"Dia tidak punya uang, pasti sulit untuk pergi terlalu jauh. Jadi..." kata-kata Arga yang tengah duduk di kursi penumpang bagian depan disela.
"Ibu sudah memberikan gaji pertamanya." Kesal? Tentu saja, andai saja dirinya menahan gaji Liora mungkin wanita itu akan cepat ditemukan.
Lima juta cukup untuk naik bus, bahkan cukup untuk naik kereta api, sangat cukup untuk naik pesawat antar pulau. Walaupun tidak memiliki jet pribadi, atau helikopter pribadi tapi masih bisa pergi ke ruang lingkup jarak ratusan kilometer.
"Ibu sudah memberikannya?" tanya Arga menghela napas kasar. Dari raut wajahnya bagaikan mengatakan aku tidak akan dapat menikah selamanya.
"Jangan sedih begitu, ibu akan meminta bantuan ayahmu untuk mencarinya, ya?" ucap Intan menyakinkan putranya. Wanita yang hanya berpura-pura tenang, padahal dalam hatinya benar-benar panik. Kesempatan satu-satunya bagi putranya untuk menikah tidak dapat dilepaskannya begitu saja.
*
Kini hari menjelang malam, Kairan yang meninjau pembangunan villa dan restauran kembali pada akhirnya, setelah pergi beberapa hari. Pemilik usaha yang benar-benar antusias, tidak mudah menyerah itulah dirinya. Namun si botak yang menyebalkan itu selalu mengatakan tidak padanya.
Pria yang duduk, menggulung lengan kemejanya dan melonggarkan dasinya. Kala itulah dirinya melihat istrinya melintas dengan senyuman yang dipaksakan. Sementara putranya murung, menghela napas berkali-kali bagikan orang sembelit.
"Ada apa? Kalian darimana?" tanya Kairan.
Intan menghela napas kasar ini adalah hari kedua pencarian. Namun seperti biasanya dirinya dan putranya tersayang pulang tanpa hasil.
"Sebenarnya Arga..." Kata-kata Intan terhenti menatap putranya yang melangkah hendak menuju lanjut dua dengan bantuan tongkat.
"Arga kenapa?" tanya Kairan memijit pelipisnya sendiri. Jika saja dirinya tau nama dan memiliki foto anak sang kepala desa dirinya mungkin dapat benar-benar memukul dua lalat sekali tepuk.
Pria yang berusaha mengingat kata-kata Winata yang menghubungi seseorang."Li...Liani? Lily? Lilis?" entah dirinya masih berusaha mengingat nama anak sang kades dalam hatinya.
"Arga menyukai seorang wanita penghibur," ucap Intan mulai duduk di samping suaminya.
"Wanita penghibur?!" tanya Kairan, bertambah frustasi saja. Menenangkan fikirannya sejenak.
"Aku berniat mempertemukannya dengan anak kepala desa tempat pembangunan villa dan restauran. Ini hanya desas-desus dari warga ke warga yang pernah melihat wajahnya. Katanya dia cantik, pintar dan berkepribadian lembut. Sangat cocok dengan Arga. Karena itu..." Kata-kata Kairan terhenti.
Prang!
Guci yang cukup besar pecah jatuh berserakan dari lantai dua, ke lantai satu. Arga ada disana, mendengarkan segalanya menatap dingin pada mereka. Benar-benar suasana yang benar-benar tidak mengenakkan.
"Arga kamu mau dijodohkan lagi kan? Itu hanya seorang wanita penghibur, ada banyak yang seperti itu. Anak kepala desa pasti lebih cantik, jadi..." kata-kata Kairan kembali terhenti. Menatap putranya yang kembali turun perlahan dari lantai dua.
"Dia memang wanita penghibur tapi aku menyukainya," ucap Arga pada Kairan."Aku tidak pernah meminta apapun dari kecil bahkan aku tidak pernah meminta mainan. Karena itu aku memintanya dari ayah. Carikan dia untukku."
Benar-benar wajah tanpa ekspresi dari putranya. Kairan mengenyitkan keningnya, putranya memang adalah anak yang baik selama ini. Selalu menjadi siswa berprestasi di masa sekolahnya, bahkan tidak pernah meminta mainan di masa kecilnya.
"Ayah belikan PS ya?" ucap Kairan, berharap putranya mengerti agar tidak menyukai sang wanita penghibur.
Pemuda yang berlutut pada akhirnya di hadapan Kairan."Aku mohon," ucapnya masih dengan wajah tanpa ekspresi.
Kairan mengepalkan tangannya. Ini adalah keputusan yang menyangkut masa depan putranya. Jadi dirinya tidak boleh membiarkan putra tunggalnya menikah dengan wanita penghibur.
"Ayah tidak bisa. Anak kepala desa cantik dan..." kata-kata Kairan terhenti, menatap putranya yang berusaha bangkit.
"Aku pergi," ucap Arga menunduk bagaikan memberi hormat. Berjalan pergi menuju pintu depan.
"Kamu mau kemana?" tanya Kairan.
"Mobil, uang, bahkan jabatanku semuanya adalah hasil kerja keras ayah. Karena itu, aku pergi mencarinya tidak membawa apapun," jawab Arga, masih melanjutkan perjalanannya.
"Arga!" Intan hendak menyusul putranya. Namun, Kairan menghentikannya, agar membiarkan Arga pergi.
"Dia sudah dewasa. Sudah seharusnya belajar. Tidak semua bisa dilakukan dengan cinta. Jika pun dia bertemu dengan wanita penghibur yang disukainya, mana ada wanita yang mau dengan pria pincang, jelek dan miskin," Yakin Kairan, jika hanya dalam sehari putranya akan kembali.
Plak!
Bug!
Intan memukul bahu suaminya, kemudian mendorongnya hingga tersungkur."Aku hanya mempunyai seorang anak. Dan dia cacat karena meninjau pabrik sialan yang baru kamu bangun. Dan sekarang kamu mengusir putraku yang pincang. Bagus..."
"Sa... sayang aku..." Kata-katanya terhenti, melihat Intan yang menatap tajam padanya. Wanita yang berjalan menuju kamar mereka. Kemudian membawa sebuah koper.
"Sayang!" teriak Kairan.
"Apa?! Kita hanya punya seorang anak yang tidak pernah meminta apapun. Dan sekarang meminta hanya satu hal kamu tidak mau kabulkan. Aku tidur di kamar pelayan saja..." ucap Intan yang bagaikan bebek cerewet.
"Tapi kalau aku ingin bagaimana?" tanya Kairan.
"Buang saja di kamar mandi! Putra kita sendiri saja rela kamu buang. Kenapa yang masih dalam bentuk cair tidak rela kamu buang?!" teriak Intan benar-benar murka.
"Sayang! Sayang!" panggil Kairan, ingin menghentikan istrinya. Namun, dirinya harus sabar menunggu mungkin hanya satu hari putranya akan tumbuh lebih dewasa.
Pemuda yang terus melangkah, berusaha berjalan lebih cepat. Namun, banyak orang yang menatap aneh padanya bahkan lebih cenderung mencibirnya.
Mencari Liora? Itulah tujuannya. Menahan semua tatapan orang-orang di jalanan yang berpura-pura iba padanya.
Matanya terus menelisik putus asa. Mencari keberadaan seorang gadis yang menarik perhatiannya.
Hingga matahari sudah mulai terbit. Kakinya terluka. Hanya sandal selop tipis yang digunakannya meninggalkan rumahnya.
Hingga sampai berjalan mendekati tempat prostitusi. Tempat pertamanya bertemu dengan Liora. Tangan Arga gemetar tidak memiliki kelebihan apapun.
Tertunduk seorang diri tidak berani masuk, menanyakan keberadaan Liora. Hujan gerimis turun sedari tadi, sedangkan hari masih siang. Hujan gerimis yang diikuti dengan sinar matahari.
Tiba-tiba sebuah bayangan terlihat, bayangan seseorang yang membawa payungnya."Arga?"
"A...aku mencintaimu," ucapnya tertunduk bingung harus bagaimana.
Liora tersenyum."Jadi mau menikah denganku?"
"Aku pergi dari rumah jadi..." kata-kata Arga disela.
"Kamu menyerahkan diri padaku. Jadi aku akan menerima kakak tampan yang sekarang tidak punya apa-apa," ucap Liora penuh senyuman, menarik tangan Arga ke ruko kecil tempatnya bekerja.
Ruko yang terletak bersebrangan dengan tempat prostitusi. Kebetulan? Mungkin, tapi sebulan yang lalu Liora sempat melihat ada lowongan pekerjaan di sana. Ternyata memang lowongan pekerjaan yang masih berlaku hingga hari kepergian dari rumah Arga.
Wanita yang sudah menjadi karyawan ruko dari dua hari yang lalu.
"Aku tidak punya apa-apa..." ucap Arga.
"Aku tahu..." Liora hanya tersenyum padanya, wajah rupawan yang terkena air hujan, berpadu dengan sinar matahari. Membuat Arga tersenyum, dirinya benar-benar jatuh cinta untuk pertama kalinya. Atau mungkin terakhir kalinya.
Beauty and the Beast? Beauty tidak akan mencintai Beast jika tidak kaya. Dan Beast tidak akan mencintai Beauty jika tidak cantik dan berhati baik.
Bagaimana jika Beast miskin dan Beauty dianggap sebagai wanita penghibur. Dua orang yang tetap tersenyum, mereka bukanlah Beauty and the Beast.
Karena Liora tidak peduli jika Arga tidak memiliki kastil. Dan Arga tidak peduli, entah berapa pria yang sudah meniduri Liora.
Mereka hanya dua orang yang saling mencintai. Namun, masih sedikit malu dan canggung.
"A ...aku..." Arga terdiam sesaat.
"Aku takut kualat," ucap Liora tiba-tiba. Sedangkan Arga mengenyitkan keningnya tidak mengerti. Kini mereka telah berteduh di dalam ruko.
"Takut kualat?" tanya Arga.
Mata Liora menelisik mengamati situasi, tidak ingin ada yang melihat. Satu kecupan dilayangkannya pada pipi Arga."Kita resmi pacaran. Kamu boleh tinggal denganku,"
*
Sementara itu di tempat lain.
"Kairan! Cari anakmu sekarang! Kamu bilang pagi-pagi buta Arga akan pulang. Tapi mana?! Sekarang sudah siang!" bentak Intan murka.
"A...aku akan mencarinya!" Kairan melarikan diri dari amukan istrinya. Meraih kunci, kini mencari keberadaan putranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ahjuma80
untung ga ada drama susah ketemu
2024-12-12
0
ummah intan
hahaha
2024-09-10
0
🇪🇭🇲🇨n⭕⭕v!🇪🇭🇲🇨
Bapaknya lawak nih.....
Ha...Ha....Ha...Ha.....
🤣🤣🤣🤣
Arga minta PS 5 ya 🤣🤣🤣
2023-12-08
1