Adik Manis.

Saat ditanyai seperti itu oleh Nyonya Wilson, gadis cilik yang masih berusia 5 tahun itu hanya bisa terdiam membisu, dengan pandangan yang terus melirik kepada suster kepala. Nama Jane memang terdengar tidak buruk, tapi gadis itu sudah terbiasa dengan nama Ann. Menurutnya Annalise terdengar lebih bagus daripada Jane.

"Sepertinya kamu tidak terlalu menyukai namanya," kata Nyonya Wilson sambil tersenyum kecewa.

Pada saat Nyonya Wilson ingin kembali berdiri, tiba-tiba Ann memegang jemari tangannya. Bukan tanpa sebab, hanya saja Ann sedikit merasa bersalah setelah melihat raut wajah kecewa dari perempuan yang sudah berumur sekitar 30 tahunan itu.

"Aku menyukainya. Nama Jane juga bagus," ujar Ann yang tak ingin membuat perempuan itu sedih.

Mendengar pernyataan seperti itu dari gadis cilik pemilik nama asli Ann, sanggup membuang jauh-jauh rasa kecewa yang tadi sempat hadir dalam diri Nyonya Wilson. Sekarang, kalau sudah seperti ini mungkin proses adopsi akan terasa jauh lebih mudah.

"Sayang, sepertinya anggota keluarga kita akan bertambah satu lagi," tutur Nyonya Wilson sembari menggandeng jari mungil milik Ann.

"Mau bermain ayunan bersama mommy?" Tanya Nyonya Wilson yang sudah menyebut dirinya sebagai ibunda dari Ann.

Ann yang pertama kali di ajak bermain dengan orang baru pun tidak ragu untuk setuju. Menurut pengelihatan mata seorang anak kecil, sepertinya Nyonya Wilson bukanlah orang jahat.

Selagi membiarkan sang suami mengurus segalanya soal proses adopsi anak, Nyonya Wilson akan membawa Ann untuk bermain. Ini adalah cara yang ditempuh agar mereka berdua bisa saling akrab sebagai seorang ibu dan anak, bukan orang asing.

.

.

.

Nyonya Wilson sudah memiliki seorang putra tunggal bernama Noah jadi, baginya mengurus gadis kecil seperti Ann bukanlah sesuatu yang sulit untuk dilakukan. Seperti seorang ibu yang kelihatan begitu menyayangi putrinya, Nyonya Wilson mulai membantu Ann untuk naik ke atas ayunan yang memang ada di taman belakang dari panti asuhan ini.

"Pegangan yang erat! Mommy akan mendorongnya," ujar Nyonya Wilson yang dengan perlahan-lahan mulai membuat ayunan itu bergerak.

Ann memang bisa akrab dengan siapa saja, tapi entah mengapa saat bersama Nyonya Wilson, gadis cilik itu nampak nyaman. Kelihatan dari senyuman lebarnya yang jarang terlihat begitu merekah.

Setelah cukup puas bermain ayunan, Ann yang mulai bosan pun bergegas turun dari sana, tentu saja Nyonya Wilson turut membantu gadis itu turun.

"Mau kemana sayang?" Tanya Nyonya Wilson terus mengikuti di belakang gadis itu.

"Duduk," singkat Ann.

Karena tinggi Ann masih belum terlalu jadi, untuk duduk di bangku taman, ia sedikit merasa kesulitan. Untung saja ada Nyonya Wilson yang selalu siap memberikan bantuan.

Dengan sigap, Nyonya Wilson menggendong tubuh mungil itu, kemudian menempatkannya dengan nyaman di atas bangku taman. Beliau bahkan tak ragu untuk mengambil tempat duduk persis disebelah Ann.

"Ann?" Panggil Nyonya Wilson dan langsung berhasil membuat si pemilik nama menoleh.

"Kenapa, Tante?" Sahut Ann.

"Kok manggilnya Tante? Ann gak mau buat panggil Mommy?" Kata Nyonya Wilson sedikit kurang suka dengan panggilan yang diberikan oleh Ann.

"Memangnya boleh Ann panggil Mommy?" Namanya juga anak kecil. Sangat wajar kalau Ann bertanya seperti ini.

Sambil menggenggam erat tangan mungil milik gadis cilik itu, Nyonya Wilson mulai mengatakan hal yang bisa dibilang begitu serius. Sepertinya Ann memang harus diberitahu kalau sekarang dirinya sudah mempunyai keluarga.

"Ann, mau mommy beritahu sesuatu gak?" Sedikit berbasa-basi adalah cara Nyonya Wilson untuk berbincang dengan anak kecil.

"Mulai sekarang kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami. Kamu punya orang tua yang lengkap dan juga seorang kakak laki-laki. Nama kamu juga bukan Ann lagi, melainkan Jane Wilson," kata Nyonya Wilson mulai memberitahu yang sebenarnya.

"Jadi, aku harap kamu bisa menerima dan memanggil aku dengan mommy, bukan Tante. Sekarang kamu adalah anak aku," tambah Nyonya Wilson yang tentu saja tak bisa dengan mudah dipahami oleh gadis itu.

"Maksudnya, sekarang Ann sudah tidak harus tinggal disini lagi?" Tanya gadis cilik itu memastikan.

"Iya. Kamu sudah punya keluarga lengkap yang bakal sayang banget sama Jane. Kamu mau kan sayang jadi, anak Mommy?" Nyonya Wilson berharap dengan sangat.

Karena impian yang selalu diharapkan oleh Ann adalah memiliki orang tua dan mendapatkan kasih sayang dari keluarga lengkap, Ann dengan senang hati menerima keluarga Wilson sebagai keluarga. Apalagi pendekatan yang dilakukan oleh Nyonya Wilson begitu amat baik. Sekarang Ann benar-benar percaya kalau keluarga Wilson hanya berisi orang baik.

"Mommy?" Panggil Ann mencoba apakah berhasil mendapatkan sahutan.

"Benar begitu. Tolong untuk terus memanggil Mommy ya, Jane," ujar Nyonya Wilson sembari menyelipkan rambut panjang hitam milik gadis cilik itu ke telinga.

...****************...

Setelah menyelesaikan proses adopsi yang bisa dibilang begitu mudah, Ann pun dibawa oleh keluarga Wilson. Sebelum benar-benar pergi meninggalkan panti asuhan dan menjalani kehidupan dengan keluarga baru, Ann berpamitan terlebih dahulu kepada teman-temannya dan juga tak lupa degan para suster biara yang selama ini mau menjadi wali.

"Bahagia terus ya, Ann. Sekarang yang selalu kamu impikan sudah bisa terwujud. Kamu punya keluarga baru yang pastinya akan selalu menyayangi kamu," ujar salah seorang suster biara disela-sela pelukannya.

Tak memiliki banyak waktu lagi untuk saling berpamitan seperti ini, Nyonya Wilson mulai menghampiri dan menggandeng jemari tangan mungil milik Ann.

"Pulang sekarang yuk, Jane," ajak Nyonya Wilson dan langsung dituruti.

Ann mengikuti Nyonya Wilson masuk ke mobil yang memang sudah menunggu. Sebenarnya ada alasan kenapa keluarga sebesar dan begitu tenar seperti Wilson ingin mengadopsi seorang putri. Bukan benar-benar mau merawat hanya saja...

.

.

.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, akhirnya iring-iringan mobil sedan hitam yang ditumpangi oleh keluarga Wilson, tiba juga di sebuah mansion mewah dengan gaya arsitektur modern.

Mobil sedan yang dikendarai oleh sopir pun sudah terlihat berhenti tepat di halaman depan, dekat pintu masuk dari mansion mewah itu.

Masih sambil menggendong tubuh mungil dari gadis yang kini sudah berganti nama menjadi Jane, Nyonya Wilson pun turun dari mobil ini dan diikuti dengan sang suami.

Kelihatan seperti pengantin baru yang baru mendapatkan seorang anak, raut wajah kebahagiaan terlukis jelas di wajah keduanya. Mereka berdua memang begitu mendiamkan seorang anak perempuan di keluarga. Kehadiran Ann rupanya akan membawa banyak dampak dan juga perubahan yang berarti, khususnya dalam bidang bisnis.

"Ini dimana, mommy?" Tanya Ann yang belum tahu kalau sekarang dirinya sudah berada di kediaman keluarga Wilson.

"Rumah sayang. Mulai sekarang kamu akan tinggal disini," jawab Nyonya Wilson diikuti dengan senyuman.

"Besar sekali. Sepertinya dua kali lebih besar daripada di panti asuhan," kata Ann masih terkesima dengan mansion ini.

"Pasti kalau Ann main petak umpet, kesulitan untuk mencari. Tempatnya terlalu luas," tambahnya yang masih menyebut diri sendiri dengan nama lama.

"Sayang. Bukan Ann, tapi Jane. Nama kamu sekarang Jane," Nyonya Wilson mengingatkan kembali gadis itu mengenai nama yang dipergunakannya sekarang, sebagai identitas baru.

Masih sambil menggendong tubuh mungil Jane, Nyonya Wilson pun mulai melangkahkan kakinya memasuki mansion mewah dan belum jauh pergi, kedatangannya ini sudah mendapatkan sambutan hangat dari Noah. Putra laki-lakinya yang kini sudah tidak menjadi anak tunggal, karena sekarang ia memiliki seorang adik bernama Jane.

"Hai, Noah. Sedang melakukan apa?" Tanya Nyonya Wilson sambil mengacak rambut pirang sang putra.

"Menunggu kalian berdua untuk kembali. Kata kepala pelayan, saat mendengar mesin mobil kalian, aku harus langsung memberikan sambutan," kata Noah dalam balutan ekspresi wajah datar.

"Rupanya kepala pelayan sangat pandai dan tahu untuk mendidik dengan benar," ucap Nyonya Wilson kemudian menurunkan gadis mungil itu. Membiarkan Jane berdiri dengan kaki sendiri.

"Noah perkenalan. Dia adikmu, Jane," Tanpa adanya aba-aba yang berarti, Nyonya Wilson langsung memperkenalkan mereka berdua.

Jane hanya diam dengan pandangan yang terus lurus menatap ke arah anak laki-laki berusia sepuluh tahun yang saat ini tepat berada di hadapannya. Dalam benaknya bertanya-tanya, apakah sekarang ia juga memiliki seorang kakak?

"Noah, tolong jaga adikmu dengan baik ya! Daddy tahu kalau kamu pasti akan menjaganya dengan baik," ujar Tuan Wilson kemudian melangkah pergi terlebih dahulu menuju ke arah ruang kerjanya yang ada di lantai dua dari mansion mewah ini.

Untuk semakin mengakrabkan hubungan antar kakak dan adik, Nyonya Wilson sengaja meminta kepada putranya agar mau mengajak Jane bermain. Terserah mau bermain apa, yang penting mereka berdua bisa segera akrab.

"Noah, adiknya ajak main dulu! Sekalian kamu juga harus berkenalan dengan dia," tutur Nyonya Wilson.

Tanpa banyak bicara, Noah langsung menggandeng jemari mungil dari adik barunya, lalu tak ragu untuk membawanya masuk menuju ke kamar, dimana cukup banyak mainan yang tersedia.

"Jangan dibuat nangis ya, Noah! Bertingkah baiklah kepada adik perempuan mu," tukas Nyonya Wilson memperingati lagi.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!