BAB 15 : USULAN

"Vina maaf sebelumnya karena aku tak bisa datang menemui mu kali ini." Sahut Deko lewat handphone nya.

"Santai saja, tapi aku bolehkan pinjam uang mu lagi? kamu kan tau nanti siang aku ada sesi pemotretan."

"Hmm oke, kalau gitu aku matiin dulu ya sambungnya, soalnya lima menit lagi aku harus kembali masuk ke dalam kelas."

"Ya, semangat Deko!"

Deko mematikan telfonnya secara sepihak, kemudian bersiap siap untuk kembali mengajar dalam salah satu kelas.

Sementara itu pada pusat perbelanjaan terlihat sekelompok wanita memilih banyak pakaian mewah.

"Selesai?" Tanya Dania salah satu teman Vina.

"Selesai, untuk sementara aku bisa meminjamkan uang calon tunangan ku." Jawab Vina duduk disamping Dania.

"Calon tunangan? siapa? aku sedikit kecewa mendengar perkataan mu kali ini." Sahut Selvi ketinggalan informasi.

"Oh iya, maaf ya saat itu kamu sedang di Swiss jadi aku tak sempat memberikan kabarnya pada mu."

"So, cuman minta maaf aja?"

"Oke aku bakalan cerita, aku akan bertunangan satu Minggu lagi."

"Wuihh, pasti pengusaha sukses kan?" Sahut Selvi mengada ngada.

"No! itu jauh dari ekspektasi mu sel!" Dania tergelak pelan.

"Bestie mu ini lebih tertarik dengan seorang guru." Bisik Dania pelan.

"What! ga bener nih, kamu bercandakan?" ucap Selvi tak percaya.

"Yap! itu benar!" Ucap Vina seketika senyuman Selvi hilang.

"Ekhemmm berapa gajinya? apa dia bisa membiayai hidup mu di Amerika?" Tanya Selvi sedikit menyindir.

Vina terkekeh pelan mendengar pertanyaan Selvi, kenapa ia malah menanyakan biaya? yang ia harapkan itu hanyalah cinta.

"Jujur! aku lebih mencintai orangnya dari pada dompetnya." Jawab Vina terkekeh pelan.

"Yang benar? emangnya kamu ga mau lanjutin karir kamu sampai Francis? aku sih kepengen banget."

"Tentu saja aku tak tertarik!"

Didalam hati Vina mungkin saja terasa sangat terguncang, menjadi model adalah impiannya tetapi kali ini ia tak tau harus bagaimana.

"Mending Lo deketin pengusaha muda yang sekarang lagi hits!" Bisik Dania peka atas perasaan Vina.

Vina tampak bimbang tapi ia berusaha menutupinya dihadapan kedua teman temannya.

"No! kamu gila kali ya?"

"Stttt.... aku sama yang lain bakalan lanjut ke Francis, sedangkan kamu gimana? aku tau ekonomi kamu saat ini gimana." Bisiknya kemudian sedikit menjauh dari Vina.

"Tak perlu risau! kalian pergi saja tanpa aku, mungkin saja kita sama sama bersenang senang walaupun dalam tempat yang berbeda." Jawabnya.

"Oke kalau gitu, aku sama Silvi harus pulang dulu, soalnya kamu ada sesi pemotretankan?" Tanya Dania beranjak dari duduknya.

"Iya, ya udah kalian berdua duluan aja."

"Oke kalau gitu, bye Vin!"

"Byee.... hati hati dijalan ya!"

Setelah kepergian kedua temannya, wajah Vina seketika berubah, tangannya terlihat seperti menahan amarah.

"Aku tak tau lagi harus bagaimana sekarang." Batin Vina kebingungan.

"Mungkin saja aku bisa mengundurkan hari pertunangan ku, dan meminjam sedikit uang untuk memodali ku di Francis." Sahut Vina memijat pelipisnya lembut.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Disebuah rumah sakit.

"Pak, penyakit yang anda derita sudah sangat parah, sebaiknya bapak menjalani pengobatan pada rumah sakit yang kami anjurkan." Sahut seorang dokter.

Kakek Zelia hanya diam mematung tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Ia hanya menunduk dengan wajah cemasnya.

"Pak?"

"Baiklah dok, terima kasih sebelumnya." Jawab Kakek Zelia beranjak pergi untuk keluar.

Sesampai diluar terlihat wajah Ferdy begitu cemas menunggu kedatangannya.

"Ferdy ayo kita pergi, tetapi sebelum itu tolong antarkan aku ke rumah Dodi." Titah sang kakek melangkah lebih dahulu dari Ferdy.

"Baik kek."

Dua jam kemudian, sang kakek sampai disebuah kediaman yang terletak di desa. Suasana disana terasa sangat nyaman dan sunyi.

"Aku sudah lama tak berkunjung ke sini." Kakek Zelia keluar dari mobilnya sembari menatap pemandangan yang sangat indah.

Seorang pria tua terlihat membuka pintu rumahnya, kemudian mulutnya langsung melongo "Loh Arman?"

"Dodi? sudah lama kita tak berjumpa, bagaimana dengan kabar mu?" Tanya Kakek Zelia mendekati sahabat lamanya.

"Tentu saja baik, lalu kamu bagaimana? semenjak kematian istri mu, kau sudah tak lagi datang kemari." Sahutnya menjulurkan tangannya.

"Seperti yang kamu lihat." Kakek Zelia menyambut tangan sahabatnya dengan sangat senang.

"Ayo masuklah."

Kakek Zelia ikut masuk ke dalam, ternyata suasana ruang nya kini kian berubah. Terpajang foto foto bagus menghiasi dinding ruangan, serta barang barang yang kian ikut berubah.

"Ayo minum dulu teh hangatnya." Ucapnya dibalas anggukan oleh Kakek Zelia.

"Aku sekarang merasakan tempat yang jauh berbeda dari sebelumnya." Ucap kakek Zelia setelah menyeruput teh hangatnya.

"Iya, saya sangat bersyukur mempunyai putra semata wayang saya, serta berkat bantuan mu selama ini." Sahut Dodi tergeletak pelan.

"Syukurlah, aku juga bersyukur karena dia telah menjadi sosok yang sukses dan membahagiakan orang tua nya."

"Lalu bagaimana dengan cucu mu? sekarang pasti dia sudah SMA dan sekolah diluar negri." Tanya Dodi membuat raut wajah kakek Zelia seketika berubah.

"Tidak, itu jauh dari ekspektasi mu." Kakek Zelia menyandarkan bahunya pada kursi.

"Tak apa."

"Dodi, ada suatu hal yang harus ku bicarakan pada mu." Sahut Kakek Zelia tanpa basa basi.

"Apa yang ingin kamu bicarakan Arman?" Tanya Dodi heran melihat raut wajah sahabatnya.

"Bawahan ku kini mendapatkan sebuah kabar bahwa Grey sudah keluar dari tahanan, kemudian dia akan kembali ke Indonesia untuk mengambil putrinya dari ku." Ucapnya dengan suara melemah.

"Benarkah? kalau begitu kalian tinggallah bersama ku, kebetulan putra ku sedang berada di luar kota."

"Tak semudah itu Do, percuma saja kalau kita selalu bersembunyi darinya, selagi aku masih bisa bernafas, aku akan tetap berusaha untuk melindungi cucu ku."

"Tapi sebaiknya kita menjauh darinya, namun apa yang akan kamu lakukan Arman?"

Kakek Zelia mengeluarkan selembar kertas dari saku sakunya, kemudian memberikannya kepada Dodi.

Deg!

Jantung Dodi terasa mau copot, ia tak menyangka apa yang telah ia baca.

"Arman?" Sahut Dodi dengan suara bergetar.

"Aku tak tau apa yang harus aku lakukan saat ini." Kakek Zelia tampak putus asa.

"Kenapa baru kau katakan Arman? apa cucu mu mengetahuinya?" Tanya Dodi dibalas dengan gelengan oleh sahabatnya.

"Arman! kenapa kamu rahasiakan selama ini Arman!"

"Aku mohon kau jaga cucu ku sebagai mana kau menjaga putra semata wayang mu." Pinta Kakek Zelia.

"Lalu? lalu apa yang akan kau lakukan saat ini Arman?"

"Pak Dodi." Panggil Ferdy membuka suara. Dodi menatap Ferdy dengan penuh tanya.

"Saya ingin mengusulkan sesuatu kepada bapak, tapi saya mohon bapak bisa memikirkannya dengan pikiran jernih." Sahut Ferdy berharap usulannya diterima dengan baik oleh Dodi.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!