Sesuai dengan perkataan dari dekan, Ann yang baru saja keluar ruangan pun bergegas untuk melangkahkan kakinya menuju ke tempat dimana bisa bertemu Pak Rega — dosen yang akan menjadi pembimbing Ann dalam menyelesaikan laporan skripsi.
Dengan langkah yang terburu-buru dan dipenuhi semangat, Ann kini sedang berusaha untuk mencapai ruang dosen, akan tetapi belum sempat sampai, ia sudah terlebih dahulu mendapatkan sebuah panggilan dari seorang laki-laki yang suaranya kedengaran tidak asing.
Benar saja, ketika Ann menolehkan kepalanya menuju ke arah suara panggilan, ia sudah mendapati sosok Pak Rega yang kelihatan sedang berlari hanya supaya bisa mendekati dirinya yang tengah berdiri di tempat.
Ternyata Ann tak perlu terlalu kesulitan untuk mencari keberadaan dari dosen itu, karena beliau sendiri yang datang menghampirinya. Apakah ini kelihatan seperti sebuah keberuntungan?
"Baru saja saya mau datang ke ruangan bapak," ujar Ann sambil tersenyum malu. Tidak tahu apa yang terjadi pada gadis itu, tapi yang jelas saat sedang berhadapan dengan Pak Rega, ia selalu berhasil dibuat salah tingkah.
"Pasti diminta oleh dekan?" Tebak Pak Rega yang berhasil membuatku menganggukkan kepala singkat sambil tersenyum.
Seakan tahu harus melakukan apa, Pak Rega pun menuntun ku menuju ke arah ruangannya. Mungkin kesannya akan jauh lebih baik kalau membahas mengenai masalah laporan skripsi di tempat yang tak terlalu bising.
.
.
.
Ketika Ann sudah berhasil berada di dalam ruangan dosen milik Pak Rega, tanpa ada keraguan sedikitpun ia langsung menempatkan dirinya di sebuah kursi, berhadapan langsung dengan dosen itu. Sambil tersenyum lebar, Ann mulai membuka pembahasan dengan bertanya masalah laporan skripsi.
"Untuk laporan aku sudah berhasil menyelesaikannya sampai bab 2. Sempat terhenti, karena aku pikir tak akan bisa ikut kelulusan tahun ini," kata Ann sembari mengeluarkan sebua flashdisk dari dalam tas ranselnya.
"Kenapa kamu bisa berpikir seperti itu?" Tanya Pak Rega sedikit terheran.
"Ya, karena aku mengalami masalah untuk mata kuliah dari Pak Wira. Terlalu banyak absen dan harus memperbaikinya," mendengar apa yang baru saja keluar dari mulut Ann, mampu membuat Pak Rega tertawa kecil.
"Padahal kalau di mata kuliah saya, kamu termasuk salah satu mahasiswa yang rajin.Tidak pernah terlambat dan selalu hadir di setiap pertemuan. Itulah alasan kenapa saya selalu memberi kamu nilai bagus," ujar Pak Rega yang berhasil buat seorang Ann membatin.
"Kalau dimata pelajarannya Pak Rega, aku pasti akan rajin untuk hadir," gumam Ann sendiran dalam benaknya.
Karena tujuan keberadaan mereka disini bukan untuk mengobrol santai, Pak Rega pun mulai meminta hasil pekerjaan laporan skripsi yang katanya sudah selesai sampai bab dua.
"File untuk skripsi kamu?" Tanya Pak Rega sembari mengulurkan tangannya.
Tanpa ragu, Ann menyerahkan flashdisk yang di dalamnya berisi file pekerjaan skripsi. Disini Pak Rega hanya ingin bermaksud untuk memeriksa saja. Apa masih ada yang perlu direvisi atau sudah tidak perlu diotak-atik lagi. Inilah guna memiliki seorang dosen pembimbing.
"Saya terima dulu, nanti kalau ada revisi saya akan langsung hubungi kamu lagi," kata Pak Rega yang telah menerima flashdisk itu.
"Kira-kira berapa lama ya, Pak?" Tanya Ann hanya penasaran saja.
"Mungkin sore ini akan selesai. Saya usahakan untuk cepat memeriksanya," tutur Pak Rega yang benar-benar begitu pengertian.
Memang benar adanya, kalau sekarang ini Ann sangat amat diburu waktu untuk menyelesaikan skripsi. Karena dalam dua minggu lagi, jadwal untuk sidang skripsi sudah menanti. Iya, Ann harus cepat kalau memang berniat menuntaskan pendidikan ini hanya dalam waktu 3,5 tahun.
...****************...
Pak Rega memang melakukan tugasnya sebagai guru pembimbing dengan sangat amat baik. Pasalnya belum sampai enam jam berlalu, setelah Ann menyerahkan file skripsi, ia sudah dihubungi kembali oleh dosen itu.
Lewat pesan singkat yang dikirimkan kepada Ann, Pak Rega memberitahu kalau skripsi yang dibuatnya sudah siap untuk lanjut ke penulisan bab tiga. Beliau juga menambahkan jika tak ada banyak hal yang perlu di revisi. Bisa dibilang dua bab yang telah dikerjakan oleh Ann itu sudah nyaris sempurna.
Ann yang merasa senang karena ternyata tak perlu terlalu banyak menyelesaikan revisi pun bergegas untuk menuju ke perpustakaan setelah menerima kembali flashdisk nya. Sekarang diwaktu yang bisa dibilang senggang, Ann akan menyelesaikan skripsi itu.
.
.
.
Tiga puluh menit berlalu, Ann masih terlihat berkutat pada layar laptopnya. Sepertinya gadis itu masih berjuang dalam proses pengetikan skripsi yang kini sudah memasuki bab tiga.
Jujur saja, meski belum banyak menuliskan kata-kata dalam skripsi itu, kedua mata Ann sudah terasa lelah. Sungguh ingin sekali rasanya untuk mengakhiri dan lanjut di esok hari, tapi kalau dipikir-pikir Ann juga tak boleh terlalu bermalas-malas an.
Dengan semangatnya yang mulai meredup karena kelahan, Ann secara tiba-tiba harus dikejutkan dengan sebuah panggilan telepon dari ponsel pribadi yang berada tepat di samping laptop miliknya.
Merasa kalau panggilan ini termasuk penting dan harus dijawab, tanpa melihat siapa gerangan yang menghubungi, Ann langsung saja menjawab panggilan itu tanpa terkecuali.
Belum mengatakan apapun yang berarti, Ann terlebih dahulu dikejutkan dengan suara yang terasa tak asing memasuki telinganya. Suara melengking nan khasnya membuat Ann mengingat nama sahabatnya, Lidia. Kenapa dia menelepon? Apakah ada hal yang ingin dia katakan?
"Ada apa, Li?" Tanya Ann seakan lupa kalau ia memiliki janji dengan sahabatnya.
"Dimana? Aku sudah menunggu di halte depan kampus," kata Lidia menanyakan posisi Ann sekarang.
"Huh? Kamu ngapain nunggu di halte? Kok gak langsung pulang saja?" Memang benar adanya kalau Ann sudah melupakan janjinya.
"Aku menunggu kamu. Bukankah tadi kita janjian untuk pergi ke cafe tempat kamu bekerja paruh waktu?" Perkataan yang berhasil terlontar dari mulut Lidia membuat Ann yang sejak tadi terlalu fokus pada skripsi serta kelulusan pun mulai mengingat akan pekerjaan paruh waktunya.
Saat melihat ke arah jam dinding, Ann berhasil dibuat terkejut dengan waktunya. Bisa dipastikan kalau sekarang Ann sudah terlambat masuk kerja. Apa bosnya akan memberikan teguran? Kenapa masih bertanya hal yang sudah bisa dipastikan untuk terjadi?
"Aku akan segera kesana," kata Ann kelihatan buru-buru untuk membereskan semua barangnya yang sekarang masih ada di atas meja perpustakaan.
"Memangnya, sekarang kamu dimana?" Tanya Lidia mengulang pertanyaan yang tadi belum sempat untuk mendapatkan jawaban.
"Perpustakaan."
"Kenapa ada di sana?"
Karena tak memiliki lebih banyak waktu lagi untuk berbincang ataupun mengobrol dengan Lidia lewat panggilan telepon ini, Ann pun segera mengakhiri panggilan secara sepihak.
Waktu benar-benar sudah memburunya. Dengan semua barang-barang miliknya, Ann kini sudah siap meninggalkan perpustakaan. Sepertinya ia memang harus menunda penyelesaian skripsi. Pekerjaan paruh waktu yang menghasilkan uang juga sama pentingnya. Hanya karena terlambat, Ann sama sekali tidak boleh sampai dipecat. Kalau tak ada penghasilan masuk di rekeningnya, bagaimana ia mau bertahan hidup? Setidaknya masih harus bekerja di sana sampai ia benar-benar diterima di perusahaan HR Group.
"Lari dengan kencang, Ann! Kamu sama sekali tidak boleh sampai kehilangan pekerjaan ini," tutur gadis itu menyemangati diri sendiri.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments