"Ehh gue dapet berita baru nih."
Baru saja Zelia masuk dalam mobil Maya, ia telah disambut dengan berita terbaru dari Ketrin.
"Apaan tuh? pasti barang lelang lagi kan?" Tanya Zelia berharap ada barang lelang yang lebih menantang lagi.
"Salah... Sekarang ada ulangan harian matematika, kimia, fisika, dan biologi." Jawab Ketrin cengengesan.
"Dihh bikin bad mood gue aja, mending Lo ga usah ngomong."
Ya, hanya keheningan yang terjadi di antara mereka. Masing masing mereka sibuk memainkan handphonenya, sedangkan Maya tentu saja fokus mengendarai mobilnya.
Tak lama kemudian mereka sampai di depan gerbang sekolah, Maya memarkirkan mobilnya pada halaman sekolah.
"Umur baru tujuh tahun, tapi udah sok soan bawa mobil ke sekolah." Bisik seorang gadis dengan jarak yang tak terlalu jauh dari mereka.
Pintu mobil itu perlahan terbuka, kemudian terlihat seseorang gadis langsung turun dari mobil miliknya.
"Aduh kok panas banget ya." Ujar Maya gerah sambil mengibaskan tangannya.
"Contoh nih, gue download kipas angin di play store. Sangat praktis dan mudah di bawa kemana mana, jadi ga gerahkan gue." Sahut Zelia sambil mendekatkan layar handphonenya ke arah wajahnya.
"Coba coba, gue juga pengen." Ujar Maya sambil mendekatkan dirinya kepada Zelia.
"Ihh iya loh, sejuk banget."
"Oke, sambil jalan kita kipasan." Sahut Zelia berlalu pergi diikuti oleh Maya dan Ketrin.
"Ini lah gunanya kita di sekolahkan oleh orang tua kita. Lihatlah mereka, punya harta banyak tapi otaknya di lutut." Bisik gadis itu lagi dan lagi kepada temannya.
Memang circlean Zelia sering di sebut Genk elit tapi otak sulit, memiliki harta banyak tapi soal kecerdasan terbilang kurang. Lihatlah tingkah mereka, mana mungkin layar handphone dapat menghasilkan angin bak kipas angin biasanya, memang ada ada saja tingkah mereka.
•••••
Hoammmm.....
"Sepertinya aku harus mandi sekarang." Ujar Pak Ade sang kepala sekolah beranjak pergi menuju toilet majelis guru.
"Pak Ade." Sapa Deko seperti biasanya.
"Eh nak Deko, ini senior mu mau mandi dulu." Jawab Pak Ade. Seperti biasanya dia suka bercanda dengan Deko yang sudah dia anggap sebagai anaknya sendiri.
"Lah pak, bapak berantem lagi sama istri bapak? perasaan tadi jam dua subuh bapak update status foto bareng sama istri bapak." Tanya Deko keheranan.
"Bukan loh nak, tadi jam tiga subuh saya buru buru kesini untuk menyelesaikan pekerjaan saya, kamu kan tau kita lagi lembur apalagi saya yang harus tanda tangan sana sini." Jelas Pak Ade.
"Saya kan ga bisa mandi pagi." Tambahnya lagi sambil berbisik di telinga Deko.
"Astaga pak, ya udah kalau gitu, saya pergi dulu ya pak, soalnya saya harus segera memberikan berkas ini kepada buk Vina." Pamit Deko dibalas anggukan oleh Pak Ade.
"Astaga, maaf pak Deko saya tak sengaja." Sahut Fahra yang tak sengaja menumpahkan air pada baju Deko.
"Tak apa, Bu Fahra lanjutkan saja." Sahut Deko dekat sedikit senyuman.
"Karena inilah aku mengagumi dirinya, selain tampan dan sederhana ia tak pernah marah sedikit pun pada siapapun." Batin Fahra termenung.
"Bu Fahra? Saya sepertinya harus buru buru, kalau begitu saya pergi dulu ya." Ucap Deko memecahkan lamunannya.
"M- makasih ya pak, kalau gitu Fahra lanjutin buat minuman yang baru." Ujar Fahra yang masih berdiri dihadapan Deko.
Tiba tiba handphone Deko berdering disaku celananya, tanpa pikir panjang ia langsung mengangkat telfonnya dengan segera.
"Iya Vin, aku akan segera kesana, tapi tunggu dulu ya, aku ke toilet sebentar untuk mengganti baju ku yang sedikit basah." Deko berlalu pergi dengan langkah kaki sedikit cepat.
"Vina? siapa dia?" Batin Fahra tak sengaja mendengarkan pembicaraan Deko.
"Bu Fahra, boleh ga saya minta air didalam?" Sahut Bu Reni yang tiba tiba datang.
Seperti biasanya, Bu Reni berpura pura meminta air hanya karena untuk melihat sosok yang di carinya.
"Eh boleh Bu, ayo sekalian sama saya aja."
"Tumben lubang hidung pak Deko ga keliatan, kemana dia?." Tanya Bu Reni mengikuti Fahra dari belakang.
"Pak Deko katanya mau pergi Bu, tapi tadi ke toilet dulu mau ganti pakaiannya yang basah." Jawab Fahra membuat otak cerdas Bu Reni kembali berputar.
"Yang bener? ehh Bu Fahra, sini saya saja yang melanjutkan pekerjaannya, Bu Fahra mau buat teh kan? Mending saya aja." Ujar Fahra merebut nampan dari tangan Fahra.
"Eh ga usah bu-."
"Ga papa atuh." Ujar Bu Reni berlalu pergi begitu saja.
Tak lama kemudian Bu Reni sampai di dapur, kemudian ia malah melangkahkan kakinya menuju toilet. Bu Reni berusaha mencari sesuatu yang dicarinya. Disana terlihat tiga pintu toilet yang tertutup rapat, tetapi ada satu pintu yang menggantungkan kaos hitam diatasnya.
"Ya itu yang saya cari!" Batinnya sambil mendekat ke arah pintu paling ujung.
"Saya jual berapa ya ini? Lima puluh juta, sepuluh juta, atau tidak saya ambil saja." Batinnya.
"Ga sabar saya, mungkin saja saya bisa kaya mendadak." Ucapnya kemudian berlalu pergi meninggalkan toilet.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Bungsu_Fii
eh astagfirullah buk Reni ternyata biang keroknya 😭jgn² dia juga yg nyuri pulpen pak deko🙃🙃eh sekarang malah mau ambil bajunya🤣🤣🤣
2022-11-17
1
Bungsu_Fii
heh😭😭
2022-11-17
1