Tania mengepalkan tangannya, menghela napasnya dalam-dalam. Saat Arga berusia 12 tahun, perusahaan keluarganya sempat mengalami krisis sehingga memohon pada Intan untuk mengikat kerjasama perusahaan dengan perjodohan antara Arga dengan Lisa putrinya.
Kala itu Arga cukup pintar, rupawan dan sempurna. Tidak memiliki kekurangan seperti sekarang. Tidak ingin putrinya mengurus pria pincang dengan wajah bagaikan monster. Itulah yang ada di benak Tania. Apalagi perusahaan keluarganya sekarang sudah dapat bangkit.
"Baik! Keluarga kami juga tidak memerlukan bantuan dari keluarga kalian!" bentak Tania, ini mungkin merugikan. Namun sekali lagi, dirinya jijik bahkan ingin muntah saat melihat rupa Arga saat ini. Sama seperti putrinya yang menangis ingin membatalkan perjodohan yang sudah direncanakan dari 16 tahun lalu.
Karena itu, tidak sudi sama sekali, memiliki menantu pincang, berwajah mengerikan.
Dengan cepat Tania melangkah pergi, seolah melupakan hutang budinya pada keluarga Arga. Melupakan 16 tahun lalu dirinya yang merangkak memohon perjodohan antara Lisa dan Arga.
"Tania tunggu! Aku mohon jangan gegabah mengambil keputusan. Arga akan sembuh, aku mohon..." tangisan Intan terdengar, memegang kaki sahabatnya.
Putranya kini pincang bahkan memiliki wajah yang mengerikan. Siapa yang akan menikah dengannya? Ini memang egois namun dirinya tetap ingin hal yang terbaik untuk Arga.
"Ibu, sudah jangan berlutut..." Arga berusaha berlutut walaupun sulit menggerakkan salah satu kakinya. Berusaha membuat sang ibu melepaskan kaki Tania.
"Kamu dengar Arga! Ibumu bahkan lebih mengerti, tidak akan ada yang mau menikah denganmu. Ibu yang bodoh dan memalukan dengan anak yang pincang berwajah menjijikkan," cibir Tania hendak melangkah pergi.
Arga menghentikan langkah Tania dengan kata-katanya, pemuda yang tersenyum, masih berlutut di lantai memeluk tubuh ibunya."Bibi, aku akan menikah walaupun dengan wanita penghibur sekalipun. Bibi tahu kenapa? Lisa yang bibi kirim untuk bersekolah di luar negeri, akan menjadi lebih buruk dari wanita penghibur. Ini adalah kutukan dariku, karena bibi menghina ibuku..."
Sebuah kutukan dari sang pria, membuat Liora mengenyitkan keningnya."Ini bukan jaman Malin Kundang..." batinnya menahan tawa.
Tania menghela napas kasar."Kamu memang hanya dapat menikah dengan wanita penghibur yang materialistis. Tapi tidak dengan putriku, dia akan dijaga oleh beberapa bodyguard. Kemudian berjodoh dengan pengusaha muda yang tampan,"jawabnya berjalan pergi meninggalkan rumah yang sama besarnya dengan rumahnya tersebut.
"Arga! Hentikan dia! Arga! Dengan siapa kamu akan menikah nanti?!" jerit tangis Intan terdengar, tubuhnya didekap oleh putranya.
Liora menghela napas kasar bagaimana pun ini janjinya pada Tuhan. Jadi dirinya tidak boleh main-main untuk melaksanakannya. Kecuali pemuda ini memang berjodoh dengan wanita lain.
Menelan ludahnya beberapa kali, jijik? Tentu saja. Namun ini adalah calon suami masa depan gadis desa yang naif.
"Bibi aku yang akan menikah dengan putramu," ucap Liora penuh rasa percaya diri.
Arga dan Intan menonggakkan kepalanya bersamaan menatap aneh ke arah seorang gadis di hadapan mereka. Gadis yang masih mengenakan jas kebesaran dengan penampilan acak-acakan.
Wanita ini bukan wanita baik-baik, wanita penghibur materialistis yang dibawa putranya. Dengan cepat Intan segera bangkit entah kenapa rasa sedihnya lenyap. Mengambil mob lantai dari tangan pelayan.
"Dasar wanita murahan! Kamu siluman rubah yang ingin menggoda putraku kan? Kemari!" bentaknya hendak memukul Liora menggunakan mob lantai.
"Tolong!" teriak Liora berlari dikejar oleh intan.
Sedangkan Arga masih berlutut mematung. Menipiskan bibir menahan tawanya, menatap tingkah konyol ibunya dan sang wanita yang baru dibawanya.
Hingga Liora terpeleset, Intan dengan cepat mengepel wajah wanita yang dianggapnya wanita penghibur."Pergi kamu! Jangan ganggu putraku! Dasar wanita materialistis!" teriak Intan.
Hingga pada akhirnya Arga tertawa lepas, tidak dapat menahan tawanya lagi. Benar-benar aneh tingkah kedua orang yang tengah berkelahi. Sementara Juan memijit pelipisnya sendiri. Satunya ibu yang protektif ke putranya, satu lagi wanita penghibur aneh yang entah berapa jagung dengan saus mayones yang sudah dicicipinya.
Yang jelas tidak akan ada ketenangan di rumah ini lagi.
Namun, Intan menghentikan tindakannya. Menatap putranya yang masih tertawa memegangi perutnya. Setetes air mata Intan mengalir, pada akhirnya setelah sebulan lebih terpuruk putranya dapat tertawa lepas.
Wajah Intan menahan senyumnya, mulai bertindak lebih agresif lagi. Menginginkan putranya tertawa semakin kencang.
"Wanita murahan! Aku akan mengepel wajahmu sampai bersih!" ucapnya makin bersemangat.
"Bibi! Hentikan! Aku hanya wanita polos yang tidak mengetahui apa itu jagung dengan saus mayones yang dikatakan orang itu..." ucapan lebih tidak masuk akal lagi. Bagaikan menonton sebuah lelucon.
Liora dengan kata-kata serius namun memiliki tingkah konyol dan Intan yang ingin lebih banyak mendengarkan tawa putranya.
*
Hingga malam menjelang, Liora telah diberikan pakaian ganti oleh Juan. Termasuk pakaian dalam yang entah dipilihkan siapa. Namun terasa cukup pas untuknya.
Rumah dengan arsitektur ala bangsawan Eropa. Wanita yang hanya pernah menyaksikan ini di telivisi analog di rumahnya. Kini dirinya berada di tempat yang lebih mewah dari pada di rumah dalam sinetron kejar tayang.
Namun tetap saja, dirinya lebih ingin pulang ke rumahnya. Banyak yang melamar dirinya begitu lulus SMU, ada anak tunggal juragan tanah, ada juga seseorang dari keluarga ningrat, tidak ada satupun yang diterima ayahnya sang kepala desa.
Alasannya, dirinya tengah mengumpulkan uang untuk biaya pendidikan putrinya menjadi bidan. Hingga salah seorang tetangga menawarkan tawaran kerja ke kota dengan gaji tinggi. Dirinya mungkin bisa bekerja sambil kuliah itulah harapannya.
Namun, harapan tinggal harapan. Dirinya dijual ke tempat prostitusi. Apa ayahnya akan mengetahui segalanya dan menjemput dirinya? Entahlah, tapi ayahnya tidak akan rela memiliki menantu pincang. Itulah keyakinannya, tapi hutang budi tetaplah hutang budi. Janji adalah janji.
Sekali lagi dirinya mengeluh."Tuhan kenapa yang menyelamatkanku tidak Lee Min-ho, Roger Danuarta, atau Tom Cruise saja..."
Benar-benar umat yang tidak pandai bersyukur. Menghela napas berkali-kali dengan kaki yang lemas. Hendak turun menuju lantai satu.
Namun, langkahnya terhenti menatap seseorang yang dikenalnya."Sial!" umpatnya.
Kairan, seorang pengusaha yang membangun tempat wisata di desanya. Berkali-kali berdebat dengan Winata ayahnya yang menjadi seorang kepala desa. Musuh bebuyutan ayahnya ada di sini.
Ketakutan? Tentu saja, dirinya bersembunyi diam-diam mendengarkan pembicaraan Kairan dan Intan.
Pria paruh baya yang melonggarkan dasinya. Ayah kandung dari Arga. Sesuatu yang beberapa saat lagi akan diketahui Liora.
"Gila!" teriaknya murka membanting tasnya di sofa.
"Tenang ada apa?" tanya Intan menenangkan suaminya, yang beberapa hari ini belum pulang kala mengurus salah satu usaha sampingan mereka.
"Kepala desa (Winata, ayah Liora) benar-benar kolot! Siapa yang akan merusak lahan pertanian? Aku hanya ingin kerjasama!" geramnya murka.
"Apa ini drama Romeo dan Juminten? Dua keluarga yang saling bermusuhan? Tapi kenapa Romeonya jadi sejelek ini..." batin Liora menghela napas berkali-kali menggerutu tentang nasib buruk dan janjinya kepada Tuhan.
Tapi manusia memang begitu bukan? Pasti memiliki banyak keluhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
merti rusdi
Kirain Rojali dan Juleha
2023-08-26
0
Triani
wahhh... calon Besan tapi tak mesra ini mah....🤭
2023-08-07
0
Eni Al Fatih
kalo lee min ho aq juga mau liora...🤣🤣🤣
2023-07-31
0