Nol

Surat kontrak kini telah ada di hadapannya. Liora meraih pena hendak menandatanganinya, sejenak gerakannya terhenti."Tapi tuan harus berjanji satu hal, saat nanti bertemu orang tuaku di kampung, bagaimana pun orang tuaku, tuan tidak boleh membatalkan acara lamaran,"

"Aku..." Kata-kata Kairan disela.

"Ayah, Liora sudah mau menandatangani perjanjian konyol ini. Ayah, aku tidak pernah meminta apapun jadi..." Arga terdiam menatap ke arah ayahnya.

"Iya! Aku akan jadi keras kepala dan membantumu menghadapi orang tuamu." Pada akhirnya Kairan benar-benar mengalah.

Putra yang selama ini terlalu berbakti, terlalu baik, kini sudah dewasa dan dapat menginginkan sesuatu. Entah kenapa wajah Kairan tersenyum menatap ke arah Liora yang tanda tangan tanpa ragu. Kemudian saling menatap dengan Arga, sepasang jemari tangan yang saling menggenggam erat.

Bagaikan seorang ayah yang baru saja memberikan mainan pada putranya yang merengek, menangis tidak mau makan. Memberikan mainan yang diinginkan putranya. Mainan? Bahkan di masa kecilnya Arga tidak pernah meminta apapun.

Pria yang mungkin sudah mulai ikhlas menemukan Liora sebagai calon istri Arga.

*

Pemilik ruko telah dihubungi oleh Liora. Wanita yang baru bekerja beberapa hari, namun sudah berpamitan mengatakan dirinya akan menikah.

Pemuda yang telah memakai setelan jas dengan harga yang tidak murah, hari ini dirinya akan resmi melamar kekasihnya.

"Bisa tolong aku?" tanya Liora dari ruang ganti yang sempit. Dalam butik tempat mereka berada saat ini.

Pegawai butik hendak masuk, namun Arga mencegahnya. Pemuda itu yang masuk pada akhirnya.

"Arga?" Liora mengenyitkan keningnya. Jarak yang begitu dekat, situasi yang tidak kondusif.

"Perlu bantuan apa?" tanya sang pemuda.

"Resletingnya macet, tolong naikkan," pintanya, berbalik, tangannya memegang gaun bagian depannya, hingga gaun yang belum terpakai sempurna tidak teronggok di lantai.

Lekuk tubuh sempurna, benar-benar indah. Punggung putih semulus porselin, ingin rasanya dicemari olehnya menciptakan tanda di sana. Bahwa wanita ini adalah miliknya.

Perlahan resleting gaun dinaikannya. Namun, tanpa sadar dengan tingkat kesadaran yang benar-benar rendah, punggung indah itu diciumnya perlahan, bahkan bibir yang merayap naik ke area leher. Membuat sang wanita terkejut.

"Maaf," ucap Arga canggung, dengan cepat menaikan resleting gaun. Benar-benar bodoh baginya, mencium punggung Liora.

Namun wanita itu tiba-tiba berbalik."Kamu ingin?" tanyanya, wajah yang benar-benar menawan, membuat bibir Arga kelu untuk menjawabnya.

Liora mengalungkan tangannya di leher Arga. Ini sungguh sulit dikendalikan, benar-benar sulit. Wanita yang mulai menikmati bibir kekasihnya, sepasang lidah yang menuntut entah ingin melakukan apa.

Hasrat sebagai pria normalnya berjalan seiring aliran darah dalam tubuhnya yang semakin cepat."Liora..." bisiknya lirih ingin menghentikan segalanya.

"Kita akan berkembang biak nanti," jawaban dari kekasihnya yang hanya tersenyum. Berlari keluar setelah mengecup pipi Arga.

Meninggalkan sang pemuda yang hanya terdiam menatap ke arah cermin ruang ganti. Dirinya tidak dapat bersanding dengan cara seperti ini, apa tidak ada cara memperbaiki wajahnya?

Cantik? Bahkan terlalu cantik, calon istrinya benar-benar cantik."Aku menginginkannya, ingin membahagiakannya."

Pemuda yang menjadikan wajah rupawan sebagai patokan kebahagiaan kekasihnya. Wajahnya tersenyum, setelah pernikahan dirinya memang harus mengurus kerjasama perusahaan milik almarhum kakeknya. Mengurus kerjasama perusahaan dengan sepupunya.

Memiliki istrinya, kemudian meninggalkannya dengan alasan bisnis. Mungkin akan ada cara, mengembalikan wajahnya, walaupun tidak mungkin menyerupai rupa aslinya sebelum terjadi kebakaran.

Perusahaan yang dikelolanya saat ini adalah milik ayahnya. Sedangkan perusahaan milik almarhum kakeknya kini dikelola saudara sepupunya. Rencana Kairan yang ingin membangun kerjasama dengan perusahaan almarhum ayahnya yang berpusat di Australia.

Kairan sendiri merupakan anak adopsi, karena itu cukup tahu diri mendirikan perusahaan sendiri. Masih memiliki hubungan baik dengan anak kandung almarhum ayah angkatnya. Hingga kini ingin membuat kerjasama sebagai kerabat berbeda ras.

Arga berjalan keluar dari bilik ruang ganti masih membawa tongkatnya. Menatap kearah wajah cantik calon istrinya yang tersenyum padanya. Bisakah dirinya meninggalkan Liora? Menyelesaikan urusan bisnis serta memperbaiki rupanya saat ini.

Dapat tampil rupawan di masa remajanya, wajah yang menarik perhatian banyak wanita. Namun, tidak dapat terlihat rupawan di hadapan wanita yang benar-benar dicintainya. Mungkin menjadi sebuah sesal baginya.

Beberapa orang karyawan butik terdengar diam-diam berbisik. Tentang kemungkinan ini adalah pernikahan paksa seperti yang ada dalam novel-novel, dimana wanita miskin dipaksa menikah dengan pria cacat yang kaya. Beberapa orang karyawati yang bergosip merasa iba pada Liora yang begitu cantik.

"Sayang! Besok malam kamu tidak akan aku lepaskan! Biar aku yang ada diatas!" Liora mengedipkan sebelah matanya ke arah Arga, meninggikan intonasi suaranya dengan sengaja. Wanita tidak tahu malu yang tersenyum menatap ke arah calon suaminya.

Para karyawati butik yang tadinya bergosip mulai bungkam. Wanita yang menikah bukan karena terpaksa seperti yang ada di fikiran mereka.

Sedangkan Arga menghela napas kasar. Istri yang selalu membelanya dengan cara yang aneh.

Perlahan menggerakkan tongkatnya menghampiri Liora."Dasar bebek..." cibirnya tersenyum.

Sedangkan calon istrinya hanya tertawa kecil, mengalungkan tangannya pada leher Arga."Pacarku, selalu jadi yang tertampan, bahkan mengalahkan ketampanan Lee Minho, Roger Danuarta, atau Tom Cruise..."

Para karyawati butik membulatkan matanya. Menghela napas berkali-kali. Ingin muntah rasanya mendengar rayuan sang mempelai wanita yang terlihat bucin setengah mati.

*

Perjalanan yang cukup panjang dengan beberapa mobil. Dua mobil yang diisi dengan berbagai barang untuk keluarga calon besannya. Dan mobil yang disetirnya, lengkap dengan Intan, Liora dan Arga yang ada di dalamnya.

"Katakan saja alamatnya dimana?" tanya Kairan mengenyitkan keningnya. Pasalnya dirinya menyetir diikuti dua mobil di belakangnya hanya mengikuti arahan dari Liora, bahkan nama desa pun tidak disebutkannya.

"Dari depan belok ke kiri," ucap Liora, masih takut jika lamarannya akan dibatalkan. Kalau dirinya ketahuan anak dari musuh bebuyutan Kairan.

Kairan mengenyitkan keningnya, gerbang desa itu terlihat. Hamparan padi dengan pemandangan indah. Pria yang menelan ludahnya berkali-kali.

Jalan terjal dengan beberapa sudut yang rusak. Wanita desa yang ramah itu mulai membuka kaca jendela mobil.

"Bibi!" teriaknya pada salah seorang warga desa.

"Nak Liora, sudah pulang!" seorang wanita yang menggunakan capil melambaikan tangannya.

"Ramah, cantik, kolot, pintar berkelit seperti belut. Wanita ini tidak mungkin kebetulan anak dari Winata kan? Tidak, tidak mungkin. Anak dari Winata tidak mungkin kebetulan ditemukan putraku di tempat prostitusi," batin Kairan menggeleng-gelengkan kepalanya. Menepis pemikiran gilanya.

Masuk lebih dalam ke desa. Mobil itu terhenti sejenak oleh kawanan bebek yang melintas. Kembali melanjutkan perjalanannya.

"Belok kanan," ucap Liora penuh senyuman.

Jantung Kairan berdegup cepat, ini semakin mendekati rumah Winata.

Tin! Tin! Tin!

Suara klakson motor bebek terdengar."Liora!" panggil seorang pemuda desa. Bagaikan mencari perhatian wanita yang tengah berada dalam mobil dengan jendela terbuka.

"Tidak mungkin," gumam Kairan lagi, tertawa aneh. Wanita tercantik di desa menjadi incaran banyak pemuda.

"Berhenti! Ini rumahku," ucap Liora, bersamaan dengan Kairan menghentikan mobilnya. Rumah si botak pemakan bakpao, ini benar-benar rumahnya.

Winata yang memang sempat dihubungi putrinya sudah menunggu di depan rumah, dengan tatapan datar. Tatapan bagaikan ayah yang benar-benar posesif. Tidak tenang seperti sebelumnya lagi.

Tanpa permisi Liora membuka pintu. Berlari ke arah Winata memeluk sang ayah."Kepala ayah bertambah licin saja," ucap putrinya.

Kairan terdiam, hanya diam di kursi pengemudi dengan fikiran kosong.

Terpopuler

Comments

ummah intan

ummah intan

jgn pingsan ya pak kairan?

2024-09-10

1

ummah intan

ummah intan

penasaran gmn awal mereka menjadi selingkuhan pdhl keduanya saling mencintai?

2024-09-10

0

🇪🇭🇲🇨n⭕⭕v!🇪🇭🇲🇨

🇪🇭🇲🇨n⭕⭕v!🇪🇭🇲🇨

Terdiam.....
hanya bisa diam .....
hemm.... silahkan lanjutkan 🤭

2023-12-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!