Sudah hampir sebulan kebersamaannya dengan Liora. Dua orang yang kini tertawa.
Bug!
Tubuh Liora terjatuh ke atas tempat tidur, diikuti dengan tubuh Arga yang kini ada diaras tubuhnya. Arga masih tertawa dengan candaan mereka, saling menggelitik pada awalnya. Namun tawa sang pemuda mulai menghilang, melihat ke arah Liora yang menghentikan tawanya, menatap matanya lebih dalam.
Matanya menatap lebih dalam ke arah mata gadis yang kini ada di bawah tubuhnya. Bibir semakin mendekat, detak jantung yang yang berdegup cepat tidak menentu.
Hanya memejamkan mata mengikuti perasaan mereka.
Tok! Tok! Tok!
"Arga! Apa sudah selesai mandinya? Teman ibu ada yang ingin bertemu!" Teriak Intan dari luar sana.
"Mengganggu!" batin Liora mengenyitkan keningnya, berusaha memendam kekesalannya.
"Iya, Bu!" teriak Arga bangkit dari atas tubuh Liora. Keduanya terdiam sesaat terlihat semakin canggung.
Hingga Liora mencairkan suasana."Kamu tadi mau menciumku? Apa sudah menyukaiku?"
"Tidak! Dasar bebek!" ucapnya gelagapan.
"Asal kamu senang, aku akan senang. Asal kamu bahagia, aku akan bahagia." Liora merapikan pakaian yang dikenakan Arga. Wanita yang mengetahui kali ini pemuda itu akan kembali dijodohkan. Jemarinya meraih sisir, menyisir pelan rambut Arga yang tinggal setengah. Lukanya sudah kering dengan sempurna. Hanya saja bekas yang begitu parah tidak menghilangkan rupa mengerikannya.
Arga tersenyum lirih, dirinya sudah mulai mencintai wanita ini. Namun, tidak dapat bersama dengannya, menatap penampilannya sendiri di cermin. Kaki yang pincang. Mungkin, mungkin saja lebih baik Liora bersama dengan pria lain. Pria yang akan membuatnya bahagia.
"Bisa kamu berhenti mengatakan menyukaiku?" tanyanya pada Liora.
"Tidak, aku mencintaimu," ucap Liora membuat tanda hati dengan jemarinya.
Tangan Arga mengepal tersenyum lirih."Jika aku menyukai wanita lain. Kamu akan menyerah bukan? Kembali ke tempatmu berasal?"
Liora mengangguk, berusaha tersenyum. Namun jemarinya gemetar entah kenapa. Apa yang terjadi apa dirinya? Apa sudah benar-benar menyukai Arga?
"Aku akan turun," ucap Arga meraih tongkatnya. Berjalan sedikit pincang, meninggalkan Liora yang tertegun seorang diri.
Dirinya merapikan tempat tidur, kemudian menuju kamar mandi merapikan segalanya, usai membantu Arga membersihkan diri. Wajah itu terlihat tanpa ekspresi, mengepalkan tangannya. Hanya diam, memang tidak ada yang dapat dilakukannya. Tidak memiliki status beberapa minggu ini dirinya sudah berusaha, namun benar-benar tidak ada yang terjadi.
Menyerah pada janjinya? Dirinya sudah berusaha. Namun, jika magnet berasal dari sisi kutub yang sama, tidak akan dapat menyatukannya.
Wanita itu melangkah perlahan menuruni tangga. Seorang wanita berpakaian sederhana terlihat. Tidak begitu cantik, tangan Liora lemas kala mendengar kata-kata dari mulut Arga."Kami akan mencoba saling mengenal. Mungkin aku akan menyukainya perlahan,"
Ini adalah akhir janjinya. Setidaknya dirinya sudah berusaha, mewujudkannya. Tapi seharusnya dirinya senang bukan? Anak tuan tanah cukup rupawan, atau tetangganya yang kini bekerja di minimarket, selalu terlihat tampan dengan seragam birunya. Apalagi kala diam-diam meliriknya, mengatakan "Selamat datang di Indomaret, selamat berbelanja,"
Pemuda yang pernah melamarnya, ada banyak dan bersaing untuk mendapatkannya. Mungkin inilah akhir dari segalanya, namun sungguh mata yang bodoh, air matanya mengalir. Hati yang juga bodoh kala merasa rasa sakit yang menyengat.
Dirinya hanya menatap segalanya. Arga tidak mencintainya, wanita yang mulai melangkah menuju lantai dua. Inilah saatnya untuk pergi, kala kata kualat itu tidak berlaku lagi.
*
Arga menatap kearah tangga, pemuda yang sejatinya menyadari keberadaan Liora. Menatap punggung sang wanita yang melangkah pergi.
"Ini demi kebaikannya," batinnya menyadari fisiknya yang tidak sempurna. Menerima wanita yang dijodohkan dengannya? Sejatinya tidak, Arga menyadari wanita ini bersedia dijodohkan karena uang.
Wajah wanita dari keluarga baik-baik. Wanita yang memalingkan wajahnya, sibuk dengan phonecellnya. Hanya sang ibu dari pihak wanita yang antusias menjodohkan putrinya.
Intan melirik ke arah putranya, terdapat kesedihan di sana. Arah pandangan yang menuju ke satu titik. Liora yang melangkah pergi kembali ke lantai dua.
Putranya benar-benar menyukai Liora? Namun memiliki menantu mantan wanita penghibur, apa dirinya siap? Apa Liora dapat mencintai putranya dengan tulus?
Intan hanya terdiam, syarat perjodohan dengan wanita yang hari ini dipertemukannya dengan Arga masih diingatnya. Menaikan jabatan calon besannya yang hanya menjadi pengawas pabrik, menjadi manager pemasaran.
Semua sama saja, menginginkan harta sebagai syarat menikahi putranya. Banyak pertimbangan dalam fikiran Intan. Ibu mana yang dengan mudah rela putranya menjalin hubungan dengan mantan wanita malam.
Arga tertunduk, terlihat senyuman dipaksakan dari wajahnya yang rusak. Hati seorang ibu yang benar-benar mengenal putranya, terlihat kesedihan dan ketidak percayaan diri disana.
Apa dirinya sebaiknya bicara dengan Liora? Mengijinkan hubungan mereka?
*
Namun ada kalanya semuanya tidak semudah itu. Malam ini Liora memutuskan untuk pergi, tidak kembali ke kampung halamannya. Lebih tepatnya mencari pekerjaan, mengejar tujuan awalnya menjadi bidan suatu hari nanti.
Tidak memiliki uang yang banyak. Hanya uang yang diberikan Intan sebagai imbalannya mengurus Arga. Wanita yang membawa kantung kresek berisikan ijasah dan beberapa helai pakaian pemberian Arga.
Masuk mengendap-endap menuju kamar sang pemuda.
"Seperti kata-kataku, aku akan pergi jika kamu mencintai wanita lain dan bertekad akan menikah dengannya." ucapnya tersenyum di hadapan Arga yang masih tertidur lelap.
Bibir itu dikecupnya."Terimakasih sudah mengeluarkanku dari tempat prostitusi. Aku tidak dapat membalas jasamu. Karena itu hanya terimakasih," lanjutnya. Membelai rambut sang pemuda.
Wanita yang perlahan melangkah menuju telepon rumah di ruang tamu. Menghubungi satu-satunya nomor yang dihafalnya.
"Ayah," panggilnya setelah nomor diangkat.
"Ini Liora?" tanya Winata dari seberang sana.
"Iya, aku sudah melakukan apa yang menjadi tujuanku. Aku menepati janjiku dengan cara yang lain. Karena itu, seperti tujuanku semula aku akan mencari kerja di kota." Jelasnya dengan nada ceria. Namun, benar-benar mata yang bodoh, air matanya terus mengalir.
"Jadi apa rencanamu?" tanya sang ayah yang mencemaskan putrinya.
"Ayah percaya padaku kan? Aku akan mencari pekerjaan dan tempat tinggal. Lalu meminjam handphone orang lain untuk menghubungi ayah lagi," jawabnya.
"Kamu patah hati? Sudah ayah bilang fokus menjadi bidan saja. Biar ayah menyusulmu ke kota," Winata terdengar menghela napasnya.
"Tidak perlu, aku bisa. Ayah harus percaya padaku. Jangan hubungi aku melalui nomor ini. Ini nomor orang lain. Jaga kesehatan ayah, satu minggu lagi aku akan menghubungi ayah dengan meminjam handphone orang. Jika aku tidak menghubungi ayah..." kata-kata Liora disela.
"Ayah akan menghubungi polisi, jika perlu mengirim surat pada presiden." Selaan ayahnya, membuat sepasang ayah dan anak dengan pemikiran kolot dan gila mereka itu tertawa lepas.
"Aku tutup dulu," ucap Liora.
"Jangan lupa hubungi ayah," pinta Winata yang kali ini melepaskan putrinya.
Liora menutup sambungan telepon rumah yang digunakannya. Membawa kantung kresek berukuran tidak begitu besar. Menutup pintu depan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
riiina
uuuuh.... liora 🥹
2024-06-29
0
Lovesekebon
Sungguh Liora yang romantis 🥰🥰
2023-02-20
2
Eka ELissa
yach...ko kmu orgi cih..lio...kn arga blom jtuh cinta ma orang lain ..pugu dia jtuh hati nya ma kmu tau..
2022-11-07
4