Hari yang paling dinanti-nantikan akhirnya datang juga. Tak disangka setelah melakukan berbagai proses yang bisa dibilang cukup menyulitkan, Ann bisa mendapatkan bayaran yang setimpal atas kerja kerasnya.
Saat ini, tepatnya di kantin kampus, Ann yang sudah mengenakan seragam putih hitam, begitu rapi, sedang duduk dalam rasa gugup. Bukan karena jatuh cinta, tapi yang jelas detak jantung Ann sudah berdebar dua kali lebih cepat dari biasanya.
Sambil terus menggenggam skripsi di tangan dengan begitu erat, Ann yang sekarang sedang dipenuhi oleh kekhawatiran pun mulai memikirkan banyak hal. Apa sidang skripsi akan berjalan lancar? Apa para juri yang sebagian besar adalah dosen hebat bisa setuju pada materi yang akan disampaikannya? Apa skripsi ini cukup untuk mengantarkan Ann kepada kelulusan? Ann benar-benar takut dan khawatir kalau semuanya berjalan tak sesuai pada ekspektasi.
Padahal sebelum berada di kantin ini, Ann sempat untuk bertemu dengan Pak Rega. Bukan bermaksud menakut-nakuti tentang sidang skripsinya, melainkan Pak Rega berniat untuk memberikan support kepada Ann agar tak terlalu takut untuk menghadapi sidang skripsi itu. Pak Rega bahkan meminta Ann supaya mau percaya pada usahanya sendiri. Bukankah usaha tak akan akan pernah mengkhianati sebuah hasil?
Meskipun sudah diberikan semangat serta dukungan, tetap saja Ann masih bisa merasa begitu gugup. Terlalu banyak berpikir dan khawatir itulah yang membuat Ann kesulitan untuk menenangkan diri.
Pada saat Ann sedang berusaha menghilangkan segala kekhawatirannya, secara tidak terduga, Lidia yang memang sudah selesai menghadiri kelas paginya, tanpa ragu mulai datang mendekati sang sahabat. Bukan bermaksud untuk memberikan gangguan apapun, kedatangan Lidia kemari karena memiliki tujuan yang sama seperti Pak Rega. Tentu saja, ia berniat untuk memberikan semangat kepada sahabatnya yang sebentar lagi akan melakukan sidang skripsi.
"Gugup banget sih, Ann?" Kata Lidia yang kemudian mengambil tempat duduk persis berada di sebelah sahabatnya.
"Seriusan, memang begini ya rasanya kalau mau menjalani sidang skripsi?" Tanya Ann dengan memasang tatapan penuh khawatir.
"Gak tahu. Aku saja belum menjalaninya," jawab Lidia terdengar tidak salah.
Ann yang langsung terdiam setelah mendapatkan jawaban seperti itu pun mulai menggosokkan kedua telapak tangannya. Kenapa bisa sampai begitu gugup? Seakan-akan Ann sedang berniat untuk masuk ke medan peperangan.
"Ann, aku yakin kamu pasti bisa," kata Lidia mencoba membantu untuk menenangkan sang sahabat dengan cara memegang tangan yang sudah terasa begitu dingin itu.
Belum sempat bagi Ann menanggapi perkataan yang baru saja keluar dari mulut Lidia, seorang mahasiswa lain yang kelihatan mengenakan seragam sama seperti Ann pun datang menghampiri. Apa sekarang sudah saatnya bagi Ann untuk pergi?
"Giliran kamu, Ann. Sudah ditunggu di sana," kata mahasiswa itu dan langsung membuat Ann bangkit dari tempatnya duduk.
Ingin segera menyelesaikan semuanya, Ann yang masih diselimuti oleh perasaan gugup pun mulai menghela napasnya berat, kemudian perlahan-lahan langkahnya mulai menjauhi kantin kampus. Tanpa adanya pamitan yang berarti kepada Lidia, Ann bisa dengan mudahnya meninggalkan sang sahabat yang sebenarnya masih belum selesai untuk memberikan dukungan. Ann berlalu begitu saja dan kini ia sedang berada dalam perjalanan menuju ke ruang sidang skripsi.
Disini Ann begitu berharap kalau hasilnya nanti akan sesuai dengan apa yang selama ini sudah diinginkan. Bisa lulus cumlaude dan mengenakan pakaian wisuda. Cukup lama Ann selalu memimpikan saat-saat ini.
.
.
.
Tidak langsung masuk begitu saja, setelah tiba persis di depan dari ruangan sidang skripsi, Ann terlebih dahulu mengetuk pintunya. Saat telah mendapat izin, barulah Ann melangkahkan kaki memasuki ruangan sidang.
Baru masuk dan belum memulai, rasa gugup Ann malah makin meningkat. Bukan tanpa sebab, hanya saja Ann ketika melihat keempat dosen yang sekarang ini sedang berada di hadapannya, mampu membuat Ann sedikit was-was. Apakah ia akan berhasil mengikuti sidang skripsi ini dengan baik? Atau malah akan mengacaukannya? Ann benar-benar kelihatan sedang meragukan kemampuan dirinya sendiri.
"Bagaimana Ann? Apa kamu siap untuk lulus cumlaude?" Tanya dari salah satu dosen yang saat ini sedang duduk di meja juri.
"Saya selalu siap, tapi masih sedikit gugup," jawab Ann jujur.
"Kalau begitu kamu bisa tenangkan diri sendiri dulu. Tidak usah terlalu terburu-buru juga, Ann," kata dosen juri lainnya yang dengan baik hati mau memberikan kesempatan bagi Ann untuk menenangkan dirinya sendiri.
Ann yang masih diliputi perasaan gugup pun kelihatan sudah membalikkan badannya, membelakangi keempat dosen itu. Gadis yang baru menginjak usia 23 tahun pun memejamkan kedua matanya, lalu mulai menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan nya.
Setelah melakukan hal itu, Ann yang sekarang sedikit jauh lebih tenang, walau belum sepenuhnya, mulai kembali menghadap ke arah empat dosen. Tanpa berlama-lama lagi, Ann mulai mengucapkan salam pembuka untuk sebelum akhirnya nanti mempresentasikan seluruh materi dari laporan skripsinya.
...****************...
Walaupun bukan Lidia yang menjalani sidang skripsi, entah mengapa? Anehnya perasaan Lidia juga ikut merasa khawatir dan gugup. Karena enggan untuk menunggu terlalu jauh, Lidia yang sekarang sudah berada di kursi terdekat dari ruang sidang itu pun duduk dalam ketidaksabaran, menunggu sahabatnya keluar dan memberikan kabar baik.
Setelah hampir lebih dari lima belas menit menunggu, akhirnya gadis yang sejak tadi ditunggu keluar juga. Ketika melihat dari kejauhan, Lidia mendapati kalau raut wajah temannya itu kelihatan hanya ditekuk dan murung. Sekarang Lidia mulai bertanya-tanya, apakah Ann gagal dalam sidang itu?
Dengan langkah yang tampak terburu-buru, Lidia mulai datang menghampiri sahabatnya dan tak ingin pakai basa-basi, ia dengan cepat bertanya mengenai hasilnya. Ann bisa lulus kan?
"Bagaimana Ann? Apa kamu lulus?" Tanya Lidia sangat berharap akan ada kabar baik.
Tanpa ada perkataan apapun, Ann pun bergegas untuk memberikan sebuah pelukan kepada temannya itu. Kenapa sekarang bagi seorang Lidia, sahabatnya itu sedang tampak berpura-pura?
"Hasilnya..." sengaja tak langsung memberitahu, Ann hanya ingin memberikan kejutan untuk sahabatnya itu.
"Bagaimana? Kamu lulus kan, Ann?" Tanya Lidia mendesak minta jawaban.
"Aku lulus...," teriak Ann begitu keras dalam kebahagiaan yang benar-benar bisa dirasakan secara nyata.
Masih sambil memeluk satu sama lain, Lidia yang mendengar itu juga tak ragu untuk ikut berteriak bahagia. Meskipun bukan dirinya yang akan diwisuda, Lidia sudah bisa tahu tentang kebahagiaannya. Bukankah tak ada momen yang jauh lebih indah dibandingkan dengan sebuah kelulusan?
"Kan aku bilang juga apa. Kamu pasti akan berhasil, Ann. Tak ada gunanya untuk merasa khawatir ataupun gugup," kata Lidia sembari melepaskan pelukan yang terasa sudah cukup lama dibuat.
"Orang lain saja bisa percaya dengan kemampuan dirimu, tapi kenapa kamu tidak mau percaya akan hal itu? Meragukan diri sendiri dan merasa khawatir akan hal yang memang sudah mendapatkan jawaban pasti?" Imbuh Lidia sembari terus memberikan senyuman bahagia.
"Aku kira tidak akan lulus, Li. Kamu tahu kan kalau Pak Wira adalah salah satu dosen juri untuk sidang skripsi ini?" Ucap Ann memberitahu hal yang kerap dikhawatirkan.
"Kenapa memangnya? Kamu takut kalau hanya gara-gara absensi bisa membuat Pak Wira gak mau meluluskan kamu?" Tebak Lidia yang dirasa benar, karena setelahnya Ann langsung menganggukkan kepala.
"Tahukan kalau absensi juga masuk dalam syarat kelulusan?" Tanya Ann memastikan kalau sahabatnya itu tahu dan memahami syarat-syarat kelulusan.
"Tentu saja. Tapi, Pak Wira juga gak akan segila ataupun sebodoh itu untuk tidak meluluskan kamu hanya karena absensi. Pak Wira pasti juga tahu kalau kamu ditunjuk langsung oleh dekan untuk bisa mengikuti wawancara di HR Group," balas Lidia yang berhasil mengingatkan Ann tentang hal yang sempat hampir terlupakan.
"Oh iya. Aku kira setelah lulus semuanya akan selesai, tapi sepertinya aku masih harus berusaha lagi," ungkap Ann seketika berubah menjadi sedikit murung.
"HR Group perusahaan yang bagus, Ann. Aku yakin itu akan menjadi batu loncatan bagimu untuk menjadi seseorang yang sukses," tutur Lidia kedengaran begitu memberikan banyak support kepada sahabatnya.
"Makasih Lidia. Aku juga ingin kalau kamu cepat lulus dari sini dan kita bisa kembali bersama-sama di satu tempat kerja yang sama. Aku harap kamu juga bisa ikut wawancara di perusahaan HR Group."
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments