Berkata hal yang memalukkan, namun dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Calon suaminya akan direbut? Siapa yang akan rela. Jika sudah memiliki target dirinya tidak akan melepaskannya dengan mudah.
"Kamu cuma pelayan disini kan?" Afifah mengenyitkan keningnya, menatap pakaian yang dikenakan Liora. Walaupun tidak sama dengan seragam pelayan. Namun kemeja putih dengan celana panjang hitam? Bagaikan karyawan training perhotelan.
"Aku memang pacarnya Arga! Aku yang mengejarnya walaupun dia menolakku!" tegas wanita yang cerewetnya bagaikan bebek.
"Tidak mungkin ada wanita yang tidak jijik dengan..." Kata-kata Afifah terhenti.
Tok! Tok! Tok!
Suara tongkat terdengar, penyelamat Liora. Monster yang bagaikan menunggangi naga. Maksudnya tongkat kruk yang biasanya dipakai Arga sudah diganti dengan tongkat kayu biasa dengan ukiran naga.
Arga yang terlalu lama menunggu Liora, sejatinya berniat turun menyusulnya. Tidak sengaja mendengar sebagian pertengkaran mereka."Sayang kenapa lama mengambil buahnya?" tanya Arga tiba-tiba memeluknya dari belakang menyandarkan dagunya pada bahu Liora.
Ini benar-benar gila, Liora tiba-tiba gugup mendengar suara itu di samping lehernya. Namun masih berusaha mengendalikan dirinya."Wajahnya jelek..." batin Liora agar tidak terlalu tegang. Benar-benar untuk pertama kalinya anak pingitan sang ayah itu mengalami hal seperti ini.
"I...iya, maaf dia mengatakan Arga-ku yang tampan ini jelek. Jadi aku emosi..." godanya tersenyum, tidak melewatkan kesempatan, mencium salah satu pipi Arga yang terluka.
Sudah seperti ini tidak boleh tanggung-tanggung kan? Dirinya akan menepati janjinya. Jika kualat mungkin akan mendapatkan yang lebih buruk dari Arga.
Itu benar-benar terjadi pada tetangganya di kampung. Berjanji, bersumpah akan menikah dengan kekasihnya, hingga sang kekasih membangun rumah, bahkan membelikan motor. Pada akhirnya ketika ada pemuda yang terlihat lebih mapan dan tampan mendekat, wanita itu meninggalkan kekasih yang tulus padanya, menikah dengan pria lain.
Apa hasil yang didapatkannya? Suaminya berselingkuh, bahkan dirinya hanya mempunyai seorang anak perempuan berketerbelakangan mental, kesulitan mempunyai anak lagi. Itulah yang namanya kualat.
Sedangkan Intan mengepalkan tangannya, menahan emosi. Putranya memeluk wanita penghibur? Putranya yang baik hati dan selalu fokus bekerja, tapi pada akhirnya bersama wanita penghibur. Ingin rasanya Intan memisahkan mereka berdua namun tidak memiliki pilihan lain.
"Ya Tuhan, semoga putraku tidak terkena penyakit menular yang ditularkan oleh wanita penghibur ini. Entah sudah berapa jagung dengan saus mayones yang dicicipinya," Doa Intan dalam hati.
Arga menahan senyumnya, kembali melangkah pergi menuju lantai dua."Aku tunggu di kamar," ucap Arga berjalan menggunakan tongkatnya.
"Iya sayang!" teriak Liora.
Membuat Saskia tersedak, sedangkan Afifah tertegun diam.
"Ibu apa wanita ini rabun?" tanya Saskia yang sejatinya cukup jijik dengan rupa Arga.
"Dia buta, dibutakan oleh uang," jawab Afifah pada putrinya. Terlalu cantik untuk menjadi wanita yang tulus pada pria pincang dengan luka bakar yang cukup parah. Tidak mungkin benar-benar mencintainya bukan, hanya ada satu alasan, harta.
"Intan, ini hanya nasehat dariku. Dia tidak lebih baik dari putriku, Saskia. Dia hanya ingin status sebagai menantumu, kemudian bercerai, berebut harta gono-gini," peringatan dari Afifah, yang sejatinya masih menginginkan putrinya menjadi calon istri Arga.
"Ibu, bukannya itu rencana kita?" tanya Saskia keceplosan. Dengan cepat menutup mulutnya merasa salah bicara. Sedangkan Afifah memijit pelipisnya sendiri.
"Jadi ini rencana kalian? Pelayan! Usir mereka!" teriak Liora dengan suara cemprengnya, berpura-pura ikut menjadi majikan.
"Tunggu, aku akan melaporkan ini pada polisi. Ini termasuk penipuan..." ucap Intan begitu kompak dengan menantunya, maaf salah calon menantunya.
Dengan cepat Afifah menarik tangan Saskia, berjalan pergi melarikan diri. Hingga pada akhirnya keluar melalui pintu utama.
"Ibu mertua..." panggil Liora, memeluk lengan Intan manja.
"Sudah aku bilang jangan dekat-dekat dengan Arga! Tapi kenapa kamu malah mencium pipinya?! Seumur hidupnya putraku selalu bekerja dan belajar, bahkan tidak pernah dekat dengan wanita! Tapi kamu malah menodai kepolosannya!" teriak Intan murka bagikan naga betina yang menyemburkan api kala telurnya disentuh.
Liora menutup telinganya. Cempreng? Mertuanya, maksudnya calon ibu mertuanya bahkan jauh lebih cempreng. Mereka mungkin akan kompak suatu hari nanti, tapi tidak untuk sekarang.
"Aku hanya menyempurnakan aktingku saja. Lagipula Arga juga berakting, dia melihat semuanya dari lantai dua," ucap Liora.
Intan terduduk di sofa, air matanya mengalir, menghela napas berkali-kali."Arga mendengar semuanya? Bahkan wanita gemuk yang perekomiannya di bawah kami hanya ingin memanfaatkannya. Jijik dengan wajahnya. Apa kesalahan putraku?" gumamnya, merasa iba pada putranya sendiri.
"Bibi terima aku, maka aku akan membahagian Arga," ucap Liora mencari kesempatan mempromosikan dirinya.
Plak!
Bahunya kembali di pukul."Aku tidak ingin putraku terkena penyakit menular!" bentaknya.
"Iya! Iya!" Liora mulai tersenyum berjalan kembali hendak mengambil potongan buah yang sudah disiapkan pelayan.
"Terimakasih..." ucap Intan tersenyum padanya. Liora hanya mengangguk, membalas senyuman Intan.
Wanita yang mulai nyaman dengan keberadaan Liora disana tanpa disadarinya. Sesama bebek yang saling berbaris mungkin akan membuat keributan. Namun lumayan menyenangkan melihat bebek berbaris di dekat sawah.
*
Sama seperti keadaan Kairan dan Winata saat ini. Lusinan bebek tengah melintas di dekat mereka yang tengah duduk di pematang sawah. Pria botak berwajah tenang itu mengenyitkan keningnya.
"Ini penawaran bisnis dariku. Kami akan menyumbang pada desa. 80% karyawan villa dan restauran akan berasal dari desa ini. Ijinkan aku membangun akses jalan, ini juga bagus untuk pembangunan desamu," ucap sang pebisnis.
"Tidak," jawaban penuh senyuman dari pria berwajah tenang bagaikan biksu.
Kairan menjambak rambutnya frustasi."Kamu ingin komisi? Aku akan memberikannya..." ucapnya dengan nada suara kecil, ingin memakai cara curang untuk pertama kalinya.
Pasalnya, wilayah perbukitan yang strategis, terdapat sungai yang aman untuk arung jeram, bahkan air terjun, hektaran taman bunga yang tumbuh liar, bahkan potensi agrowisata dengan para penduduk yang menanam berbagai buah, seperti timun suri, semangka, dan paprika.
"Aku dapat melaporkanmu pada KPK," jawaban singkat dari Winata masih tersenyum dengan wajah tenangnya.
Kairan mengusap wajahnya kasar."Kenapa tidak boleh membangun akses jalan menembus lahan pertanian? Warga desa kenapa juga semuanya tunduk padamu yang benar-benar kolot?!" bentaknya.
"Karena orang-orang seperti kalian sekali diberikan ijin, akan meminta ijin lagi. Setelah membangun penginapan, kalian akan memintamu ijin membuka club'malam. Lalu, tempat perjudian, terakhir moral warga desa ini akan rusak." Jawaban tenang dari kepala desa yang selalu menang dalam berkali-kali pemilihan.
"Aku hanya ingin membangun wisata keluarga! Kamu tidak lihat proposalnya! Baca yang jelas!" pinta Kairan, entah sudah berapa kali berkunjung ke rumah sang kepala desa. Dan kini bahkan menemuinya di sawah.
"Maaf, ayo kita minum teh dulu..." jawaban dari sang kepala desa meminum tehnya.
Hingga Kairan berfikiran lebih gila lagi. Anak pingitan dari kepala desa yang diincar banyak pemuda kampung. Putranya tidak akan rugi.
"Ayo kita atur perjodohan putraku dan putrimu! Kalau putrimu ada di keluargaku, putrimu dapat mengelola villa dan restauran yang akan aku bangun kan?" ucap Kairan ingin membunuh dua lalat sekali tepuk.
Pyur!
Winata terbatuk-batuk, menyemburkan teh yang hendak diminumnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Lovesekebon
Hmm ☺️
2023-02-20
1
UTIEE
hahahahahaha
2023-01-14
5
who am I
pintar banget bapaknya arga 😏
2022-12-02
3