Seharusnya Ann merasa senang karena tugas skripsi yang dalam beberapa hari kebelakang selalu menjadi bebannya telah berhasil diselesaikan dengan baik. Ini kelihatan sedikit aneh, tapi terlihat jelas apa adanya.
Pada saat Ann keluar dari ruangan Pak Rega, sembari tangannya menggenggam sebuah undangan pernikahan, kebahagiaan karena bisa menyelesaikan skripsi seakan sirna begitu saja dari wajahnya. Ia kelihatan lebih murung dibandingkan hari kemarin, dimana dirinya sedang memusingkan soal skripsi.
Helaan napas berat beberapa kali terdengar keluar dari mulutnya, bahkan air mata kelihatan sedang mengenang di matanya. Kenapa Ann ingin menangis? Apa pernikahan Pak Rega mampu membuatnya bersedih?
Lidia yang memang sudah begitu menunggu akan hasil keberhasilan skripsi dari sang sahabat pun dengan terburu-buru mulai mendekat ke arah gadis yang kini tengah kelihatan duduk seorang diri di sebuah kursi, tak jauh dari lokasi ruangan Pak Rega.
Terkejut sekaligus bingung, itulah yang kini sedang dirasakan oleh Lidia. Ekspresi wajah yang dibuat oleh sahabatnya sekarang, mampu membuat Lidia beranggapan kalau ada sesuatu terjadi dengan skripsinya. Maka dari itu, tanpa bertanya apapun Lidia langsung memberikan pelukan hangatnya, sembari sesekali menepuk punggung belakang milik Ann dengan lembut.
"It's okay Ann. Kalau gak bisa lulus tahun ini, kamu bisa lulus di tahun depan bareng sama aku," ujar Lidia berusaha menenangkan sang sahabat.
Bukanya membuat tenang, mendengar perkataan yang keluar dari mulut Lidia, sanggup membuat Ann malah menangis. Air mata yang sejak tadi berusaha ditahan, sudah keluar begitu saja tanpa adanya permisi. Tangisan Ann yang makin lama makin mengeras, malah membuat Lidia kebingungan.
"Ann? Kok makin kenceng nangisnya? Kenapa? Ada masalah apa? Kamu bisa cerita kok sama aku. Soal skripsi yang masih banyak revisi?" Lidia hanya mencoba untuk menebak saja.
"Bukan soal skripsi," kata Ann sembari menggelengkan kepalanya, menyalahkan semua tebakan yang dibuat oleh sahabatnya.
"Lalu?" Tanya Lidia membutuhkan jawaban atas segala kebingungan.
Ann melepaskan pelukan ini, lalu memberikan undangan pernikahan yang tadi diberikan oleh Pak Rega. Dengan penuh keraguan, Lidia mengambil undangan itu dan mulai membaca isi. Baru melihat nama yang tertera pada bagian depan dari undangan, Lidia kembali memeluk sang teman dan sama-sama ikut menangis. Sepertinya pernikahan yang akan dilakukan oleh Pak Rega mampu mematahkan hati dari dua gadis cantik itu.
"Katakan kalau semua ini hanyalah sebuah mimpi buruk yang nanti pasti akan berakhir," kata Lidia di tengah-tengah tangisan.
"Ini bukan mimpi. Ini kenyataan," Ann memang sedih, tapi pikirannya masih bisa terkontrol dengan baik.
Perlu diketahui, ketampanan rupa dan juga kebaikan serta kepedulian itulah yang mampu membuat mereka berdua begitu menyukai Pak Rega. Bahkan mereka sudah sampai membuat janji untuk tetap saling bersahabat kalau akhirnya hanya salah satu dari mereka yang bisa berhubungan dekat dengan Pak Rega.
"Tahu kalau kita sama-sama menyukai satu sosok yang sama saja sudah begitu menyakitkan. Kenapa harus ditambah seperti ini?" Kata Lidia seakan enggan untuk berhenti mengeluarkan air matanya.
Dua sahabat itu terus menangis tiada henti, bahkan ketika seluruh pandangan aneh dilemparkan oleh para mahasiswa yang lewat di hadapan, mereka kelihatan tak terlalu peduli.
"Ann, lain kali kita jangan pernah menyukai laki-laki yang sama ya! Lihatlah ujungnya, selalu saja tak ada yang bisa mendapatkannya," ucap Lidia mulai mencoba untuk mengusap air matanya sendiri.
Setelah merasa cukup puas untuk menangis bersama-sama, Lidia yang sudah terlebih dahulu berhenti, mulai kembali melemparkan pertanyaan yang sama seperti diawal.
"Soal skripsi? Gimana? Apa perlu melakukan revisi lagi?" Tanya Lidia seakan lebih peduli pada skripsi dari Ann.
"Semua aman. Aku hanya perlu meminta tanda tangan saja, setelahnya baru bisa ikut sidang," jawab Ann disela air mata yang masih terus turun.
Sebenarnya apa yang baru saja diungkapkan oleh Ann adalah sebuah kebahagiaan, tapi entah mengapa itu bisa kembali memancing air mata milik Lidia yang seharusnya sudah berhenti.
"Kenapa kamu menangis, Lid?" Tanya Ann kedengaran seperti seorang gadis polos.
"Tahu kalau kamu sudah mau lulus terlebih dahulu, itu sangat menyedihkan dibandingkan dengan berita Pak Rega akan menikah," ujar Lidia tak ada hentinya mengeluarkan air mata yang masih terus membuat pipinya basah.
...****************...
Cukup dengan segala kesedihan yang ada, dengan kedua mata yang kelihatan begitu sembab, mereka berdua memutuskan untuk menghabiskan waktu di sore hari dengan cara berjalan-jalan di pusat perbelanjaan.
Sepertinya menghabiskan uang untuk berbelanja adalah cara ampuh yang bisa membuat mereka lupa akan semua alasan dari keluarnya air mata. Lidia yang memang memiliki hobi menghamburkan uang pribadinya, pun tanpa sungkan mendatangi sebuah toko barang mahal.
"Mampir sini dulu ya, Ann!" Pinta Lidia dan hanya bisa dituruti oleh gadis cantik pemilik nama Ann itu.
Sebenarnya ini bukan kali pertama bagi Ann untuk datang ke toko barang mewah. Karena sebelumnya ia juga pernah mengunjunginya dan itu hanya karena ajakan dari Lidia. Bukan Ann yang suka, melainkan Lidia yang selalu tergila-gila pada barang-barang mahal seperti itu.
Ketika mereka datang ke toko ini, salah satu petugas langsung memberikan sebuah sapaan terbaik. Kebetulan Lidia sudah menjadi pelanggan tetap disini. Jadi, pegawai toko juga bisa dengan mudah mengenali.
"Nona Lidia. Selamat datang kembali ke toko kami," ujar pegawai itu memberikan sebuah kalimat sambutan kepada mereka berdua.
Tak ingin terlalu terlibat dalam percakapan yang kurang berarti, Lidia pun segera bertanya kepada pegawai itu mengenai barang terbaru yang ada di toko ini. Dengan mudahnya, si pegawai menunjukan kepada Lidia kalau ada sebuah tas keluaran terbaru. Kelihatan dengan jelas kalau pegawai itu sangat mengenal Lidia. Buktinya ia tahu barang apa yang paling bisa menjadi daya tarik serta kesukaan dari Lidia.
Dikarenakan Ann tak terlalu tertarik dengan urusan seperti ini, ia pun memutuskan untuk duduk nyaman menunggu di sebuah sofa panjang yang telah di sediakan. Selagi sang sahabat memilih apa yang memang mau dibeli, Ann lebih memilih untuk terfokus pada layar ponselnya. Akan tetapi, belum ada sepuluh menit menunggu, Lidia kembali kepadanya sambil membawa dua setel gaun berwarna putih yang tampak begitu pendek dan tak memiliki lengan.
Saat melihat gaun itu, Ann hanya bisa bertanya-tanya bingung. Kenapa sahabatnya menunjukan gaun ini? Apa sekarang ia sedang meminta pendapat dari Ann soal gaunnya?
"Tentu saja, gaun ini cocok untuk kamu pakai," ucap Ann yang ternyata tak sesuai dengan apa yang sedang berada dalam jalan pikiran seorang Lidia.
"Ayo kita kenakan gaun ini dan pergi bersenang-senang!" Ajak Lidia sembari menunjukan senyumannya.
Ann yang memang masih tidak mengerti, layaknya seorang gadis polos pun kembali bertanya akan maksudnya. Bersenang-senang? Bukankah sekarang ini mereka sedang melakukannya?
"Apa maksudmu? Aku terlalu sulit untuk mengerti."
"Minum bir di sebuah bar? Bukankah itu terdengar begitu menyenangkan?" Ungkap Lidia.
Tak perlu banyak menunggu tanggapan ataupun keputusan dari Ann, gadis cantik pemilik nama Lidia itu langsung menyerahkan dua gaun putih kepada si pegawai toko. Untuk hari ini, ia hanya akan membeli gaun, tidak dengan tas keluaran terbarunya. Mungkin lain kali, saat Lidia datang bersama sang ibunda.
"Tolong bungkus ini!" Pinta Lidia dan dengan mudah langsung dituruti oleh pegawai itu.
Meskipun hanya membeli dua gaun, harga yang harus dibayar oleh Lidia bukan main-main. Sudah mengeluarkan banyak uang, tapi Lidia tetap bisa kelihatan santai. Tak perlu terheran, harga dua gaun itu tak akan bisa membuat seorang Lidia kehabisan uang. Tahu sendiri kalau sahabat dekat Ann berasal dari sebuah keluarga yang sangat berkecukupan. Ibunda Lidia adalah seorang artis dan juga penyanyi, serta Ayahnya adalah seorang arsitek. Bukan suatu hal yang mengejutkan kalau Lidia cukup memiliki banyak uang.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments