Itu benar-benar Kairan, apa yang harus dilakukannya? Entahlah, dirinya hanya dapat terdiam dan mendengarkan.
"Coba kamu terangkan pelan-pelan pada kepala desa mungkin dia akan mengerti," ucap Intan berusaha tersenyum menenangkan suaminya.
Kairan menghela napas kasar berusaha bersabar."Sudah, aku sudah berusaha menjelaskannya. Tapi dia benar-benar kolot. Aku membeli tanah warga dengan lebar empat meter memanjang sebagai jalan masuk mobil menuju penginapan. Tapi dia bersikeras mengatakan aku akan membangun jalan untuk pembangunan pabrik tekstil, berkedok penginapan. Lalu membuang limbah sembarangan. Tidak ada yang mau menjual lahannya. Padahal pembangunan penginapan sudah hampir selesai..." keluhnya melempar dasi yang baru ditanggalkannya.
"Yang penting rencana pengembangan paket agrowisata keluarga jadi. Tidak sulit membuat warga mau bekerja sama menanam padi dan membajak sawah dengan turis asing kan?" gumam Intan tersenyum, menghela napas kasar.
"Dia mengatakan aku akan memasukkan kebudayaan barat! Bahkan Narkotika! Benar-benar kolot!" teriak Kairan benar-benar tidak habis fikir.
"Kamu bilang dia punya anak perempuan kan? Beri anak perempuannya pekerjaan di penginapan sebagai front office. Mungkin jika anaknya yang menjelaskan, kepala desa akan..." kata-kata Intan disela suaminya.
"Putrinya? Aku memang dengar orang botak yang tidak bisa dijelaskan dengan logika itu punya putri. Tapi putrinya bahkan jarang diijinkan keluar. Kata warga desa, calon bidan, ayahnya masih mengumpulkan biaya untuk kuliah. Ayahnya benar-benar konyol, jelek, botak, berkumis, tidak ada logika! Aku mengutuk anaknya menikah dengan pria jelek!" sebuah kutukan yang tidak main-main terucap dari bibir Kairan. Bagikan melupakan wajah putranya saat ini.
Benar-benar ayah dan anak yang sepaham. Memiliki mulut pahit yang sering digunakan untuk mengutuk. Tapi apa kutukan yang akan terlaksana?
Liora mengenyitkan keningnya."Sialan!" umpatnya dengan suara kecil. Mungkin karena ini Tuhan tidak jadi mengirimkan pangeran berkuda putih, tapi malah mengirimkan monster buruk rupa yang pincang.
Kesal? Tentu saja, tapi ini tetap ayah mertuanya. Dirinya sudah terlanjur terikat dengan hutang budi. Kata-kata yang selalu diingatnya dalam hati, akan berusaha menjadikan Arga suaminya.
"Hus! Jangan begitu, kamu ingat sendiri kan dengan keadaan putra kita? Dengan siapa dia akan menikah nanti..." gumam Intan menghela napas kasar.
Tubuh putranya yang yang terkena bara api masih diingatnya. Entah apa yang terjadi, kala dirinya mendengar berita ada ledakan besar di pabrik. Dengan cepat menuju rumah sakit, namun hanya wajah putranya yang diperban terlihat. Pemuda yang menatap kosong ke arah cermin. Air mata Arga yang biasanya ceria mengalir saat itu.
"Tania membatalkan rencana pernikahan Arga dengan Lisa. Dan Arga sudah menyetujuinya. Aku juga ingin mempunyai cucu, tapi tidak akan ada yang mau menikah dengan Arga saat ini..." gumam Intan menyandar di bahu suaminya. Air matanya mengalir, tidak dapat dihentikan olehnya.
"Tania membatalkannya? Aku dapat mendesaknya untuk..." ucap Kairan dengan cepat Intan menggeleng.
"Sudah, putra kita akan berakhir diceraikan suatu saat nanti. Ini juga keinginan Arga, tidak ingin Tania menghinanya lagi," Intan meraih phonecellnya, menghela napas kasar.
Membuka beberapa foto di media sosial. Lisa memang kuliah di luar negeri. Membuat status bahwa dirinya sudah terlepas dari monster.
Entah apa tujuannya. Mungkin karena Arga membatalkan kerja sama perusahaan secara sepihak. Dirinya hanya terdiam, selama ini menyangka Lisa adalah wanita yang baik. Matanya mungkin kini telah terbuka untuk mengetahui segalanya.
"Aku akan menjodohkan Arga dengan anak rekan bisnisku yang lain," Kairan tersenyum, mengelus rambut istrinya.
"Tidak akan ada yang bersedia kecuali orang itu materialistis atau sudah gila," ucap Intan mendekatkan bibirnya pada suaminya.
Hingga perlahan pangutan terjadi. Usia yang tidak begitu muda, tapi siapa bilang harus tidak mesra.
Liora menutup matanya, sambil berjongkok dekat area tangga menuju lantai dua. Inikah yang dinamakan ciuman panas ketika saling mencintai?
Apa dirinya suatu saat nanti akan mendapatkan jodoh? Bertemu dan saling memangut dengan seorang pria. Wanita yang menghela napas kasar. Bahkan ada luka di bibir Arga, bagaimana caranya berciuman?
Tok! Tok! Tok!
Bukan suara pintu diketuk tapi suara tongkat yang berjalan."Kenapa masih disini?" satu pertanyaan dari Arga yang masih mengenakan jubah mandinya.
"A ...aku..." ucap Liora gugup mulai bangkit mengikuti langkah Arga. Sesekali menoleh ke lantai satu menelan ludahnya menikmati pemandangan, pasangan yang masih saling memangut bibir.
"Liora, semangat!" batinnya, sejatinya menyesal. Jika tahu akan begini sebaiknya dirinya menikah dengan pria dari keluarga ningrat saja atau sekalian putra dari tuan tanah yang lamarannya ditolak mentah-mentah oleh ayahnya.
Tapi nasi sudah menjadi bubur gosong lebih baik nikmati saja. Mungkin suatu saat nanti dirinya dapat jatuh cinta pada Arga. Berusaha mencintai makhluk yang diberikan Tuhan.
*
Apa sebenarnya tugas Liora? sebaskom air hangat lengkap dengan handuk kecil, kini ada di kamar mandi. Sedangkan Arga duduk di kursi khusus.
Tangan Liora gemetar, mulai menarik tali jubah mandi yang dipakai Arga. Bagikan pengantin yang mengalami malam pertama. Tubuh itu terlihat pada akhirnya. Ada sedikit luka bakar di bagian punggung. Perlahan dirinya memeras handuk kemudian membersihkan tubuh pria itu.
Wanita yang menelan ludahnya berkali-kali. Ada beberapa luka dengan sedikit nanah. Rambut Arga benar-benar tebakar hanya menyisakan setengah bagian saja.
"Aku..." kata-kata Liora disela.
"Aku akan berakhir tidak memiliki istri. Jadi, jika suatu saat kamu menikah dan berhenti bekerja padaku. Bisa kamu carikan penggantimu saja?" tanya Arga tiba-tiba.
Liora mendekat, menggenggam jemari tangan Arga menahan rasa jijiknya."Walau badai menghadang, walaupun gunung meletus, aku akan tetap berusaha menjadi istrimu,"
Lagi-lagi Arga hanya dapat menahan tawanya saja."Kamu menyukaiku? Jika begitu, berikan salep pada luka di wajahku. Tapi jangan gunakan cotton bud, gunakan jarimu. Tunjukkan kalau kamu tidak jijik,"
Tangan Liora gemetar, menghela napas berkali-kali. Kemudian meraih salep yang disodorkan Arga.
"Apa kamu jijik?" tanya Arga.
"Tidak!" tegas Liora.
"Ya Tuhan, aku menyentuh luka ini lagi. Dosa apa yang aku lakukan hingga harus menyentuh hal yang begitu menjijikkan," batinnya, perlahan jemarinya mendekati wajah Arga.
Pemuda yang tersenyum menghentikan tangan Liora."Kamu takut kan?"
"A ...aku hanya kurang beradaptasi," jawaban dari Liora, jemari tangannya pada akhirnya bergerak melanjutkan kegiatannya, mengoleskan salep pada pipi dan beberapa luka Arga.
Pemuda yang tersenyum tulus, melakukannya dengan sengaja. Mungkin ini adalah wanita yang baik, bersedia merawatnya. Apa karena kasihan? Atau materi?
"Aku hanya bisa membersihkan dan mengoleskan obat sampai di sini saja. Sisanya aku akan merawat dan membersihkannya setelah kita menikah," gumam Liora menatap ke arah boxer yang dikenakan Arga. Kemudian berlari, melarikan diri dengan cepat, sebelum jagung itu terlihat.
"Dasar!" geram Arga, namun wajahnya tersenyum simpul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ahjuma80
seru
2024-12-12
0
Lovesekebon
Hmm 🤭🤭
2023-02-19
1
UTIEE
wakakakakakakak..
kutukan yang dikabulkan
2023-01-14
5