Apa Boleh?

Hari ini berjalan seperti biasanya, Liora membantu Arga memulai harinya. Dengan banyak gombalan yang keluar dari mulutnya.

Menyisir rambut sang pemuda yang hanya tersisa setengah."Sudah tampan," ucapnya.

Arga hanya tersenyum tipis. Meraih tas laptopnya berjalan masih dengan menggunakan tongkat.

"Mau kemana?" tanya Liora berjalan mengikutinya.

"Aku sudah lama tidak bekerja. Ada salah satu klien penting sekaligus sahabatku. Kami akan membicarakan kerjasama di restauran," jawabnya masih berkemas.

Liora menjatuhkan dirinya di tempat tidur berukuran king size milik Arga. Membuat pose yang begitu menggoda, mengigit bagian bawah bibirnya sambil mengedipkan sebelah matanya."Sayang, kamu tega meninggalkanku?" tanyanya memelas dengan mata sayu.

Arga hanya tertawa."Maaf uang lebih penting darimu," jawaban Arga mengedipkan sebelah matanya.

Liora melangkah cepat, Intan pergi selama beberapa hari. Sedangkan musuh bebuyutan ayahnya mungkin sedang berusaha meyakinkan ayahnya lagi. Hanya ini kesempatannya mendekati Arga.

"Aku ikut boleh? Selama di kota aku hanya pernah ke rumahmu saja..." ucapnya antusias.

"Tidak," jawaban dari Arga.

"Aku mohon, aku akan mengupaskan buah anggur, lalu menyuapimu saat bekerja lembur nanti malam," pinta Liora, memelas ingin berkencan dengan suaminya. Kita anggap saja suaminya, walaupun entah kapan menikahnya.

"A...a...aku," Arga terdiam sejenak memikirkan hal yang mungkin terjadi. Entah kenapa, mungkin karena belakangan ini pemuda yang super sibuk itu tidak bekerja, dirinya menjadi pria normal.

Beberapa kali mengalami mimpi yang ketika sadar membuatnya harus menghela napas. Menyadari sebelah tempat tidurnya kosong. Benar-benar mimpi mesum karena wanita penghibur yang selalu ada di dekatnya.

Mungkin dalam otak Arga ada beberapa alasan dirinya tidak boleh menyukai Liora. Alasan pertama wanita itu, mungkin hanya bermain-main dengannya. Seorang wanita penghibur yang telah berpengalaman, melayani pria dengan jam terbang tinggi. Mengingat betapa indah bentuk tubuhnya. Betapa cantik wajahnya yang mengalahkan artis sinetron kejar tayang yang sering ditonton Intan.

Alasan kedua ini adalah alasan yang paling membuatnya menunduk. Wajahnya saat ini, jika pun dirinya berakhir mencintai Liora. Dia hanya dapat memendamnya saja, tidak dapat membahagiakan wanita itu. Cacat dan berwajah buruk rupa, tidak ada yang lebih buruk dari itu.

"Ayolah aku mohon, kak Arga..." pinta Liora bertambah genit, menempel di lengan Arga.

Pada akhirnya Arga menghela napas kasar."Kamu boleh ikut, tapi nanti duduk di meja berbeda denganku. Agar temanku tidak terganggu,"

Liora mengangguk menyetujui. Sebagai istri yang baik dirinya harus mulai mengenal teman-teman suaminya. Agar suatu hari nanti dapat mencari informasi keberadaan suaminya ketika bau pelakor tercium menyengat.

Tunggu? Pelakor? Tidak akan ada yang mendekati Arga, orang yang akan menjadi suaminya. Tapi dirinya harus tetap waspada. Mempersiapkan segalanya.

*

Malam semakin menjelang, pakaian baru, yang dibelikan pelayan padanya kini melekat sempurna di tubuhnya. Memakai makeup tipis menambah kesan kecantikan natural.

Berada di meja tepat di sebelah meja Arga, yang tengah duduk menunggu kedatangan Hirai, taman masa SMU-nya, sekaligus orang yang ingin menjadi partner kerjasama bisnisnya.

Liora tersenyum simpul, terus menerus mengamati wajah Arga dari jauh. "Tidak buruk juga," Mungkin itulah yang ada di dalam fikirannya. Sudah mulai terbiasa, bahkan mengetahui lebih banyak lagi sisi baik dan humoris dari Arga.

Mencintainya? Mungkin akan bisa, dirinya sudah jarang mengeluh pada Tuhan lagi. Karena sudah bisa menyadari pangeran berkuda putih terlalu sibuk untuk menyelamatkannya.

Mungkin Lee Minho sedang syuting, atau dirinya tidak jadi mengharapkan Roger Danuarta yang telah menikah, pangeran Arab juga sibuk dengan urusan politik. Yang memiliki paling banyak waktu senggang adalah Arga. Jadi Tuhan mengirim Arga untuk menyelamatkannya.

Begitulah, inilah takdirnya sebagai calon istri dari Arga. Jangan mengeluh dan jalani saja. Selama Arga tidak memiliki tambatan hati dirinya tidak akan menyerah.

Pada akhirnya Hirai datang juga, membawa beberapa dokumen mengamati nomor meja."Kamu Arga kan?" tanyanya.

"Arga mengangguk sekitar sebulan lalu aku mengalami kecelakaan. Pabrik yang sedang aku tinjau mengalami ledakan. Sudahlah tidak perlu dibahas. Kita bahas masalah pekerjaan saja," jawabnya, dengan Arga yang mulai mengeluarkan laptopnya.

Tangan pemuda itu bergerak cepat, mengeluarkan power poin, tentang kerjasama mereka nantinya. Serta rekap bangunan yang dikirimkan sang arsitek.

Satu gelas, hingga gelas kedua, belum juga habis pembicaraan Hirai dengan Arga. Sedangkan Liora terus mengamati mereka berdua.

Hingga Hirai membuka pembicaraan, setelah menandatangani kontrak perjanjian."Arga kamu lihat wanita yang ada di meja seberang. Dia terus melihat ke sini,"

Arga menoleh, bersamaan dengan Liora yang mengedipkan sebelah matanya, mengigit bagian bawah bibirnya sendiri. Berniat menggoda calon suami masa depannya.

"Dia mengedipkan mata! Gila cantiknya!" Hairan membalas kedipan mata Liora.

Sedangkan Arga menghela napas kasar."Dia hanya bebek. Jangan pedulikan dia, dia hanya pandai berbaris dan mengeluarkan bunyi,"

"Cantik seperti itu, kamu bilang bebek? Dia benar-benar tipe idealku..." Hirai menghela napas menatap sang wanita yang mulai bangkit.

"Dia kemari! Dia kemari!" Hirai merapikan rambutnya. Diam-diam menyemprotkan pengharum mulut pada mulutnya.

Pemuda yang langsung berdiri mengulurkan tangannya hendak berkenalan pada wanita dengan bentuk tubuh indah, ditambah dengan wajah cantik alami.

"Liora," Liora menyambut jabat tangannya.

"Hirai," Hirai memperkenalkan dirinya.

"Arga, kamu pulang duluan ya? Aku ingin mencari calon pendamping dunia akhirat," bisiknya pada Arga.

Arga mulai bangkit, mengemasi beberapa dokumen. Sedangkan Hirai memanggil waiters hendak memesankan menu untuk Liora dan dirinya.

"Silahkan," ucapnya pada Liora, menarikan kursi untuk sang gadis.

"Sudah selesai?" tanya Liora pada Arga, membantunya membawa tas berisikan laptop dan dokumen.

"Kamu...dia..." Hirai tergagap, tidak mengerti.

"Aku miliknya Arga," ucap Liora bergelayut manja di lengan Arga.

"Bebek! Jaga jarak!" Arga mendorong kepala Liora. Berjalan pergi menggunakan tongkatnya.

"Baik sayang!" teriak Liora, berjalan cepat mengejar Arga.

"Tunggu, apa hubungan kalian?" tanya Hirai pada Liora.

"Aku memberi asupan nutrisi eksklusif hanya pada Arga," Liora tersenyum berjalan pergi.

Tubuh Liora ditatapnya. Wanita yang berjalan dengan cepat. Lekukan yang benar-benar sempurna, walaupun memakai pakaian yang tidak terlalu terbuka.

"Asupan nutrisi eksklusif? Dia pacar Arga?" gumamnya mengetahui status Arga yang belum menikah. Entah dimana temannya mendapatkan anugerah yang lebih keren dari piala Oscar.

*

Arga berjalan perlahan, langkahnya diikuti Liora."Kamu tidak ingin berkenalan dengannya? Dia juga dari keluarga kaya. Kelihatannya tertarik padamu,"

"Aku ingin mengikuti dan menempel padamu. Apa tidak boleh kak Arga?" ucap Liora menggoda, berjalan tepat di belakang Arga.

"Kamu ingin kemana? Kamu bebas memutuskan karena sudah menunggu dengan sabar selama lebih dari satu jam," Arga tersenyum simpul.

"Aku ingin berkencan dengan kakak, apa boleh?"

Terpopuler

Comments

Lovesekebon

Lovesekebon

Makin seru 👍👍👍💯

2023-02-20

3

who am I

who am I

kencan kencan kencan, aduh aye berasa dah lama kaga kencan 🤣

2022-12-02

4

weny

weny

liora pantang menyerah.... kejar teruusssss

2022-11-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!