Kecelakaan.

Beberapa hari berlalu dan kini di kediaman keluarga Harvey — salah satu keluarga ternama yang memiliki perusahaan terbesar bernama HR Group, sedang diadakan sebuah pesta hanya untuk merayakan hari ulang tahun putra semata wayang bernama Matteo.

Di hari ini, tepatnya pada bulan September, Matteo merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh. Rencananya, tepat di pesta Tuan Harvey berniat untuk memberitahukan semua orang tentang putranya — Matteo, yang akan menggantikan posisi serta tugasnya sebagai pemimpin dari HR Group.

Matteo yang kelihatan begitu gagah mengenakan setelan jas bewarna hitam, kini sedang berdiri di belakang kue ulang tahun bersama kedua orang tua. Rasanya begitu senang karena ia masih diberikan kesempatan untuk bisa merayakan hari bahagia ini dengan keluarga yang lengkap.

"Selamat ulang tahun untuk kamu, sayang. Bunda bawakan hadiah spesial yang harus kamu terima," ujar Nyonya Harvey sembari memberikan sebuah kotak kado berukuran sedang kepada sang putra.

Bagi seorang anak berusia tujuh tahun seperti Matteo, tentu saja merasa senang karena bisa mendapatkan hadiah di hari yang spesial. Dengan senyuman mengembang di wajahnya, Matteo menerima hadiah pemberian dari sang ibunda.

"Buka nanti aja ya, sayang. Setelah acaranya selesai," kata Nyonya Harvey.

Merasa belum cukup hanya dengan hadiah dari sang ibu, tanpa ragu Matteo juga meminta hadiah dari sang ayah. Semua dilakukan olehnya hanya untuk memperlengkap kebahagiaan di hari ulang tahun ini.

"Ayah tidak memberikan kado apapun?" Tanya Matteo dengan tatapan menelisik mencoba mencari tahu soal hadiah yang telah disiapkan oleh sang ayah.

Dimintai hal seperti itu oleh sang putra, sanggup membuat Tuan Harvey tersenyum penuh arti. Apa maksud dari senyumannya? Apa beliau memang tidak menyiapkan hadiah apapun untuk diberikan kepada Matteo?

"Ayah tidak lupa untuk membeli hadiah kan? Sama seperti tahun lalu?" Tanya Matteo penuh curiga.

Belum menanggapi apapun, Tuan Harvey pun memanggil salah seorang anak buah kepercayaan, bermaksud untuk meminta tolong mengambilkan pengeras suara yang saat ini sedang berada di tangan dari MC.

"Ayah akan memberikan kamu hadiah terbaik," kata Tuan Harvey sembari menepuk ringan pundak dari putranya itu.

Setelah berhasil mendapatkan pengeras suara dan juga kesempatan untuk berbicara ke publik, Tuan Harvey yang telah memikirkannya selama berhari-hari pun tanpa ragu langsung memberikan hadiah kepada Matteo.

"Di hari yang spesial ini, saya sebagai pemilik sekaligus pemimpin dari perusahaan HR Group ingin menghadiahkan kursi jabatan pengganti sebagai pimpinan kepada putra semata wayang saya, Matteo," kata Tuan Harvey memberikan pengumuman yang seharusnya tidak terlalu mengejutkan.

"Setelah umur Matteo sudah mencapai delapan belas tahun, ia akan menduduki posisi wakil Presdir dan bekerja bersama saya. Baru setelah Matteo lulus dari bangku universitas dan merasa sudah layak, dia akan menggantikan tempat saya sebagai pimpinan dari perusahaan HR Group."

Ini adalah hadiah yang dimaksud oleh Tuan Harvey. Memberikan semua kekuasaan dan wewenang terhadap perusahaan HR Group kepada sang putra. Apa yang lebih hebat selain memberikan posisi pimpinan?

"Pasti hadiah dari ayahmu terlalu hebat dan tidak bisa dibandingkan dengan hadiah yang bunda kasih," ujar Nyonya Harvey pesimis.

"Kata siapa? Aku lebih menyukai hadiah yang diberikan oleh Bunda dibanding Ayah," kata Matteo yang tiba-tiba berlari pergi meninggalkan tempat acara ulang tahun ini.

...****************...

Matteo, anak laki-laki semata wayang yang di miliki oleh keluarga Harvey, kini sedang terlihat terduduk diam di kursi meja belajarnya. Bukan tanpa sebab, hanya saja tadi saat sang ayah mengumumkan tentang rencana membuatnya menjadi pimpinan dari perusahaan HR Group, Matteo merasa kurang setuju.

Matteo menolak menjadi seorang pimpinan, hanya karena merasa kalau posisi itu terlalu berat untuk dijalani. Kalau melihat sang ayah yang kerap pulang larut hanya karena disibukan dengan masalah perusahaan, berhasil memicu rasa enggan dalam diri Matteo.

Sampai pada akhirnya, pada saat Matteo sudah terlalu lama berada di dalam kamar, tiba-tiba suara ketukan pintu yang tidak sabaran terdengar. Matteo terkejut dengan siapa gerangan yang mengetuk pintu kamarnya sampai seperti ini. Karena tak ingin penasaran, Matteo pun membuka pintu itu.

Terkejut, ketika mendapati Tuan Bram — salah satu anak buah kepercayaan dari sang ayah, sekarang sedang berdiri di hadapannya. Belum sempat bagi Matteo bertanya, Tuan Bram sudah terlebih dahulu menutup mulut Matteo rapat-rapat, bahkan sekarang tubuh mungilnya sudah digendong. Entah apa yang sebenarnya sedang terjadi, perasaan Matteo tiba-tiba menjadi kurang enak.

Matteo berniat untuk bertanya, tapi tak bisa dengan mulut yang ditutup rapat-rapat. Sampai pada akhirnya ia harus memberontak minta dilepaskan. Dikarenakan usia dari Tuan Bram juga sudah tak muda lagi, ia terlalu sulit menahan berontak yang dilakukan oleh Matteo. Anak berusia tujuh tahun itu berhasil melepaskan diri dari gendongan Tuan Bram.

"Apa yang—" Bukan karena ingin memberikan jeda, Matteo hanya terkejut ketika mendengar suara tembakan yang berasal dari lantai satu bangunan mansion ini.

Kenapa bisa ada suara tembakan? Bukankah di lantai satu sedang ada pesta ulang tahunnya? Siapa yang membawa pistol? Sebenarnya apa yang sekarang tengah terjadi?

Tuan Bram yang juga mendengar suara tembakan itu pun bergegas untuk kembali menutup rapat mulut dari Matteo. Seakan tak mengizinkan anak itu bersua sedikitpun.

"Jangan bicara apapun! Tuan muda harus selamat," kata Tuan Bram yang kemudian menuntun langkah Matteo menuju ke arah ruangan bawah tanah yang memang dibuat oleh sang ayah sebagai tempat pelarian di saat ada masalah.

Dengan tergesa-gesa, Tuan Bram membuat Matteo tetap berada di ruangan bawah itu, sambil menjelaskan tentang apa yang sekarang sedang terjadi.

"Kamu harus ingat, keluarga Wilson adalah penyebab dari semua kekacauan ini," kata Tuan Bram yang tak bisa dimengerti oleh Matteo.

"Ikuti terus jalan yang ada. Di pintu keluar, akan ada beberapa anak buah yang menjaga mu," tambahnya.

"Matteo?" Panggil Tuan Bram ketika berniat untuk melangkahkan kaki keluar dari ruangan ini.

"Sekarang kamu sudah menjadi pimpinan dari HR Group. Jangan buat perusahaan itu hancur hanya karena kejadian ini!" Perintah Tuan Bram kemudian keluar dari ruangan meninggalkan Matteo dalam kebingungan.

Merasa belum mendapatkan jawaban apapun, Matteo pun memutuskan untuk membuka pintu dari ruangan bawah tanah ini. Maksudnya hanya karena ingin mencari tahu yang terjadi. Tapi entah apa yang terjadi, Matteo terlalu kesulitan untuk membuka pintunya. Maka dari itu, ia berusaha mencari cara lain. Melewati celah pintu kayu, Matteo melihat keberadaan Tuan Bram yang sedang dihadang dengan pistol oleh seorang lelaki kekar berpakaian serba hitam.

Tuan Bram terlihat berusaha untuk melawan, tapi tetap harus kalah karena laki-laki itu sudah terlebih dahulu menembakan pelurunya dan itu tepat mengenai kepala dari Tuan Bram.

Melihat pembunuhan yang terjadi, mau tak mau Matteo harus menutup mulutnya sendiri. Berusaha untuk tidak berteriak ataupun mengeluarkan suara. Merasa sudah cukup untuk mendapatkan jawaban, Matteo pun bergegas pergi menyusuri jalan bawah tanah, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Tuan Bram.

Bersambung...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!