takut, tolong kau dengarkan aku sekali saja!" pinta Celine mencoba memberikan peringatan.
"Aku tidak akan pernah datang kemari hanya saja ingin menyamar menjadi orang lain, ini cukup mudah karena aku hanya merubah wajahku sedikit, mereka tidak akan mengenal aku."
Belva begitu percaya diri mengatakan hal itu tetapi, sang adik, masih merasa ada suatu hal yang akan terjadi pada kakaknya.
"Kak, anak buah ayah sangatlah banyak jadi kau jangan bermain-main dengannya, Aku ingin kau baik-baik saja kak! jika anakku besar dan kami sudah tiada, karena kesalahan kami, dengan siapa anakku nanti? kau juga harus memikirkan semua itu, jangan hanya egois aja!"
Sang adik mencoba mengatakan apa yang ada di dalam hatinya karena dia sangat sayang kepada Belvara.
Beberapa menit kemudian, Belva senyum ketika mendapati sang adik menghampirinya di dapur.
"Loh, Kenapa istriku menjadi cengeng? Apakah semua ini ulah mu?"
"Haha, sama sekali bukan, aku hanya menghiburnya sebagai seorang kakak."
Belva lalu memeluk tubuh adiknya yang terlihat lebih gemuk dari sebelumnya.
"Wah, kau sekarang gemuk ya?"
"Hehe, iya kak. Aku mudah sekali berbadan besar karena banyak makan," cetus sang gadis sambil sok manis di depan seorang pria berbadan kekar.
"Kau kenapa senyum-senyum seperti itu?"
"Aku udah merayu suamiku agar nanti malam bisa tempur lagi."
Sang adik memang sudah terkontaminasi oleh kakaknya, sang kakak yang terlihat pendiam tetapi sangat berpengalaman, mencoba untuk tetap tersenyum meskipun hatinya sakit mendapati sangat tidak bisa hidup layak seperti dirinya.
"Adik, aku tahu kau merasa sedih jadi jangan pernah menjadikan dirimu sebagai orang yang tidak berguna, aku sudah berada di tempat ini selama bertahun-tahun dan memberikannya kepadamu, rumah pertama ketika aku mendapatkan uang. Ayah mendisiplinkan aku dan kebetulan aku menjadi seorang pengusaha sukses dan kini apa yang dia berikan padaku semuanya menjadi satu dalam doa yang aku panjatkan kepada Tuhan yang maha esa."
"Ya kak," jawab adiknya.
Sang kakak terlihat berpamitan dan berjanji akan kembali lagi namun tidak bisa menyebutkan tanggal dan bulan, dia terlihat sangat patuh kepada bosnya.
"Kak, makan dulu, setidaknya kau harus mengisi perutmu sebelum pergi."
"Makasih dek," jawab sang kakak yang terlihat berjalan menuju meja makan.
Akhirnya sang kakak, menuruti apa yang diinginkan.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments