Belvara terlihat masuk ke dalam mobil sambil mengumpat.
Dia memang tak suka dengan si pria kurang ajar itu.
"Apakah dia sadar, dia itu siapa?"
Belva tidak habis pikir dengan otak Franko, pria menyebalkan itu ternyata memiliki hal yang tida pantas di banggakan.
Selain licik, Franko juga menyebalkan.
Dia tidak mau terlalu lama berada di rumahnya yang sudah seperti neraka itu, pada dasarnya tidak masalah tinggal bersama seorang ayah yang cukup arogan.
Belva mencoba untuk memahami sang ayah yang cukup membuatnya pusing.
Meskipun begitu, dia sangat sayang dan tidak akan pernah meninggalkannya.
Sebenarnya, Belva juga sedang dalam masalah.
Dia sangat ingin menikah dengan sang kekasih hati, tetapi dia hanya akan memperkeruh suasana jika itu terjadi pada hari ini.
Di saat Belva menghidupkan mesin mobil dan tancap gas menuju rumah Jaden, tiba-tiba saja panggilan dari sang ayah membuatnya terkejut.
"Astaga, ayah. Mau apa lagi pria tua itu?" ucap Belva merasa heran.
Belva menjawab panggilan telepon itu,
"Bel, aku hanya mengingatkan kepadamu, jangan menikah tanpa izinku. Kau juga akan seperti adikmu? membangkang pada ayah?" ungkap sang ayah.
"Maksud ayah apa? aku sama sekali tidak paham," cetus Belva pura-pura tidak paham.
"Calon adik iparmu mengatakan kepadaku bahwa kau menjalin hubungan dengan sekretarisnya. Apakah yanga dikatakan Franko itu benar?' tanya tuan Faramir.
"Ayah, jangan ganggu Adinda, dia adalah orang yang sangat aku sayangi. Aku akan menuruti apa yang ayah katakan, tetapi tolong berikan Adinda ruang untuk bebas. Aku sangat mencintainya dan jika ayah sampai menyakitinya, aku tidak tahu apa yang akan terjadi nanti," jawab Belva dengan cukup lantang.
Dia sudah dua kali gagal memiliki kekasih karena tuan Faramir tidak setuju akan rencana sang putra pertama yang menikah atas pilihan pribadi, bukan karena pilihan sang ayah.
"Haha ... kau masih anak ingusan dan tidak bisa melawanku, jadi kau urungkan niatmu yang akan membuat perhitungan padaku. Kekasihmu akan aman jika kau segera menikah dengan Nella," ungkap sang ayah yang tidak digubris oleh sang putra.
Panggilan telepon itu langsung dimatikan oleh sang putra karena terlalu menyebalkan baginya.
"Aku malas berbicara dengan ayah jika sudah membahas pasangan, ini sangat tidak menyenangkan," ujarnya dalam hati.
Dia memilih untuk tidak memikirkan semua itu, yang ada di dalam otaknya, hanya keponakan tercintanya.
Si kecil Hanson Myle.
...
Perjalanan menuju rumah Jaden, cukup jauh, dia harus melewati jalan yang sempit, Belva menitipkan mobilnya kepada sebuah bengkel pinggir jalan yang berada 100 meter dari rumah Jaden.
Setelah itu, dia berjalan dari bengkel ke rumah Jaden.
Untung saja dia sering datang ke rumah Jaden, jadi tidak ada drama nyasar.
Setelah melewati perjalanan yang cukup jauh dan menguras tenaga, akhirnya Belva sampai di rumah mungil dengan desain sangat sederhana.
Dia mengetuk pintu rumah sederhana itu dan segera saja pintu itu terbuka. Sebuah pemandangan yang sangat unik baginya, ternyata yang membuka pintu adalah Jaden dengan mengendong putra tercinta, Hanson Myle yang baru genap berusia lima bulan.
"Kak Belva?" ucap Jaden terkejut.
"Dimana adikku?" tanya Belva,
"Masuk dulu kak, adikmu baru saja selesai mencuci baju. Lalu akan memasak, dia sangat berbeda dari awal kedatangannya. Celine sudah banyak berubah kak, tenang saja. Aku akan menjaganya," ucap Jaden yang ternyata sedang meninabobokan sang putra.
"Aih, kau adalah seorang petinju dan biasanya bertarung diatas ring, tetapi sangat pandai menjaga anak. Dia pulas sekali Jaden," ungkap Belva yang sangat kagum dengan seorang Jaden, pria itu sangat pandai merawat sang putra.
"Kakak terlalu memuji, aku sudah terbiasa hidup sendiri. Kau tahu riwayat keluargaku seperti apa, aku tidak akan membuat anakku kurang kasih sayang," cetus Jaden yang akan tetap bersama sang putra sampai kapanpun.
Kehidupan kedua orang tua Jaden yang hancur karena orang ketiga, membuat pria itu kabur dari rumah dan membuat pilihan hidupnya sendiri.
Bahkan selama pergi dari rumah, sang ayah tidak pernah mencarinya.
Dia dianggap pembawa nasib buruk oleh ayahnya.
Kalau sang ibu, sudah merasa tidak berdaya, dia ikut suami barunya yang sama sekali tidak suka dengan Jaden.
Alhasil Jaden berjuang dari nol.
Semuanya dia lakukan dengan yakin dan percaya.
HIngga suatu hari, dia mendapatkan kepercayaan untuk bertarung diatas ring.
Dari kemampuannya bertarung, akhirnya Jaden memiliki uang dan bisa bersekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Dia tinggal bersama seorang pelatih pada awalnya, seorang pelatih yang sudah menemukan si tangan besi di sebuah pertarungan lepas, sebuah arena tinju tetapi tidak resmi.
Sang pelatih melihat ada bakat pada diri Jaden, dia segera merekrut pria itu menjadi anggotanya.
Dengan kerja keras dan latihan yang intensif, menjadikan seorang Jaden petinju amatir yang patut diperhitungkan.
"Aku banyak belajar darimu. Aku sangat senang karena Celine mengenalmu," cetus Belva merasa bangga pada adiknya yang penuh keberanian membuat keputusan yang sangat luar biasa.
Tidak seperti dirinya yang terlalu banyak berpikir, meskipun dia tetap berjuang dalam diamnya.
Dia akan tetap bersama gadis yang selama ini bersamanya, menemani dalam suka dan duka.
Jaden yang cukup senang dan antusias dengan kehadiran Belvara, mengatakan ingin memindah tubuh mungil sang putra ke dalam kamar, dia juga memanggil Celine yang sedang repot di dapur.
"Biar aku yang datang, kau tidur dulu saja, kantung matamu sangat terlihat jelas. Aku tahu kau sangat lelah dan lembur tadi malam," ucap Belva yang sangat perhatian dengan sang adik ipar.
"Oke kak jika kau mau seperti itu, Hanson tidak bisa tidur, tetapi saat seperti ini, dia justru terlelap," jawab Jaden.
"Kau adalah petinju paling lembut Jaden, ya sudah. Aku tidak akan membuatmu merasa kesulitan."
"Terima kasih kak atas dukungannya."
"Ya Jad, sama-sama."
Sang adik ipar terlihat masuk ke dalam kamar, sedangkan Belvara berjalan menuju dapur.
Jarak ruang tamu dan dapur, cukup dekat, sehingga tidak terlalu jauh.
Dia menatap Celine yang sedang memasak.
"Wah, adikku yang manja. Kau sudah banyak berubah, bisa kau membedakan mana cabe, mana terasi?" ledek sang kakak.
"Kakak?" ucap sang adik yang langsung menghamburkan pelukan pada seorang kakak yang sangat ditunggu kehadirannya meskipun tetap terluka saat mengingat tingkah sang ayah yang terlalu banyak tingkah.
"Iya ini aku, kau sudah dewasa ya. Aku selalu mendukung apa yang menurutmu benar. Ibu juga pasti akan memberikan dukungan penuh padamu. KIta akan selalu bersama adik, kau tidak perlu takut melawan dunia yang keras ini," jawab sang kakak yang memahami air mata sang adik yang keluar dengan cepat saat mengetahui kehadirannya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments