Jaden terlihat bersemangat dalam memindahkan barang-barang ke dalam rumah, sekalian dia menata ulang semua barang-barang yang ada di sana.
Jaden juga bersih-bersih dan melakukan beberapa tindakan agar ruangan menjadi lebih bersih dan rapi.
Satu jam lebih berlalu, Jaden dan bibi, sudah selesai melakukan pekerjaan mereka.
"Sudah selesai, huft! haus," ucap bibi.
"Aku ambilkan air di dapur, bos Nando bilang sudah menyediakan kulkas dan minuman segar di sana tetapi tidak ada sayur," ujar Jaden.
"Heh? aku hanya membutuhkan minuman bukan sayuran, kau ini kenapa?"
"Haha ... aku teringat akan kata-kata istriku jadi mengatakan sayur kepadamu, sebentar ya aku akan mengambilkan minum untuk bibi."
"Astaga, dasar! semua pria selalu seperti itu, terlalu mencintai istrinya dan lupakan segalanya."
Sang bibi sudah memahami hal ini dan tidak akan berdebat lagi.
Jaden berada di dapur dan membuka lemari es, minuman segar yaitu jus jeruk.
Dia mengambil jus yang ada di botol itu dan menuangkannya ke dalam dua gelas yang sudah tersedia di sana.
Jaden meletakkan 2 gelas jus jeruk itu di atas nampan.
Lalu, menyajikannya kepada bibi.
Dia kini sudah berada di ruang tamu, dia meletakkan nampan di atas meja.
"Minumnya bibi."
"Oke."
Bibi Arneth terlihat sedang meminum segelas jus yang sangat segar, begitu juga bibi.
Setelah itu, Jaden berpamitan ingin pergi ke pasar agar bisa membeli sayur.
"Ok, kau pergilah, punya uang tidak?"
"Aku punya, aku pergi dulu ya? bibi jaga istri dan anakku."
"Siap!"
Jaden belum meminum segelas jus itu tetapi sudah pergi, Jaden berjalan ke pasar yang tak jauh dari tempat itu.
Beberapa menit kemudian, dia sudah sampai di pasar.
Badannya yang kekar, membuat Jaden terlihat sangat maju dan digoda oleh beberapa gadis yang berjualan sayur.
"Wah, kenapa tuan yang membeli sayur? dimana istrinya?" tanya seorang penjual.
"Aku tidak perlu mengatakan kepadamu karena kau bukan siapa-siapa, tolong bungkus sayur ini dan ini."
Mendengar Jaden berkata dengan lantang dan jelas, membuat penjual tidak berani mengatakan maupun sehingga langsung membungkus sayur yang sudah dipilih.
Jaden segera membayar sayuran itu dan pergi.
Para gadis yang menjadi penjual begitu kagum dengan sosok Jaden.
"Wah, kalau aku memiliki suami seperti itu pasti aku akan merawatnya dengan baik, dia sangat memanjakan seorang wanita."
"Iya, apa yang kau katakan ada benarnya, aku juga akan melakukan hal yang sama denganmu."
"Wah, ternyata selera kita tinggi juga ya."
"Iya hahahaha."
Ketika gadis-gadis sedang membicarakannya, Jaden sedang membeli daging dan susu, perlengkapan bayi lainnya yang sekiranya sudah habis.
Kali ini Jaden tidak mendapatkan perhatian yang berlebihan karena penjualnya adalah seorang laki-laki.
"Wah, kau hebat, lanjutkan menjadi ayah yang hebat!"
Hanya tentu saja yang dikatakan oleh penjual.
"Aku hanya membantu Istriku itu saja."
Jaden kemudian membayar semua belanjaannya dan pergi..
Dia merasa bahwa dirinya tidak terlalu baik, belum bisa membahagiakan keluarga kecilnya.
Jaden hanya bisa mengajak istrinya tinggal di rumah yang sederhana, meskipun sudah jauh lebih baik dari yang dulu.
Jaden berjalan perlahan meninggalkan pasar, tapi dia tidak menyangka akan bertemu dengan seorang pria yang pernah bertarung dengannya.
"Barry?" ucap Jaden.
"Jaden?" jawab Barry.
Keduanya saling menatap, bukan yang sangat garang dan mengkhawatirkan.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments