BAB 17 : BUKAN KERASUKAN REOG

"Mampuskan lo! untung aja tadi Lo ga di bunuh sama pak Deko." Sahut Maya terkekeh pelan.

Zelia hanya memalingkan wajahnya, kemudian terduduk diatas bangkunya.

"Gimana Tante? masih semangat empat lima kah buat dapetin hati Koko Lo?" Tanya Maya mencubit kedua pipi Zelia.

"Sorry ya bestie! gue orangnya ga putus asa!"

"Nah gitu dong Zel! posisi Lo sekarang juga pernah gue rasakan." Sahut Reyvan.

"Benarkah?" Tanya Ketrin dengan suara tinggi.

"iya! dapetin hati kamu Ket! Dorrr!" Sahut Reyvan seketika membuat Ketrin ingin terbang.

"Ihh kamu bisa aja Rey!"

"Halahhh, bentar lagi kalian juga berantem!" Sahut Zelia.

"Ini nih yang dikatakan sirik dengan kebahagiaan orang lain, Lo kalau pengen bilang aja, jangan merusak kebahagiaan orang lain dong."

"Iya dehh si paling benar, palingan besok gue dapat kabar kalau Lo selingkuh lagi." Ujar Maya menyindir Reyvan dan Ketrin.

"Sumpah deh May! gue ga bisa bayangin gimana Ketrin jadi janda muda!" Sahut Zelia tergelak pelan.

"Ups maksudnya di madu oleh ribuan wanita." Tambah Maya semakin tertawa kencang.

"Dihh, kalian itu ngomong kadang suka benar." Tepis Reyvan membuat Ketrin menjambak rambutnya.

"Awas aja Lo ketahuan selingkuh lagi! gue doain semoga Lo masuk selokan tiap hari!"

"A- a... Ket bercanda Ket!" Pekik Reyvan meringis kesakitan.

"Awas aja Lo ketahuan!" Sahut Ketrin melepaskan tangannya.

"Rey Lo pilih yang mana? banyak anak atau banyak istri?" Tanya Zelia dengan pertanyaan yang tidak berfaedah.

"Lo kebanyakan nanya Zel! coba Lo yang gue tanya! Lo pilih banyak anak atau banyak suami?" Tanya Reyvan memancing Zelia.

"Ya banyak suamilah." Jawab Zelia mengibaskan rambutnya.

"Lahhh kenapa?"

"Karena semakin banyak suami, maka semakin banyak juga uang jajan gue, sedangkan banyak anak malahan membuat resiko bertambah banyak." Sahut Zelia dengan bangganya.

"Ekhemm.... kalian ini disuruh buat tugas malah membuat keributan!" Ucap Deko dengan suara khasnya.

"K- koko?" Zelia kaget kemudian berbalik ke arah sumber suara.

"Selesai kan tugas kalian segera mungkin, jika tidak nilai kalian kosong untuk hari ini." Sahut Deko melangkah pergi menghampiri mejanya.

"B- baik pak."

"Koko Lo kalau marah udah kayak kerasukan reog aja tuh Zel."

"Kokooo.... OOO kokoooo.... Reyvan jelek jelekin Koko, dia bilang Koko kalau udah marah kayak kerasukan reog ko! aku kalau jadi Koko mungkin udah keburu aku tendang ko." Teriak Zelia.

"Ga pak, Zelia boong pak! mana ada saya bilang bapak kayak kerasukan reog."

"Zelia! Lo itu apa apain sih gue becanda aja kali." Bisik Reyvan.

"Nah kena batunya kan Lo kalau temanan sama teman gue?" Sahut Maya tergelak pelan.

"Suara tolong dikondisikan, jika bersuara lagi kalian akan saya bawa keluar ya." Peringat Deko untuk kedua kalinya.

"Jangankan keluar ko, ke KUA aja Zelia udah senang." Bisik Zelia pelan.

"Kamu! apa mau saya suruh jadi ikan asin diluar?"

"Ga ko, becanda kok Ko."

"Waktu tersisa sepuluh menit lagi, jika masih ada yang belum selesai, nilainya akan kosong untuk hari ini." Sahut Deko melirik jam tangannya.

Perkataan Deko tampak tak main main pada sebagian siswa, mereka bergegas menyelesaikan tugasnya dengan segera. Tak lama kemudian sudah ada satu persatu siswa mengumpulkan tugasnya di atas meja Deko, namun juga ada sebagian siswa yang tetap cuek untuk tidak menyelesaikan tugasnya.

Bel pulang sudah berbunyi, semua siswa keluar dari kelas mereka masing masing.

"Zel, gue sama Ketrin pulang dulu ya. Kakek Lo kan yang jemput?" Ucap Maya menutup resleting tasnya.

"Iya, kalian pulang aja duluan, hati hati ya."

"Bye Zel.."

Ketrin dan Maya berjalan keluar dari kelasnya, sedangkan Zelia masih sibuk mengambil buku buku di laci mejanya.

"Selesai juga akhirnya, sekarang gue bisa pulang." Batin Zelia menutup kembali resleting tasnya.

Ia tertegun melihat Deko yang masih berada di dalam kelasnya, terlihat Deko merapikan semua buku yang akan ia bawa pergi ke ruang majelis guru.

"Koo... sebagai calon istri yang baik, sini Zelia bantu." Zelia merebut setumpuk buku dari tangan Deko.

"Ga perlu, saya bisa sendiri." Tolak Deko ingin mengambil buku dari tangan Zelia.

"Ayo pak Deko saya antar ke ruangannya." Zelia pergi begitu saja tanpa menghiraukan penolakan Deko.

Deko menghembuskan nafasnya dengan perlahan, tanpa pikir panjang ia mengikuti Zelia dari belakang.

Ditengah perjalanan menuju ruang majelis guru, Zelia selalu berkicau tanpa henti, namun kicauannya tidak dihiraukan oleh Deko yang masih sibuk dengan handphonenya.

"Nah, di titik ini Zelia sama Ketrin pernah jatuh loh Ko... kalau Koko liat pasti udah ketawa ko."

Ucap Zelia yang hanya dibalas anggukan oleh Deko.

"Ekhemmm...."

"Seketika Zelia pengen jadi handphonenya pak Deko agar selalu pak Deko genggam dimana pun dan kapan pun." Sahut Zelia yang masih dibalas anggukan oleh Deko.

"Kokooo!!! Koko punya kuping ga sih?" Pekik Zelia menghentikan aktivitas Deko.

"Hmm? ada apa?" Tanya Deko membuat Zelia semakin kesal.

"Koko..... dari tadi Zelia ngajakin Koko ngomong loh ko, tapi Koko sibuk terus sama handphonenya." Sahut Zelia lembut.

"Ha? Koko? kamu bicara sama siapa?" Tanya Deko heran.

"Ya Tuhan! berikan aku stok kesabaran yang banyak." Batin Zelia memejamkan matanya.

"Ya sama kamu lah ko!"

"Nama saya Deko, bukan Koko."

"Tapi Zelia lebih suka manggil koko itu Koko."

"Benarkah? tapi menurut mu hal itu sangat ramah Rapunzel Zizwana Putri? ingat, saya ini adalah guru mu." Jelas Deko ingin memberikan pencerahan kepada gadis mungil dihadapannya.

"Kalau begitu bapak mau jadi pacar Zelia?" Tanya Zelia asal bicara.

"Koko?"

"Kamu itu ada ada aja ya Zel! belajar dulu yang benar, umur baru dua kali Jumat udah songong mau pacar pacaran." Sahut Deko berlalu pergi.

Zelia melangkah begitu cepat, lalu menghalangi jalan Deko.

"Kalau begitu mari kita berteman Koko." Sahut Zelia menjulurkan tangannya.

"Ehh.. ehh ko!"

Deko merebut buku bukunya dari tangan Zelia. "Lain kali kalau mau nolongin orang jangan menambah kesusahan orang lain ya Zelia."

"Terimakasih telah membantu saya." Deko kemudian berlalu pergi meninggalkan Zelia yang masih tertegun diam.

"K- ko!"

"Haishh Koko, kenapa sih ninggalin Zelia, padahal udah Zelia bantuin." Zelia menghentakkan kakinya diatas lantai dengan kesal.

"Lihat aja, sebentar lagi Koko bakalan milik Zelia! ga bakalan bisa lagi untuk menghindar dari Zelia!" Batin Zelia berlalu pergi untuk pulang.

Di gerbang sekolah terlihat mobil Zelia sudah menjemputnya. Dengan segera ia masuk dengan mulut yang masih manyun.

"Udah non?" Tanya sang supir.

"Udah! sekarang cepetan kita pulang!"

"Oke non." Sang supir melajukan mobilnya dengan perlahan.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!