BAB 7 : KAOS HITAM 2

Entah kenapa kelas hari ini terasa sangat sunyi, tak ada keributan dari murid lainnya. Zelia memainkan jari jari lentiknya diatas meja, itu tandanya ia mulai bosan didalam kelasnya.

"Baiklah untuk tugas yang lainnya, kalian selesaikan halaman dua puluh empat sampai halaman tiga puluh pada kertas double folio dengan garis tebal tugas Fisika." Sahut Fahra sembari pergi berlalu meninggalkan kelas Zelia.

Seperti biasanya, kelas kembali ribut apalagi saat jam kosong.

"Gila, dia kira kita babu kali ya?" Umpat Ketrin.

"Sttt... hati hati kalau ngomong, emangnya Lo mau nilai Lo dikasih garis merah sama Bu Fahra?" Tanya Intan yang tak sengaja mendengarkan Ketrin.

"Iya iya gue tau."

"Zel, Zelia Lo kenapa?" Tanya Maya yang melihat Zelia terkulai lemas.

"Ga semangat bestie, soalnya lubang hidung ayank belum kelihatan." Jawab Ketrin meniru suara Zelia.

"Haishh bisa diam ga sih." Sahut Zelia mengeluarkan suaranya.

"Ehh in, beneran pak Deko ga masuk?" Tanya Zelia.

"Sepertinya sih iya, kata pak Kevin dia mau ketemu sama calon tunangannya." Jawab Intan.

"What! Lo yang bener! kalau Lo boong gue cekik Lo sampai mati." Sahut Aulia tak percaya.

"Emang kalian ga pernah denger?" Tanya Intan membalikkan kursinya.

"Dengerin apaan tuh?" Zelia malah balik bertanya.

"Kalian tau kan Vina Anggora Putri, model yang lagi naik daun itu." Bisik Intan.

"Haa emang manusia bisa naik daun?" Tanya Ketrin yang mulai lemot.

"Bisa togel! nohh naik daun pisang. Oke lanjutin, jangan dengerin tuyul yang sedang berkecambah." Ujar Maya yang mulai geram.

"Terus Vina itu ternyata satu negara, satu provinsi, satu kecamatan, satu RW, satu RT, dan satu atap." Jelas Intan panjang lebar.

"Haa satu atap kata Lo? emang Vina itu adeknya? atau ga kakaknya?" Tanya Zelia.

"Salah Lo, yang gue tau sih mereka ini tinggal di panti asuhan saat mereka kecil, terus mereka berdua ini di adopsi sama orang kaya yang berbeda, dan terus mereka ketemu lagi pas SMA, jadi hubungan mereka itu semakin deket."

"Ciee Lo itu pendongeng handal."

"Terserah kalian ga mau percaya, soalnya gue dapat cerita ini dari tetangga gue." Balas Intan kembali membuat tugasnya.

"Makanya Zel, Lo lama banget! keburu diambilkan sama orang lain."

"Eh ada pesan masuk nih." Ujar Zelia menepuk pundak Ketrin.

"Demi apa, sekarang baju kaos hitam? ini bisa nih gue pakai pas tidur." Ujar Zelia girang.

"Please bantu gue satu kali iniiii aja." Zelia memohon kepada Maya dan Ketrin.

"Oke deh gue tolongin, tapi awas aja Lo berani taruhan lagi." Bentak Maya dengan raut wajah tak suka.

"Hmmm begini, gue punya ide. Pokoknya Lo harus ikutin cara gue kali ini." Tambah Maya.

•••••

"Bu Ren! Jika kamu dapat membuat ku menang pada lelang kali ini, aku akan membayar mu dua kali lipat! Kau akan aku jadikan manajer disalah satu perusahaan ayah ku." Bisik seorang gadis pada telinganya.

"Tidak akan semudah itu kalian bisa menghasut saya, berusahalah semampu kalian untuk memenangkan lelang hari ini." Bu Reni sumringah lalu memberikan selembar kertas.

"Lebih baik aku seperti ini dari pada menerima tawaran gadis bodoh ini, jika aku bekerja dengan ayahnya mungkin saja dia semena mena terhadapku dan lebih parahnya lagi aku tak akan pernah lagi menjual barang barang murahan dengan harga ratusan juta." Batin Reni dengan ekspresi tersenyum licik.

Mungkin bagi sebagian orang tawaran ini sangat menakjubkan, namun berbeda dengan Reni, baginya lebih baik seumur hidup menjadi tukang bersih disekolah dari pada menerima tawaran Bella.

"Hahah yang benar saja! Kau ini melelang upil atau emas? Dasar kau wanita sialan!" Umpat gadis itu penuh emosi.

"Astaga... Sepertinya queen Bella pakai jalur pintas." Seorang gadis masuk kedalam gudang bersama seorang temannya.

"Bu Reni, apakah ibu mendapatkan sebuah pesan?" Tanya Zelia berpura pura tidak tau.

Bu Reni mengambil handphone nya. Ternyata benar, ada sebuah pesan yang baru saja masuk. Raut wajah Bu Reni seketika memucat serta amarah yang mulai menggebu gebu dalam dirinya.

"Oke, baiklah! untuk kali ini saja." Ucapnya sbil memberikan kaos hitam kepada Zelia.

Wajah Zelia seketika berbinar binar, tanpa pikir panjang ia langsung mengambil baju kaos hitam itu dari tangan Bu Reni.

••••••

"Sial! ketinggalankan gue." Umpat Maya yang baru saja keluar dari toilet.

"Yang benar Lo? baju kaos Bapak kepala sekolah hilang?" Tanya seorang gadis berambut pendek. Maya tak sengaja mendengar pembicaraan kedua gadis dihadapannya.

"Apa? kaos hitam Pak Ade? jangan jangan kaos itu bukan milik pak Deko? tapi milik Pak Ade?." Maya bertanya tanya dalam hatinya.

"Beneran kaos Pak Ade hilang?" Tanya Maya mendekati mereka.

"Iya, eh Lo tau ga kenapa bapak kepala sekolah kita berusaha menemukan kaos hitamnya?" Tanya gadis berambut panjang.

"emangnya kenapa?"

"Karena itu hadiah ulang tahun dari istrinya."

"Oh gitu."

"Eh iya, Lo ngapain disini? btw Lo ketua PKS kan? jangan bilang Lo ga tau lagi?" Tanya gadis berambut pendek.

Maya menghidupkan layar handphonenya, dan mendapatkan banyak pesan.

"Astaga!" Umpat Maya dalam hatinya. Maya pergi begitu saja dengan berlari kencang.

"Lah kenapa dia lari?"

"Gue juga ga tau."

Maya merupakan ketua dari sebuah organisasi PKS, itu semua pun ia dapatkan dari permintaan sang ayah kepada kepala sekolah. Hubungan antara ayah dan kepala sekolahnya sangat dekat, dan lagi pula ayah Maya adalah sosok yang di segani oleh banyak orang.

"Mampus Lo Rabun!" Teriak Maya berusaha lebih cepat berlari.

Maya membuka pintu gudang dengan sekuat tenaga.

DUARRRRRR.....

"May may?" Sahut Ketrin ternganga.

"Huftt... lo... Lo harus.. harus pergi sekarang!" Ujar Maya yang ngos ngosan.

"Lo habis ngapain sih May?" Tanya Zelia heran.

Maya tampak menghembuskan nafasnya dengan perlahan.

"Pokoknya Lo harus dengerin gue!" Bentak Maya.

"Hei kalian! ada apa ini?" Tiba tiba Pak Edo datang bersama beberapa orang.

Tanpa pikir panjang Maya merebut kaos hitam itu dari tangan Zelia.

"Maksud kalian ini apa? bukannya ini masih dalam jam pelajaran?" Tanya Pak Ade membuat jantung Maya berdebar kencang.

"Loh ini kan kaos saya, kenapa ada dikamu?" Tanya Pak Ade membuat jantung Maya makin berdebar kencang.

"Kak Maya? kak Maya ternyata disini? asal kakak tau kami sudah berupaya mencari kakak disetiap sudut sekolah." Ujar Fatiya berpura pura peduli terhadap Maya.

Fatiya adalah saudara tiri Maya Tidak hanya seisi rumah, ia pun berusaha merebut semuanya dari Maya.

"Pokoknya saya ga mau tau, kalian semua harus selesaikan semua ini diruang BK." Sahut Pak Ade mengambil kaosnya dari tangan Maya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!