Arga menggeleng dengan cepat, kemudian tersenyum."Dasar bebek!"
"Kita pergi berdua! Itu artinya berkencan kan?" tanya Liora lagi.
Kini Arga terdiam sejenak, mulai tersenyum."Tetap tidak,"
"Kakak tampan, benar-benar tidak menyukaiku?" Liora menghela napas kasar. Dua orang yang berjalan menuju taman kota yang berada di dekat restauran.
Arga mengangguk, sejenak menatap ke arah kakinya."Apa suatu saat nanti aku dapat berjalan normal?" mungkin itulah yang ada di benaknya. Melirik ke arah wanita yang tersenyum ceria, terlihat sempurna. Sangat berbeda dengan dirinya. Wanita penghibur? Seakan kata itu tidak dipedulikannya, perasaan yang sejatinya perlahan tumbuh karena kebersamaan.
Hingga melewati beberapa anak muda yang tengah bermain gitar. Beberapa pemuda hanya duduk di emperan toko yang tutup.
"Cantik! Boleh kenalan?" tanya seorang pemuda diawali dengan siulan olehnya. Sedangkan Liora seakan tidak peduli masih saja menempel pada Arga.
"Pacarnya jelek begitu, mending sama abang," ucap salah seorang pemuda lainnya.
Arga tertunduk menghela napas kasar sudah diduga olehnya. Tetap berusaha tersenyum dengan dengan bibir bergetar. Melangkah perlahan menggunakan tongkatnya.
"Iya, sudah jelek, pincang lagi. Mending sama saya saja..." ucap salah seorang pemuda lainnya.
Pemuda yang berusaha melangkah lebih cepat. Ingin meninggalkan tempat yang mencacinya. Dirinya memang mungkin tidak sebanding dengan wanita di sampingnya.
Plak!
Tiba-tiba sebuah sepatu melayang tepat mengenai kepala salah seorang pemuda."Setidaknya pacarku sudah kerja! Sudah juga jadi sarjana! Memang kalian sudah?" ucap Liora, berjalan mendekat mengambil kembali sepatu yang dilemparkannya.
Wanita yang berjalan dengan arogan kembali mendekat ke arah suaminya. Maksudnya calon suaminya."Ayo sayang, wajah tampan begini dibilang jelek. Dasar iri!" lanjut Liora berjalan pergi dengan Arga. Bahkan bergelayut manja pada lengan penuda yang masih menampakkan sisa luka tanpa jijik sedikitpun.
"Tampan? Cantik-cantik sudah rabun di usia muda..." cibir pemuda yang terkena lemparan sepatu.
"Aku ingin bertanya pada si pria, dia pakai dukun mana? Dukunnya kuat." Sang pemuda yang memegang gitar menatap heran.
Sedangkan semua pemuda lainnya pandangannya beralih pada sang pemuda yang menegang gitar. Pemuda itu benar, entah dukun mana yang digunakan Arga hingga Liora lengket.
"Benar-benar mantap jampi-jampi dukunnya," gumam mereka dalam hatinya masing-masing sepakat.
*
Hingga malam semakin menjelang sepasang muda-mudi yang duduk di bangku taman. Menatap ke arah bulan yang terlihat samar-samar. Akibat awan gelap yang mulai menutupi.
"Liora," Arga menghela napas kasar, jemari tangannya bergerak hendak memegang tangan halus sang wanita. Namun diurungkannya.
Liora tersenyum simpul, menggenggam tangan Arga. Benar-benar terasa nyaman baginya berada di samping wanita ini.
"Terimakasih." Wanita itu mengecup pipi Arga sekilas."Terimakasih sudah membebaskanku dari rumah bordil."
Arga mengangguk, tangannya yang dipenuhi bekas luka, menggenggam jemari tangan Liora semakin erat.
"Bisa kamu bernyanyi?" tanya Liora.
Arga mengangguk."Tapi hanya sedikit dan langsung ke reff. Menarilah dan terus tertawa, walau dunia tak seindah surga, bersyukurlah pada yang Kuasa, cinta kita di dunia, selamanya..."
Wanita yang menahan senyumnya, hanya sedikit menyanyikan lagu laskar pelangi. Namun telah terdengar suara indah sang pemuda.
"Sayang, aku terharu..." ucapnya tanpa malu sedikitpun. Semua kata-kata Liora bagaikan dilumuri gula.
Arga mengalihkan pandangannya, menahan debaran di hatinya. Tidak! Seumur hidupnya tidak boleh menyukai siapapun. Karena setiap wanita akan berakhir meninggalkannya, seperti Lisa. Wanita yang dijodohkan dengannya sejak dini. Liora mungkin juga akan sama, meninggalkannya setelah menemukan yang lebih sempurna.
Tapi apa perasaan nyaman ini akan segera berakhir?
Hujan lebat tiba-tiba turun. Wanita itu mengambil sehelai daun tanaman hias yang rupanya seperti daun talas."Wajahmu tidak boleh terkena air," ucapnya membimbing Arga berjalan menuju tempat seperti gazebo kecil untuk berteduh. Tidak ada penerangan sama sekali, mungkin karena sudah hampir mendekati tengah malam.
Mata pemuda itu menatap ke arah Liora yang menggigil, pakaian wanita itu basah kuyup.
"Maaf..." hanya itulah yang dikatakan Arga.
"Jadi kak Arga sudah menyukaiku?" Liora mengenyitkan keningnya.
Arga menggeleng."Aku tidak menyukaimu,"
Wanita yang terdiam sejenak menghela napas kasar."Aku akan terus mengejarmu. Akan pergi jika kamu menemukan wanita lain yang kamu cintai. Selama itu aku akan terus berada di sini."
Arga terdiam menatap ke arahnya. Tubuhnya seakan bergerak sendiri. Hatinya terasa hangat entah kenapa. Benar-benar terasa hangat. Bibir yang tidak lepas dari pandangannya.
Jemarinya bergerak, menyentuh dagu Liora, sepasang jantung yang berdegup cepat. Dua orang yang benar-benar awam, tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.
Mata yang saling bertatap. Apa yang terjadi pada dirinya? Liora terdiam bagaikan seluruh tubuhnya kaku. Wanita yang selalu ada dalam pengawasan ayahnya kini mulai berani berada di dekat seorang pemuda.
Arga memejamkan matanya, mendekatkan bibirnya yang memiliki sedikit luka di bagian sudut. Sedang Liora hanya terdiam, ikut memejamkan matanya perlahan. Jemari tangannya meremat kemeja lengan pendek yang dikenakan Arga.
"Aku mencintaimu. Apa aku jatuh cinta?" batin Arga, hingga kala bibir itu hampir bersentuhan.
Suara mobil polisi terdengar, membuat segalanya terhenti. Pemuda yang kembali masuk dalam kesadarannya.
"Maaf..." ucap Arga mengalihkan pandangannya.
Namun, dengan cepat Liora berjinjit mengalungkan tangannya pada leher Arga. Menyentuh bibir sang pemuda dengan bibirnya. Apa ini yang namanya berciuman? Entahlah, namun hanya beberapa detik bibir itu bersentuhan.
"Kamu tidak jelek, aku menyukaimu," Liora tersenyum padanya.
Tangan Arga mengepal, mungkin ini hal biasa bagi wanita penghibur sepertinya, itulah yang ada di fikirannya. Namun ini sungguh nyaman, jantungnya tidak dapat berhenti berdegup dengan cepat saat ini.
Sedangkan Liora hanya berpura-pura tenang.
"Tadi aku mencium bibir yang ada sedikit bekas lukanya? Aku benar-benar sudah gila! Tidak higienis! Tapi aku..." batinnya, menegang dada kirinya, perasaan nyaman dengan degupan jantung yang cepat. Perasaan pertama yang dirasakannya. Tidak menyadari dirinya benar-benar mulai mencintai Arga.
Dua orang yang hanya terdiam setelahnya bingung harus bagaimana. Benar-benar canggung, saling melirik. Kala ketahuan, kembali saling mengalihkan pandangannya. Menunggu hujan reda untuk kembali ke mobil.
"Aku bisa gila jika begini terus," batin Arga menelan ludahnya berkali-kali. Berdoa pada Tuhan agar hujan segera reda.
"Aku menciumnya? Aku menciumnya? Akhirnya aku mulai bisa menyukai sayur bayam..." Hal yang tertahan di bibir Liora. Bagaimana pun semua akan berakhir dengan baik jika dirinya menikah dengan Arga. Itulah yang ada di dalam hatinya. Tidak ingin memiliki nasib serupa seperti tetangganya. Kualat karena mengingkari janji pada orang yang sudah baik padanya.
Dua orang dengan jemari tangan saling bersenggolan dengan sengaja. Ingin saling menggenggam namun ragu, hanya kembali bersentuhan canggung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ahjuma80
bener liora jgn macem macem nanti kualat
2024-12-12
0
riiina
jadi ikutan senyam senyum ni...
2024-06-29
0
Lovesekebon
Argaa ☺️☺️
2023-02-20
1