Pak Dosen.

Walaupun Ann bisa dibilang terlambat masuk kerja selama kurang lebih lima belas menit, atasan yang menjadi pemilik dari cafe ini sangat amat bisa memahami dan mentoleransi keterlambatan Ann. Bukan tanpa sebab, hanya saja sang atasan juga pernah berada di bangku perkuliahan. Jadi, kurang lebih beliau paham betul apa yang dirasakan oleh mahasiswa semester akhir seperti Ann.

Setibanya Ann di cafe ini, ia langsung disuruh berjaga pada meja kasir. Sama sekali tidak ada omelan ataupun teguran yang keluar dari mulut sang atasan. Setidaknya Ann harus bersyukur dan merasa beruntung karena sang atasan tak terlalu sekejam itu.

Setelah memakai apron kerja, Ann sekarang sudah berada di balik meja kasir pun mulai menerima pesanan kopi dari sahabatnya — Lidia. Pelanggan pertama di waktu shift Ann.

"Mau pesan apa?" Tanya Ann yang berhasil membuat Lidia melihat ke arah daftar menu yang terpampang jelas tepat di hadapannya.

"Latte art satu, sama cheese cake," jawab Lidia tak ragu untuk memberitahu pesanannya.

"Mau bayar tunai atau pakai kartu?" Tanya Ann lagi yang siap menerima pembayaran dari sang sahabat.

"Bayar pakai uang teman bisa gak?" Lidia sedikit bergurau, sambil meraih dompet merah muda yang ada di dalam tas selempang nya.

"Baiklah, silahkan duduk," ucap Ann menseriusi hal yang awalnya hanya bermaksud untuk bercanda.

Belum sempat bagi Lidia mengeluarkan kartu pribadinya dari dalam dompet, Ann sudah terlebih dahulu menggesek punyanya pada mesin kartu yang ada di meja kasir. Melihat hal itu mampu membuat Lidia terkejut. Sungguh, ia sama sekali tidak ada niatan untuk membuat Ann membayar pesanannya.

"Kok kamu yang bayar?" Tanya Lidia meminta penjelasan.

"Buat bayar, bisa pakai uang teman," jawab Ann kedengaran santai.

"Tapi, aku cuma bercanda," kata Lidia kemudian meletakkan kartu pribadinya di atas meja kasir sambil tersenyum canggung.

Sungguh, Lidia tak ingin merepotkan atau menyusahkan sahabatnya itu. Selama bertahun-tahun mengenal, Lidia sangat tahu kalau Ann masih begitu struggle akan masalah keuangan. Jadi, kalau Ann yang membuat, itu akan membuat Lidia merasa bersalah.

"Aku ganti ya? Maksudnya uang kamu," kata Lidia yang mendapatkan penolakan dari Ann.

"Gak perlu. Kamu bisa duduk sekarang," ucap Ann benar-benar ikhlas membayarkan pesanan dari sang teman.

Dengan langkah yang meragu, sekaligus pandangan yang terus tak bisa lepas dari sosok Ann, Lidia kini sedang menuju ke arah kursi kosong yang berada di dekat jendela. Ia akan menunggu pesanannya sambil memainkan ponsel genggam pribadi. Siapa tahu dengan begini, perasaan tidak enaknya bisa berkurang.

Tak perlu dibuat menunggu terlalu lama, Ann yang sudah selesai menyiapkan pesanan dari sang sahabat pun bergegas untuk mengantarkan itu dan menyajikannya ke atas meja, dimana Lidia berada.

"Makasih ya, Ann," kata Lidia sambil tersenyum senang ketika melihat gambar artistik yang ada di atas kopinya.

"Silahkan dinikmati. For your information aja, itu kopi yang buat aku sendiri," Ann mencoba membanggakan hasil latte art buatannya.

"Kelihatannya gak seberapa buruk untuk pegawai magang seperti aku," tambahnya yang ingin mendengar pujian juga dari si Lidia.

"Woww... Ann di bartender in here. Look so good, Ann. You made it to perfect," kata Lidia jujur.

Setelah mendengar ungkapan itu, Ann yang tak bisa menyembunyikan senyumannya pun bergegas untuk kembali ke meja kasir, namun saat hendak melakukan itu, secara tak terduga Lidia menghentikan dirinya.

"Mau kemana, Ann?" Tanya Lidia yang seketika mendapatkan jawaban.

"Kembali bekerja."

"Duduk sini dulu," pinta Lidia singkat.

"Masih banyak pekerjaan yang harus aku urus," kata Ann menolak secara halus permintaan dari sang sahabat perempuannya.

Ketika mereka berdua masih terlibat dalam perdebatan, suara lonceng yang sengaja dipasang pada sudut pintu masuk berbunyi begitu jelas. Ann yang memang sudah bekerja paruh waktu disini selama satu tahun, pun langsung paham kalau cafe ini sedang kedatangan seorang pelanggan.

Karena tahu itu, Ann pun tanpa ragu mulai memberikan sambutan serta sapaan selamat datang kepada pelanggan baru. Terkejut saat melihat ternyata yang datang ke cafe ini adalah Pak Rega. Seketika senyuman malu terlukis di wajah cantik milik Ann.

"Si dosen idaman kamu, datang," bisik Lidia yang kemudian mulai menikmati cheese cake dan berhenti berdebat dengan Ann.

Karena mendapatkan pelanggan, Ann bergegas untuk kembali ke belakang meja kasir. Kini gadis cantik yang baru berusia 23 tahun itu siap menerima pesanan dari dosen yang selama ini sudah berhasil mencuri hati. Iya, sejak semester empat, Ann mulai merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama kepada Pak Rega. Seorang dosen yang waktu itu sempat membantu dirinya, ketika tabrak lari terjadi. Bisa dibilang kejadian naas itu menjadi sebuah pertemuan pertama yang paling susah untuk dilupakan oleh Ann. Selalu ingat tentang Pak Rega yang kelihatan khawatir dan dengan terburu-buru menggendong dirinya menuju ke klinik terdekat.

"Dengan Ann, disini. Boleh saya terima pesanannya?" Tanya Ann kedengaran penuh semangat dan keceriaan. Ternyata Ann juga bisa pilih kasih. Kenapa saat menerima Lidia sebagai pelanggan, ia sama sekali tak kelihatan bersemangat?

"Sudah selesai mengerjakan revisinya?" Tanya Pak Rega yang malah menanyakan hal lain.

"Sudah."

"Berarti sudah mau lanjut ke bab tiga?" Tanyanya lagi.

"Iya."

"Apa sudah dalam proses pengerjaan?" Tanya Pak Rega yang entah mengapa berhasil memicu rasa kesal dari dalam diri Ann.

"Maaf banget nih, Pak! Bukannya aku menolak untuk menjawab, tapi sekarang waktunya sangat tidak tepat. Aku disini sedang menjadi pekerja yang siap menerima pesanan dari bapak," ucap Ann dan langsung mendapatkan tawa dari dosen itu.

"Maaf, maaf. Saya kemari juga karena ingin memesan, tapi setelah melihat kamu jadi teringat akan revisi an skripsi. Kamu tahukan kalau saya benar-benar sangat berharap untuk bisa membuatmu lolos tahun ini?" Kata Pak Rega merasa tidak enak karena sudah membuat Ann menunggu untuk pesanan.

"Jadi, apa yang ingin bapak pesan?" Tanya Ann mengubah arah pembicaraan menjadi yang seharusnya.

"I**ce Americano satu," akhirnya Pak Rega memberitahu pesannya.

"Hanya itu?"

"Iya."

"Untuk di bawa pulang atau minum disini?" Tanya Ann lagi.

"Bawa pulang saja."

Jari jemari Ann dengan cepat menari-nari di atas layar tablet yang digunakan pada meja kasir. Setelah mencatat semua pesanan dari Pak Rega, Ann pun segera bertanya kembali.

"Mau melakukan pembayaran tunai atau kartu?" Tanya Ann.

"Tunai saja. Berapa totalnya?"

"35 ribu saja, Pak," ujar Ann diikuti dengan senyuman tipis.

Tak ingin berlama-lama lagi, Pak Rega pun segera mengeluarkan dompet yang ada di saku celananya, lalu mulai membayarkan sejumlah uang pas kepada Ann.

"Kembaliannya kamu ambil aja, ya Ann," kata Pak Rega membayar segelas kopi pesanan dan anehnya itu bisa membuat Ann bingung.

"Tapi, uangnya pas," ucap Ann tak menyadari kalau itu hanyalah sebuah candaan dari Pak Rega.

"Bercandaan satu tua sekali ya," entah mengapa suasana jadi sedikit canggung.

"Joke bapak-bapak," imbuh Pak Rega mengakui kalau bercandaannya kurang lucu dan terlalu garing.

"Oh, Pak Rega sedang bercanda? Maaf! Haruskah aku ketawa sekarang?" Tanya Ann yang langsung mendapatkan senyum terpaksa dari dosen itu.

"Siapkan saja kopinya. Saya sudah harus segera pulang," tutur Pak Rega masih malu atas kelakuan diri sendiri. Niatnya memang ingin bercanda agar suasana lebih cair, tapi jadinya malah kikuk. Itulah sebabnya sekarang ini Pak Rega lebih menjadi dosen daripada pelawak.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!