Setelah menyelesaikan rutinitas makan malam, seluruh keluarga Wilson kini terlihat tengah bersiap mengantarkan kepergian Jane menuju Inggris. Walaupun sebenarnya ada perasaan enggan pergi jauh dari keluarga, Jane tetap dipaksa untuk berjarak. Katanya semua ini adalah demi kebaikan, tapi kebaikan siapa yang dimaksud? Tentu saja keluarga Wilson.
Dalam perjalanan mengantarkan Jane ke bandara, tak terlihat sama sekali ada air mata kesedihan akan berpisah. Nyonya ataupun Tuan Wilson kelihatan begitu baik-baik saja. Bahkan mereka bisa tersenyum, mungkin karena merasa puas dengan rencana yang sudah dibuat demi keluarga.
Tak butuh banyak waktu yang dihabiskan di perjalanan, akhirnya mobil yang dikendarai oleh seorang sopir dari keluarga Wilson, tiba juga persis di depan pintu masuk dari bandar udara. Meskipun usia Jane dibilang masih begitu belia, namun ia bisa membaca dengan jelas tulisan besar yang ada pada pintu masuk.
"Sayang, sudah sampai," kata Nyonya Wilson sembari melepaskan sabuk pengaman yang melingkar di tubuh mungil Jane.
Bersama dengan seluruh keluarga, Jane pun melangkahkan kakinya turun dari mobil ini. Dikarena waktu memang sudah memburu, mereka bergegas untuk segera masuk ke bandara, dan membiarkan anak buah yang mengurus tentang barang bawaan.
Jane yang kini masih di gandeng oleh Nyonya Wilson sedang berjalan menuju ke arah pesawat pribadi milik keluarga yang akan di kabarkan terbang ke Inggris dalam waktu kurang dari satu jam lagi.
"Sayang? Mau mommy beritahu sesuatu tidak?" Tanya Nyonya Wilson yang kini sudah berada di dalam pesawat pribadi.
"Beritahu apa, mommy?"
"Kalau mau segera kembali kepada kami, kamu bisa melakukan yang terbaik," ujar Nyonya Wilson sambil memegang lembut kedua pundak dari sang putri.
"Belajar dengan benar dan menurut pada perkataan kepala pelayan, itu pasti bisa membuat kamu lebih cepat kembali ke pelukan mommy," tambah beliau memberikan harapan kepada Jane, seakan-akan mengatakan kalau kepergian ke Inggris tidak akan dilakukan dalam waktu yang lama.
"Mommy? Kenapa aku harus pergi jauh hanya untuk belajar? Tidak bisakah aku belajar dengan Kak Noah saja? Kakak begitu pandai dalam melakukan semua hal. Aku yakin kak Noah bisa mengajari ku dengan baik," ujar Jane tetap saja berusaha membuat agar Nyonya Wilson mau berubah pikiran.
"Tidak sayang. Dalam mendidik, Mommy dan Daddy selalu menginginkan yang terbaik," kata Nyonya Wilson.
Setelah cukup berpamitan dengan sang putri, Tuan dan Nyonya Wilson pun bergegas untuk turun dari pesawat pribadi itu meninggalkan Jane yang kini sudah di dampingi oleh kepala pelayan.
Dalam lima belas menit lagi, pesawat pribadi milik keluarga Wilson akan terbang menuju ke Inggris, mengantarkan Jane yang akan menempuh berbagai pendidikan serta pelajaran di negara orang.
"Memang harus pergi dulu, supaya dia bisa layak menjadi bagian dari keluarga Wilson," Kata Tuan Wilson lalu melenggang pergi untuk menjawab sebuah panggilan telepon.
Beginilah kondisi keluarga Wilson. Orang awam selalu melihat kalau menjadi bagian dari keluarga ini akan menjamin kehidupan yang bahagia, karena untuk mendapatkan banyak hal itu terbilang akan begitu mudah. Apa yang kelihatan dan dilihat hanyalah cangkang, tidak sampai utuh sampai dalam. Keluarga Wilson terlalu tegas dan rumit karena banyaknya peraturan yang ada. Mereka selalu menempatkan standar tinggi bahkan mengharuskan seluruh orang yang tergabung, entah itu di perusahaan ataupun keluarga harus kelihatan sempurna dalam segala aspek. Tak boleh ada kesalahan yang dapat mengubah citra. Bisa dibilang, hidup dalam berbagai macam tekanan sudah menjadi hal biasa. Inilah sebabnya mengapa Noah selalu ingin keluar dari keluarga.
...****************...
Ekspresi wajah dari Tuan Wilson kelihatan menegang. Bukan tanpa sebab, hanya saja barusan beliau mendapatkan kabar dari sang sekertaris pribadinya mengenai Perusahaan HR Group yang memilih untuk mundur dari daftar investor dari sebuah proyek baru.
Sebenarnya ini tak akan menjadi sebuah masalah, jika HR Group tidak menanamkan modal investasi dengan jumlah yang fantastis. Dengan keputusan HR Group untuk mundur, itulah yang berhasil membuat perusahaan lain juga ikut melakukan hal sama. Perlu diketahui, dalam proyek ini bisa dibilang sebagian besar pengaruh berasal dari perusahaan HR Group.
Sebagai seorang pemimpin perusahaan besar, tentu saja Tuan Wilson tak akan bisa menerima apa yang sudah diputuskan oleh HR Group. Bagaimana bisa proyek yang sudah direncanakan selama bertahun-tahun bisa langsung hancur begitu saja, dengan mudah?
Karena Tuan Wilson tidak menerima semua hal yang sedang terjadi, termasuk total kerugian besar dari sebuah proyek yang gagal, ia pun bergegas untuk memanggil semua anak buahnya dan meminta mereka agar langsung berkumpul di perusahaan. Rapat dadakan akan dilakukan untuk mencari cara yang tepat mengatasi permasalahan yang ada.
"Sayang, mau kemana?" Tanya Nyonya Wilson kepada sang suami yang kelihatan sedang terburu-buru untuk pergi dari bandara, sebelum pesawat pribadi yang ditumpangi oleh sang putri lepas landas.
"Ada hal yang perlu aku urus. Ini soal perusahaan," jawab Tuan Wilson sudah tak ingin berada di tempat yang sama.
Belum sempat bagi Nyonya Wilson memberikan tanggapan lagi, sang suami sudah melenggang pergi begitu saja bersama beberapa anak buah yang menemani. Noah yang kebetulan juga ada di dekat sang ibunda pun mulai bertanya penasaran.
"Daddy mau pergi kemana?" Tanya Noah kepada sang ibunda.
"Ke kantor. Seperti yang kamu dengar, ada pekerjaan mendesak dan itu harus segera diurus," jawab Nyonya Wilson yang kemudian pandangannya kembali tertuju pada pesawat pribadi yang dalam hitungan detik lagi akan lepas landas.
"Apa ada masalah di perusahaan?" Tanya Noah lagi sambil tangannya melambai pada pesawat yang sudah mulai terbang menjauh meninggalkan negara ini.
"Jika Daddy mu yang harus pergi dan turun tangan, itu berarti memang sedang ada masalah serius. Tidak bisakah kamu lebih berbobot dalam bertanya? Jika seperti ini terus, bagaimana kamu bisa menjadi pemimpin perusahaan?" Kata Nyonya Wilson yang malah memarahi sang putra.
Seketika Noah menundukkan kepalanya, tanda bersalah dengan apa yang baru saja keluar dari mulut. Seharusnya Noah tak menanyakan hal seperti itu, maka sang ibunda juga tidak memarahi.
"Maaf! Noah yang salah bicara," ujar anak laki-laki yang baru berusia sepuluh tahun itu.
Tanpa memberikan tanggapan apapun, Nyonya Wilson pun berpaling pergi, kembali menuju ke mobil. Pesawat pribadi yang dinaiki oleh putri kecilnya sudah lepas landas, kini adalah waktu yang tepat bagi Nyonya Wilson menghibur diri sendiri dengan cara berbelanja ke salah satu mall yang ada di kota ini.
Beberapa hari kemarin, beliau tidak bisa melakukannya hanya karena harus mengurus Jane dengan baik. Tahu sendiri kan kalau dalam seminggu setelah proses adopsi, panti asuhan akan tetap rutin memeriksakan kondisi dari Ann yang kini sudah berganti nama menjadi Jane.
Berpura-pura untuk menjadi ibu yang baik dan membuat suasana rumah yang terkesan hangat bagi seorang Jane itu terlalu sulit. Nyonya Wilson bahkan sampai harus mengorbankan waktu yang seharusnya bisa dipergunakan untuk bersenang-senang dengan teman arisan serta berbelanja.
"Kamu pulang dengan sopir, karena mommy ingin pergi berbelanja," kata Nyonya Wilson meninggalkan sang putra kandung yang digadang-gadang akan menjadi penerus dari keluarga ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments