Sungguh, mereka tak menyangka bahwa, pada akhirnya mereka berakhir masuk kedalam ruang BK ini.
Apa yang mereka lakukan sedari tadi terbilang sangat sia sia, karena kedatangan Pak Ade membuat mereka menjadi gagal.
Ketrin menatap sekeliling mendengus kesal dengan mata yang berkaca kaca.
Bengong sesaat, Zelia menggeleng gelengkan kepalanya dengan pertanda frustasi.
"Ah, apa kabar dengan dunia? Kenapa kali ini kau tak berpihak pada ku!" Bentak Zelia.
Maya menatap kedua gadis dihadapannya, hidup segan mati tak mau, begitulah keadaan mereka.
"Bukankah diruangan ini ada kamera pengintai, kenapa masih saja kau tak keluar guru BK." Ujar Maya.
Gadis itu berjalan dengan langkah gontai, menghampiri kamera pengintai yang tersembunyi disudut langit langit ruangan BK.
"Hei kau! Kau tak tau apa yang terjadi jika suka mengintip para gadis! Tentu saja bintitan! Dasar kau badebah!" Zelia mengacungkan jari tengahnya yang pertanda "****" dikalangan sekarang.
"Berani sekali mereka ini menghina ku! Sial mereka tak tau besarnya penghinaan dari mereka dari pada penghasilan ku!" Betapa frustasinya seorang operator pemantau setelah menerima penghinaan dari Zelia.
"Dasar tak berguna! Kenapa mereka semua dipekerjakan disini!" Sekarang kewarasan Maya sudah mulai goyah, berkali kali ia mengumpat atas kekesalannya.
"Ya, aku mengerti!" Kali ini Dewi menjawab umpatan mereka dengan suara beratnya. Ketiga gadis itu sontak kaget dan langsung menundukkan kepalanya.
Wanita itu keluar dari sebuah ruangan yang berada didalam ruang bk, dengan suara sepatu yang bergeming didalam ruangan.
Dewi mengatur nafasnya dan kembali menatap tajam kepada ketiga gadis bodoh dihadapannya.
"Besok hari apa?" Tanya Dewi.
"H- hari Selasa Bu." Jawab mereka serentak.
"Bagus, jadi kalian sudah tau apa yang harus kalian lakukan?" Lagi lagi Dewi bertanya dengan suara dinginnya.
"T- tentu Bu." Lagi lagi mereka berbicara dengan gugup.
"Kalian sudah tau peraturan sekolah dalam berbicara?"
"BACAKAN MAYA!" Teriak Dewi seketika membuat mereka terkejut.
Maya seketika membulatkan matanya dan berdiri mematung dihadapan Dewi.
"Ahh sial! Kenapa harus gue yang dipilih!" Batinnya.
Tubuh Maya gemetar hebat, sedikit demi sedikit keringatnya mulai membasahi pelipis hingga menetes ke ujung rambut. Sebelumnya ia sudah pernah berhadapan dengan Dewi, namun kali ini Dewi tampak lebih menakutkan.
Dewi sangat terkenal akan ketegasannya, itulah yang membuat para siswa sangat takut padanya. Dingin serta Arogan bercampur aduk pada kepribadiannya, yang menambah suasana ruang bk terasa sangat horor bagi para pendatang.
Ketakutan para siswa terlihat sangat jelas, ketika Dewi berjalan dihadapan mereka, terasa bunyi kelelawar yang bergeming didalam telinga mereka.
"B- Bu Dewi! Huhhhh." Gadis itu datang secara tiba tiba dengan nafas ngos ngosan.
"Ada apa?" Jawab Dewi dingin dengan membalikkan badannya.
"Bu anak IPS tiga berantem Bu!" Seketika Dewi beranjak pergi dengan langkah yang tergesa gesa.
"Hufttt untung saja wanita sialan itu pergi dengan segera!" Betapa leganya Maya yang merebahkan tubuhnya diatas kursi.
"Haaaaa lagi lagi kalian berulah?" Ujar Bella yang mulai membuka suara.
"Lihat saja akan ku beritahu keluh kesah kalian kepada Bu Dewi!" Lanjutnya lagi dengan senyuman nakalnya.
"Lo juga kena kan! jadi kita semua imbas."
"Ayo sini Lo duduk! udah dari tadi Bu Dewi nungguin Lo." Ujar Maya.
"Iya iya, tadi di toilet antrian panjang."
"Gue ga nanya."
"Gimana Bu Reni? apa benar dia di pecat?" Tanya Bella yang ketinggalan informasi.
"Yup, Lo benar."
"Haiss ga jadi deh gue kumpulin semua barang berharga gue."
"Permisi... karena Bu Dewi sibuk, dan kakak kakak disini akan masuk ke kelas, jadi Bu Dewi berpesan untuk membagikan surat pemanggilan orang tua kepada kakak kakak semua." Tiba tiba Fatiya masuk sambil membagikan surat pemanggilan orang tua.
"Sok baik banget." Batin Maya mendengar perkataan halus dari Fatiya.
"Baiklah kakak kakak semua, silahkan keluar dan kembali ke kelasnya ya." Ujar Fatiya.
Mereka hanya menurut perkataan Fatiya, lalu bergegas pergi menuju kelas mereka.
"Jadi itu adik tiri Lo? ternyata lebih ramah ya dari kakak tirinya. UPS gue lupa Lo sama dia kan beda emak dan beda bapak." Ledek Bella memecahkan keheningan.
Maya menatap tajam kearah Bella, dengan kekuatan supernya ia menyeret Bella ke tembok.
"Lo mau tau gimana rasanya punya kakak tiri?" Tanya Maya memperkuat tangannya pada leher Bella.
"Lo ingat gimana Fatiya? dia yang sok berani meledek gue punya saudara tiri, sekarang gimana kenyataannya? hmm seperti nya sangat bahagia!" Tambahnya lagi.
"Please! kalian ini! hiks hiks."
"Hati hati, sebentar lagi lu bakalan jadi adik tiri gue, jadi... Lo jangan sekali sekali membangunkan singa dari tidurnya." Bisik Maya lalu melepaskan Bella.
Bella seketika langsung pucat dan badannya semakin lemah, karena terlalu lemah ia jatuh pingsan dihadapan mereka.
"May! ayo lari sebelum kita ketahuan!" Ujar Zelia menarik tangan Maya.
•••••••
"Apa! Lagi lagi kau memberikan ku surat kematian Zelia!" Kakek Zelia shock membaca surat yang diberi Zelia.
"Apa maksud mu ini?" Tambah Kakek Zelia kecewa.
"Ihh kakek itu juga karena salah paham! kakek datang ya ke sekolah." Ujar Zelia tanpa bersalah.
"Dasar bocah ingusan ini! ayo kesini kamu!" Ujar Kakek Zelia.
"Tapi kakek janji ya besok datang ke sekolah."
"Pokoknya kalau kamu mengharapkan kedatangan kakek mu, kamu tidak boleh keluar selama satu bulan." Ujar Kakek Zelia berlalu pergi meninggalkannya.
Kakek Zelia pergi begitu saja dengan perasaan yang begitu kecewa. Ia teringat pada umurnya yang semakin menua, sedangkan Zelia usianya semakin beranjak dewasa tetapi tingkahnya semakin memburuk.
"Bagaimana kek? kakek mau datang ke sekolah non Zelia?" Tanya ajudannya.
"Tentu saja, dia itu adalah cucu ku satu satunya." Jawab Kakek Zelia dengan senyuman di wajahnya.
"Saya kira kakek sangat marah kepada non Zelia."
"Semarah apa pun aku, dia tetaplah cucu ku. Aku hanya ingin dia berubah, tetapi sebenarnya hati ku sangat sakit olehnya."
"Aku sangat ingin, di masa depan cucu ku menjadi seorang yang berguna bagi orang banyak, dan memiliki sosok pria yang setia menjaga Zelia sampai akhir hayatnya." Tambahnya dengan mata yang berkaca kaca.
"Tetapi aku akan berusaha semampu ku untuk mendidik dia menjadi anak yang baik, apa kau ingat saat dia kecil dulu?" Tanya Kakek Zelia pada ajudannya.
"Dia begitu baik dan sangat ceria, aku pernah menyangka bahwa dia akan menjadi sosok yang mandiri dan baik hati." Jawab Ajudannya.
"Jika saja kejadian masa lalu tidak terjadi dihadapannya, tentu saja dia tumbuh menjadi anak yang baik dan mandiri saat ini." Tambah ajudannya yang ikut larut dalam kesedihannya.
"Kek, sebaiknya kita tidur. Hari sudah larut malam." Ajak ajudannya agar majikannya tak terlalu larut dalam kesedihannya.
"Baiklah."
"Reza, jika aku sudah tiada tolong jagalah Zelia demi ketenangan ku di alam sana."
"Akan saya usahakan kek."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
kirain surat kematian tuh apa ga taunya surat pemanggilan ortu toh😅
2022-11-26
1
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
auto gemetar setelah guru bk nya datang😄
2022-11-26
1