"Halo Nilam.”
“Iya Lastri ada apa?”
“Beberapa minggu ini aku sering di ganggu dan melihat hantu, apa lagi setelah aku melakukan ritual itu,” tutur Lastri dalam telepon.
Sejenak Nilam terdiam seakan sedang memikirkan sesuatu.
“Halo Nilam kamu masih di sana?”
“Eh ... I-iya Lastri masih. Begini saja kita tanyakan ke mbah Kusno saja gimana?”
“Ya sudah, besok kamu temani aku ke sana ya.”
“Oke, besok aku jemput di rumahmu.”
Lastri pung mengakhiri teleponnya dan berharap mendapat jawaban dari permasalahannya.
***
Pagi harinya, Lastri sudah bersiap untuk pergi kebetulan ini adalah hari Minggu, Nilam juga sudah berada di depan gang untuk menunggu Lastri.
Lastri berjalan menghampiri Nilam dan masuk ke dalam mobil.
“Terima kasih Nilam kamu mau membantuku,” ucap Lastri sambil memasang sealt belt.
“Sama-sama Lastri. Oh iya memang kamu mengalami apa?” tanya Nilam.
“Saat di kantor aku sering di ganggu bahkan melihat hantu, kemarin aku terjebak di lift dan lift itu berhenti di sebuah lorong gelap yang aku tahu di kantor kita tidak ada ruangan seperti itu,” tutur Lastri.
“Mungkin ini semua ada hubungannya dengan ritual itu. Sama seperti-” ucapan Nilam terhenti.
“Sepeti apa?”
“Se-seperti orang-orang yang pasang susuk pada umumnya,” Nilam berdalih.
“Berarti kamu juga sepertiku?” tanya Lastri.
“I-ya begitu. he-he-he.”
'Nilam aneh sekali seperti ada yang dia sembunyikan.’
Nilam pun mengatar Lastri sampai ke tempat Mbah Kusno, namun ada yang berbeda dari pertama kali Lastri datang.
Saat Lastri datang untuk yang kedua kalinya ia tidak melihat siapa pun. Suasana perkampungan itu sangat sepi tanpa ada aktivitas warga.
Lastri pun mengetuk rumah mbah Kusno.
Tok! Tok! Tok!
“Mbah!" panggil Lastri.
Pintu rumah mbah Kusno terbuka. Mbah Kusno keluar dan langsung menatap ke arah Lastri.
“Mari masuk!” ucap mbah Kusno.
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah mbah Kusno dan duduk di lantai.
“Begini Mbah, akhir-akhir ini saya sering di ganggu oleh makhluk halus yang ada di kantor, bahkan di rumah saya juga sering di ganggu. Apa ini ada hubungannya dengan ritual yang saya lakukan?” tanya Lastri.
“Jika portal sudah terbuka maka akan menarik siapapun termasuk makhluk gaib.”
“Apa ada cara agar saya tidak di ganggu Mbah?”
“Berikan aku tiga helai rambut dan darahmu!”
Lastri mencabut tiga helai rambutnya serta menyayat jarinya dan meneteskannya ke dalam sebuah wadah kecil. Saat Lastri menyayat jarinya terlihat seringai aneh dari mbah Kusno dan juga Nilam. Namun, Lastri tidak memedulikan hal itu.
“Ini Mbah,” Lastri menyerahkan apa yang diminta mbah Kusno.
Mbah Kusno mulai membaca mantra dan mengambil seutas tali berwarna hitam.
“Kemarikan tangan kananmu!”
Lastri menyodorkan tangan kananya, mbah Kusno mulai menyimpulkan tali itu ke tangan Lastri sambil terus membaca mantra.
“Sudah. Sekarang kamu boleh pulang!”
“Berapa Mbah?” Lastri mengeluarkan dompet yang ada di tasnya.
“Tidak perlu. Aku sudah mendapatkan bayaran di awal dengan harga yang pantas.”
“Maksudnya gimana Mbah?”
Tanpa membalas ucapan Lastri mbah Kusno malah tersenyum sambil menghisap rokoknya.
“Ayo Lastri kita pulang!” ajak Nilam.
“Tapi Nilam.”
“Sudah. Ayo kita pulang aja kan kamu udah dapat jimat.”
Lastri pun akhirnya berdiri dan berpamitan dengan mbah Kusno. Saat keluar rumah Lastri tiba-tiba melihat banyak warga berdiri menghadap ke rumah Mbah Kusno dengan tatapan kosong serta tanpa ekspresi.
'Kenapa tempat ini aneh sekali? Dan mereka juga bersikap aneh.’ Pikir Lastri.
Mereka berjalan menembus kerumunan warga, sesekali Lastri menatap salah satu warga dan tanpa sengaja menyenggolnya.
'Tidak berapa seperti tersentuh, aneh sekali. Apa jangan-jangan mereka bukan manusia?' pikir Lastri.
Lastri ketakutan karena pikirannya sendiri, ia memper cepat langkahnya dan langsung masuk ke dalam mobil. Saat di perjalanan Lastri mencoba bertanya kepada Nilam.
“Nilam apa semua warga di situ nyata?”
“Kalau nggak nyata nggak mungkin aku bisa lihat mereka semua,” sahut Nilam.
“Tapi mereka sangat aneh, mereka bahkan nggak ada ekspresi,” ucap Lastri.
“Ya ... Mungkin saja mereka memang begitu.”
“Iya mungkin saja. Tapi yang terpenting aku punya jimat ini,” sahut Lastri senang.
Lastri di antar Nilam hingga sampai depan gang rumahnya.
“Nilam terima kasih ya,” ucap Lastri.
“Sama-sama Lastri.”
Lastri turun dari mobil dan berjalan menuju rumahnya. Saat Lastri sudah menjauh Hp Nilam tiba-tiba berdering.
“Halo?”
“Aku sudah ke sana dan sesuai kemauanmu.”
Ucap Nilam saat menerima telepon.
Usai menerima telepon Nilam menjalankan mobilnya dan melaju menuju suatu tempat ke sebuah rumah mewah dengan jejeran mobil di dalam garasinya.
Nilam di sambut hangat oleh beberapa orang.
“Ayo Nilam kita bersenang-senang untuk merayakan keberhasilanmu!” ucap salah satu orang.
“Terima kasih kalian sampai menyambutku seperti ini,” sahut Nilam.
“Kalau nggak ada kamu rencana kita nggak bakalan bisa berjalan kan.”
Nilam terkekeh tertawa sembari masuk ke dalam rumah tersebut.
Bersambung.
Apa yang sebenarnya di sembunyikan oleh Nilam? Dan apakah Lastri bisa terhindar dari gangguan makhluk gaib?
Nantikan cerita Ritual Bunga Kantil di episode selanjutnya. Jika kalian menyukai cerita ini, jangan lupa beri dukungan vote, like dan komen ya gengs.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Santi Rizal
ternyata Nilam jahat
2024-07-16
1
neng ade
Nilam dan mbah Kusno punya rencana jahat sm Lastri entah apa itu .. sosok nya misterius ..
2024-07-15
0
Poetri Ammor
nilam ky nya punya niat jahat deh
2024-07-09
0