Deko kini sampai di ruang majelis guru, ia melangkah menghampiri mejanya dengan segera.
"Ini semua tugasnya pak?" Tanya Bu Dewi melihat kedatangan Deko.
"Iya Bu Dewi." Jawab Deko menyerahkan buku bukunya kepada Bu Dewi.
"Makasih ya."
"Iya sama sama Bu Dewi."
Handphone Deko berdering secara tiba tiba, tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat telfonnya dengan segera.
"Halo, iya pa, ada apa ya pa? tumben nelfon Deko jam segini." Tanya Deko.
"Kamu bisa pulang ke rumah papa sekarang?"
"Oke pa, Deko sekarang langsung kesana." Sahut Deko kemudian mematikan telfonnya.
Butuh waktu satu jam Deko sampai di rumahnya, oleh karena itu ia lebih memilih memakai motor dari pada mobil untuk lebih mempersingkat waktu. Dihalaman rumahnya terlihat sebuah mobil yang sudah terparkir.
"Lohh, siapa yang datang?" Tanya Deko kemudian mematikan mesin motornya.
Deko melirik play nomor mobil dihadapannya, entah kenapa mobil ini terasa tak asing baginya.
"Deko!" Panggil Dodi yang menunggu kedatangannya sedari tadi.
"Eh iya pa." Deko menghampiri Dodi kemudian menyalami tangan Dodi.
"Tumben papa minta Deko pulang tiba tiba? kalau Deko tau bakalan pulang hari ini, mungkin Deko bawa makanan banyak buat papa." Sahut Deko dibalas senyuman oleh Dodi.
"Ayo masuklah." Sahut Dodi mempersilahkan Deko untuk masuk kedalam rumahnya.
Deko masuk kedalam rumahnya, lalu duduk bersebelahan dengan Bodi.
"Loh, Bang Bobi kan?" Tanya Deko kaget melihat sosok manusia disampingnya.
"Eh! Kamu yang waktu itu menolong kami kan? kenapa kamu berada disini?" Tanya Bobi juga ikut kaget.
"Ini rumah bapak saya bang." Jawab Deko membuat Bobi semakin terkejut.
"Bang Bobi sama siapa ke sini?" Tambahnya.
"Oh ini, ini sama kakek Arman." Ucapnya.
"Kek!" Panggil Bobi menepuk pundak majikannya, memang perilaku Bobi sangat tidak ramah.
"Kek, kita berjumpa lagi. Bagaimana dengan kabar kakek?" Tanya Deko menyalami tangan sang kakek.
"Nak Deko?"
"Kek ternyata Deko anaknya pak Dodi." Bisik Bobi pelan pada telinga majikannya.
"Apa? yang benar saja?" Balas sang kakek ikut berbisik pada telinga Bobi.
"Iya kek."
"Apakah kabar mu baik nak Deko?" Tanya Kakek Zelia tersenyum melihat kesopanan Deko.
"Baik kek." Jawab Deko sambil tersenyum.
"Kalian sudah saling kenal ternyata?" Tanya Dodi kembali duduk pada kursinya.
"Iya Dodi, kebetulan dia menolong kami kemarin, mungkin ini yang dinamakan dengan takdir." Sahut Kakek Zelia.
"Benarkah?" Tanya Dodi tak percaya.
"Benar, anak mu ini sangat baik kepada kami, andai saja saat tidak ada dia, mungkin saja kami masih berada disana." Sahut Kakek Zelia tergelak pelan.
"Astaga kau ini bisa saja Arman!" Balas Dodi ikut tertawa.
"Kek Arman ada perlu apa ya datang kesini, sepertinya sangat serius sekali? sampai sampai Deko juga disuruh pulang ke rumah oleh bapak, biasanya walaupun ada tamu bapak juga ga pernah suruh Deko pulang secara tiba tiba." Tanya Deko penasaran atas kedatangan Kakek Zelia.
"Nak Deko sekarang bekerja dimana?" Tanya Kakek Zelia berpura pura belum tau.
Saat menunggu kedatangan Deko, Dodi menceritakan banyak hal tentang Deko. Dimulai dari kebiasaannya, hingga sampai makanan kesukaannya. Oleh karena itu, membuat Kakek Zelia sudah mengetahui semua hal tentang Deko.
Dalam hati yang paling dalam, kakek Zelia sangat senang menerima kedatangan sosok Deko dalam kehidupan Zelia, apalagi sang cucu juga sangat terobsesi dengan Deko. Mungkin saja bagi kakek Zelia semua ini bisa impas.
"Saya mengajar di sebuah sekolah menengah atas kek, mungkin saja itu tak terlalu jauh dari kediaman kakek." Jawab Deko sopan.
"Benarkah? oh pantas saja kita tak sengaja bertemu kemarin, kebetulan saat itu saya akan pergi ke sekolah untuk menjemput cucu saya."
"Cucu kakek ternyata sekolah disana?" Tanya Deko baru mengetahuinya.
"Iya nak Deko, kini ia sudah duduk dibangku kelas dua belas." Jawab Kakek Zelia.
"Siapa namanya kek? mungkin saja saya mengetahuinya?" Tanya Deko masih belum sadar bahwa Zelia adalah cucu semata wayang sosok pria tua lawan bicaranya.
"Rapunzel Zizwana Putri." Jawab Kakek Zelia sontak membuat Deko terkejut.
"Ah iya! aku melupakan kehadiran gadis itu saat aku berkunjung ke rumah kek Arman!" Batin Deko yang mulai ingat.
"Maksud kakek Zelia kek?" Tanya Deko memastikan.
"Nah! sangat tepat, sebelumnya aku pernah mendengar nama mu dari dia, dia banyak bercerita tentang mu dirumah."
Sebenarnya Deko sedikit risih mendengar cerita dari kakek Zelia, apalagi mendengar nama Zelia dirinya merasa bosan, apakah tidak ada nama orang selain Zelia yang harus selalu ia dengar? Namun bagaimana pun juga ia harus tetap menghargai tamu yang datang kerumahnya.
"Bagaimana Zelia disekolah? apakah dia membuat keributan?" Tanya Kakek Zelia.
"Seperti siswa yang lainnya kok kek." Jawab Deko berbohong.
"Syukurlah, nak Deko, ada suatu hal yang harus kami bicarakan dengan nak Deko." Sahut Kakek Zelia serius.
"Maksud kedatangan kakek kesini hanya untuk meminta bantuan dari mu, kakek berharap semoga nak Deko mau membantu Kakek." Kakek Zelia mulai membuka topik pembicaraan yang sangat serius.
"Dengan senang hati, Deko akan berusaha menolong kakek dengan semampu Deko." Balas Deko.
"Begini nak Deko, kakek sekarang sudah tua, mungkin saja malaikat maut mulai mendekati kakek dengan perlahan." Sahut Kakek Zelia dengan suara bergetar.
"Lalu kek?"
"Kakek memang memiliki harta yang berlimpah, tapi tidak dengan kebahagiaan, jika kakek sudah meninggalkan dunia ini, mungkin saja cucu kakek akan terlantar."
"Apalagi ada seseorang yang berniat jahat kepada cucu kakek, ia ingin merenggut masa depan Zelia, padahal kakek sudah menjaga cucu kakek berusaha keras, tak mungkin bukan usaha kakek akan terbuang sia sia?"
"Benar kek." Jawab Deko membenarkan perkataan kakek Zelia.
"Untuk itu kakek berharap untuk menitipkan Zelia kepada mu, memang ini semua sangat tidak nyaman bagi mu, tetapi hanya ini jalan satu satunya."
"Maksud kakek?" Tanya Deko tak paham.
"Menikahlah dengan dia, aku mohon jagalah dia ketika aku sudah tiada."
Deg!
Jantung Deko berdetak tak karuan, bagaimana mungkin ia mau menikahi seorang gadis yang terbilang masih labil. Lagi pula Zelia bukanlah tipe pendamping Deko. Mau seperti apa masa depan Deko jika hidup satu atap dengan Zelia.
"Ko, sekarang kamu telah beranjak dewasa." Sahut Dodi.
Deko hanya tertunduk diam dengan perasaan kacau, ingin rasanya ia menolak.
Deko seketika ingin membicarakan soal pertunangannya bersama Vina, karena Deko sudah berjanji untuk bertunangan bersama Vina segera mungkin.
"Iya pa, tapi papa tau kan bahwa Deko akan bertunangan dengan Vina? apa papa lupa?" Tanya Deko seketika membuat Kakek Zelia kecewa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
#manusiabiasa
kenapa buruk sekali ada yang terjadi lagi
2022-11-26
2