Kalau hanya datang ke toko barang mahal Ann bisa dibilang begitu sering, tapi tidak dengan pergi ke sebuah bar. Jujur saja, ini adalah kali pertama bagi seorang Ann datang berkunjung ke tempat seperti itu.
Selama hidup, bahkan ketika sempat tinggal di Inggris, Ann selalu diminta menjauhi tempat-tempat yang bisa dibilang dipenuhi dengan kesenangan duniawi itu. Bukan tanpa sebab, hanya saja waktu itu Ann masih terikat oleh banyaknya aturan yang dibuat oleh keluarga.
Sampai ketika Ann lulus dari bangku SMA, ia sangat penasaran dan ingin menerima ajakan dari Lidia untuk datang ke bar, namun sayang seorang pengasuhnya masih tetap mengatur dan memberikan perintah agar Ann tetap terus mengikuti aturan yang ada.
Rasanya cukup melelahkan untuk terus taat pada aturan dan tepat sekitar dua tahun yang lalu, Ann akhirnya memiliki keberanian untuk menentang semua. Ann mengatakan dengan tegas kalau ada yang memang bisa mengatur jalan kehidupannya, itu tak lain adalah diri sendiri, bukan orang lain.
Ann yang memang ingin lepas dari ikatan keluarganya pun memutuskan untuk tinggal seorang diri. Berjuang sendirian supaya kehidupannya bisa terus berjalan. Banyak sekali kesulitan yang harus dialami oleh Ann sampai bisa berada dititik seperti sekarang ini. Dia hanya memiliki satu kali kesempatan untuk hidup, jadi rasanya akan sangat tidak dewasa kalau tetap terikat pada sebuah keluarga yang sekarang keberadaannya juga sudah tak terlihat lagi.
Rasa penasaran yang selama ini selalu menyapa diri Ann, sebentar lagi akan menemukan jawabannya. Untuk datang ke bar, bisa dibilang usia Ann sudah sangat legal. Sekarang ia berada di usia dewasa yang tentu saja, bisa menentukan pilihan serta melihat mana yang baik dan buruk. Ann bukan anak kecil yang harus terus mendapatkan larangan.
Dikarenakan ini adalah kali pertama Ann akan pergi bersenang-senang di sebuah bar dan ia belum banyak tahu apapun, jadi Lidia yang akan menjadi tour guide untuk sahabatnya itu. Mengajari apa yang boleh dan tidak dilakukan saat berada di bar. Sebenarnya kalau memikirkan keselamatan, tempat seperti itu jauh dari kata aman. Tidak heran hanya orang-orang cukup umur saja yang boleh masuk kesana.
"Ann? Grogi?" Tanya Lidia sesaat setelah mereka turun dari sebuah mobil warna merah yang dikendarai sendiri olehnya.
"Apa gaunnya tidak terlalu terbuka?" Ann sama sekali belum bisa terbiasa dengan pakaian yang saat ini masih melekat tubuhnya.
Sebelum memberikan jawaban, Lidia terlebih dahulu menelisik, melihat penampilan dari sang sahabat yang kelihatan begitu mempesona, menawan dan pastinya sangat seksi. Dengan penampilan Ann yang seperti ini, bisa dipastikan kalau akan ada banyak pria yang mencoba genit ataupun menggoda seorang Ann, saat mereka sudah tiba di dalam sana.
"Kamu cantik banget. Seriusan. Rasanya seakan tak ada yang kurang dari kamu, Ann...," kata Lidia mencoba untuk memberikan keyakinan serta kepercayaan diri kepada si sahabat.
Walaupun sudah diberitahu seperti itu, tetap saja belum bisa membangkitkan rasa percaya diri dari seorang Ann. Sembari tersenyum tipis, Ann mulai melangkah masuk ke dalam bar, mengekor tepat di belakang dari Lidia yang sudah mendahului.
Dengan langkahnya yang tampak ragu, Ann terus saja mencoba untuk menurunkan gaun putih yang dikenakan olehnya. Berharap kalau ada tambahan kain yang bisa digunakan sebagai penutup dari sebagian kaki jenjangnya.
Bersama dengan Lidia, Ann mulai memasuki tempat hiburan malam itu. Suara alunan musik DJ sudah terdengar begitu jelas menyapa telinga keduanya. Ternyata Bar bukanlah sebuah tempat yang terlalu menyenangkan bagi Ann. Merasa risih karena suara musik yang begitu keras ini.
"Ann?" Panggil Lidia yang sekarang sudah ada di meja bartender.
Tak ingin terlalu lama memperhatikan sekeliling, Ann pun mulai mendekat ke arah sahabatnya, lalu mengambil tempat persis di kursi tinggi kosong yang ada di sebelah Lidia.
"Mau pesan minum apa? Hari ini aku yang akan traktir. Apapun yang kamu mau bilang saja," kata Lidia mempersilahkan Ann untuk memesan.
"Memangnya kamu pesan apa?" Tanya Ann masih bingung dengan minuman yang di jual pada tempat ini.
"Hanya Vodka," Kata Lidia dengan mudahnya.
Meskipun tak terlalu tahu menahu soal minuman yang dipesan oleh sang teman, Ann tetap menganggukkan kepala, berpura-pura mengerti. Bukankah Vodka adalah sejenis minuman keras?
"Boleh aku minta lemon tea saja atau minuman bersoda?" Pinta Ann yang langsung mendapatkan tawa dari sang sahabat.
Menurut Lidia, sahabatnya itu begitu lucu. Bagaimana bisa ia memesan lemon tea pada saat sedang berada di bar. Bukankah kalau ingin menikmati itu, tak perlu jauh-jauh sampai datang kesini? Sebuah cafe yang ada di dekat kampus juga menjualnya.
"Kamu kesini bukan hanya untuk menikmati lemon tea kan?" Sindir Lidia masih sambil memberikan tawa kecil.
"Aku sama sekali gak bisa minum minuman yang mengandung alkohol," ujar Ann yang langsung membuat Lidia mengambilkannya segelas sloki.
"Kenapa bilang gak bisa padahal belum dicoba?" Kata Lidia yang kini telah mengisi gelas sloki milik Ann dengan Vodka.
Masih dalam sedikit keraguannya, Ann yang sudah menerima gelas sloki itu pun mulai meminum Vodka pemberian dari Lidia dalam sekali teguk. Jujur saja, pertama kali meminum minuman yang mengandung alkohol rasanya tidak seenak seperti pada bayangan. Tapi, meskipun demikian sang sahabat — Lidia, sangat terlihat begitu menikmati.
"Bagaimana? Apa kamu menyukainya?" Tanya Lidia meminta pendapat kepada Ann tentang minuman keras yang selalu menjadi favoritnya itu.
"Manis, tapi ada sedikit rasa pedas saat masuk ke tenggorokan. Aku pikir tak terlalu menyukai sensasi ini," ungkap jujur Ann yang sudah meletakan kembali gelas slokinya ke atas meja bar.
Sambil tersenyum tipis, Lidia tak ragu untuk mengisi kembali gelas yang telah kosong dengan Vodka. Ann yang mengetahui itu pun mendadak langsung menolak. Rasanya ia enggan meneguk minuman itu.
"Aku akan pesan yang lain. Sepertinya tak bisa untuk meminumnya lagi," ujar Ann memberikan penolakan yang tentunya tidak terlalu disukai oleh Lidia.
"Setidaknya habiskan saja tiga gelas. Hanya untuk membuatku merasa tak terlalu sia-sia mengajakmu kemari," pinta Lidia sembari memasang tatapan mata penuh harap.
Meskipun Ann sudah enggan dan cukup dengan minuman beralkohol itu, saat mendengar permintaan dari Lidia, entah mengapa perasaan tidak enak mulai menyapa dirinya.
Sembari menatap kepada sang sahabat, Ann kembali meneguk gelas sloki kedua. Setelah berhasil memasukkan minuman itu ke dalam tubuhnya, Ann langsung mengeluarkan helaan napas, seakan menunjukan kalau dirinya sedang begitu tersiksa akan minuman beralkohol ini.
"Gelas terakhir. Setelah ini, aku tak akan memintamu untuk minum kembali," kata Lidia terus memaksa agar temannya mau meminum Vodka itu.
Sloki ketiga dari minuman keras sudah berhasil dihabiskan oleh Ann dan tak lama seusai mengkonsumsi itu, rasa pening pada kepala tiba-tiba menyapa diri Ann. Apa efek dari minuman beralkohol sudah mulai bekerja? Apa memang secepat ini untuk bereaksi?
Ann yang berusaha tetap pada kesadarannya pun beberapa kali menggelengkan kepala serta memberikan tamparan pada pipinya. Hanya meminum tiga gelas sloki dan itu sudah bisa membuat Ann mabuk.
"Are you okay, Ann?" Tanya Lidia menyadari kalau sahabatnya itu sedang berjuang untuk kesadaran diri sendiri.
"Ya, I'm okay. Please don't worry!" Jawab Ann yang mencoba menyatakan dirinya tetap baik-baik saja.
"Butuh air mineral?" Tanya Lidia menawarkan sesuatu karena perasaan bersalah mulai muncul dari dalam dirinya.
"Aku akan keluar sebentar. Kemungkinan butuh udara segar saja," kata Ann yang kemudian mulai bangkit dari tempat duduknya.
Dengan langkahnya yang kelihatan sudah tak stabil, Ann mulai menuju ke arah pintu keluar. Untuk sementara Ann akan meninggalkan bar itu dan berharap kalau angin malam bisa membantu mengembalikan kesadarannya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments