Menuju rumah baru

Sepanjang perjalanan menuju rumah baru, Jaden cukup senang karena bisa mengajak bibi Arneth juga.

"Bibi, kau tidak masalah kan duduk di sini, aku merasa anak dan istriku harus duduk di samping kursi kemudi."

Jaden sebenarnya tidak enak hati ketika mengetahui ada orang yang sangat tua harus melawan angin di bak mobil.

"Iya, aku adalah preman di jaman lalu, apakah aku tidak terlihat garang?" jelas sang bibi.

"Haha, apakah benar? aku tidak tahu bibi."

"Ya aku paham kau masih muda namun sangat pelupa."

"Haha, tahu saja."

Perjalanan menuju tempat yang sudah tentukan oleh bos Nando, cukup jauh. Dia harus menempuh dua jam jika menggunakan mobil, berbeda dengan bis yang sudah ada jalurnya.

Tempat latihan itu cukup tertutup karena pernah bermasalah dengan izin dan ada satu petinju yang k.o di sana.

"Suamiku dulu juga seorang petinju amatir, dia merasa menjadi yang terbaik ketika menjadi dirinya sendiri. Sebenarnya aku tidak terlalu suka jika dia menjadi seorang pria dengan keahlian tinjunya. Aku lebih suka dia berkebun bersamaku," jelas bibis Arneth.

Jaden menoleh ke arah bibi Arneth," Memangnya kau punya kebun?" tanya Jaden.

"Kau jangan menghinaku. Aku memiliki kebun yang luas di kampung dan itu adalah warisan dari keluarga," cetus sang bibi.

"Oh, aku baru saja mendengar fakta bahwa bibi memiliki tanah yang luas di desa. Bolehkan aku datang ke desa bibi, sepertinya sangat indah dan segar. Aku suka pemandangan desa," ungkap Jaden.

"Ya nanti aku akan ajak kalian berdua ke sana."

Sang bibi memang ada sebuah rencana ingin ke rumahnya yang ada di desa, tetapi melihat Celine yang sedang repot, bibi Arneth menunda rencana.

"Aku sebenarnya kasihan dengan Celine, dia cantik dan seperti model, tetapi harus menjadi seorang yang dibuang oleh orang tuanya karena menikah denganmu, aku tahu dia menerimamu apa adanya, hanya saja aku ingin membuat kalian berdua menjadi keluarga yang harmonis dengan sebuah rumah di desa, dikelilingi oleh kebun tomat dan sayur mayur. Daripada hidup di kota banyak dengan ancaman dan kemunafikan."

Bibi Arneth memahami sangat kehidupan Jaden, karena selama ini hanya dia yang dekat dengan keluarga kecil itu.

"Aku tahu jika semua itu merupakan satu hal yang sangat aku impikan, hanya saja terasa sangat sulit sebab aku masih terikat oleh pekerjaanku di sini, bibi."

"Iya, aku paham Jaden. Kau tunaikan dulu tugasmu, suamiku juga sama. Dia akan bertanggung jawab dengan apa yang ada di dalam kehidupan ini. Jadi kau tidak boleh merasa bahwa kehidupan ini sangat penuh beban. Kau harus berpegang teguh dengan prinsipmu."

Bibi Arneth memberikan satu wejangan agar Jaden tidak merasa bahwa menjadi kepala rumah tangga adalah beban yang berat, justru sebaliknya, menjadi seorang pria yang bertanggung jawab terhadap anak dan istri adalah pria yang keren.

"Aku selalu mendengarkan apa yang bibi katakan, karena bibi sudah aku anggap sebagai ibu kandungku sendiri."

Jaden memeluk tubuh sang bibi dengan air mata yang tertahan, Jaden begitu sayang dan tidak akan membiarkan wanita paruh baya itu mendapatkan nasib yang buruk dan terlantar.

"Aku akan menjaga bibi, aku janji."

Dua orang yang bukan anggota keluarga terlihat sangat akrab dan ini sangat manis.

Cinta yang dimiliki seorang pria tampan kepada bibi, sudah tak terhingga sebab selama ini yang menjaga Hanson adalah bibi Arneth.

*****

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!