Raut bahagia terpancar dari wajah Lastri, saat pulang ke rumah.
Lastri langsung menghampiri Ibunya untuk memberi tahukan kabar gembira itu.
“Bu? Ibu?” panggil Lastri.
“Ada apa Lastri sepertinya senang sekali?”
“Bu. Mulai besok Lastri nggak kerja jadi OB lagi Bu,” ucapnya senang.
“Kamu berhenti?”
“Lastri akan jadi salah satu staf administrasi. Lastri di pilih langsung oleh HRD Bu.”
“Alhamdulillah. Benar itu Lastri?”
“Iya Bu.”
Mereka berdua sangat senang bahkan Minah terus mengucap syukur atas keberuntungan Lastri.
'Akhirnya aku punya harapan untuk membahagiakan ibu.’
***
Keesokan harinya Lastri bersiap berangkat, kali ini ia mengenakan pakaian rapi dengan rok span hitam serta sepatu hitam layaknya wanita kantoran yang sedang dalam tahap training.
Lastri berjalan menuju depan gang, di sana sudah ada Ayu yang menunggunya karena sebelumnya Ayu bilang ingin menjemput Lastri.
Lastri masuk ke dalam mobil Ayu.
“Tumben rapi sekali Lastri ?" tanya Ayu."
“Ayu. Mulai hari ini aku tidak kerja jadi OB lagi.”
“Hah? Kok bisa kenapa? Apa ada membuat masalah sama kamu?”
“Nggak Yu. Aku di tunjuk HRD untuk menggantikan Dinda,” ucap Lastri.
“Kamu serius? Ya ampun aku senang banget dengarnya Lastri.”
Ayu terlihat begitu senang sampai ia tidak henti-hentinya memuji Lastri, ia juga menyuruh Lastri untuk membungkam mulut-mulut yang telah menghina Lastri.
Melihat reaksi sahabatnya itu, Lastri menjadi terharu. Karena Ayu adalah orang kedua setelah Ibunya yang begitu senang ketika mengetahui ia naik jabatan.
Sesampainya di kantor, Lastri dan Ayu berjalan beriringan menuju pintu lift. Kebetulan saat itu Rita tengah membersihkan area dekat lift.
“Bukannya kamu di pecat?” wajah Rita terkejut ketika melihat Lastri ada di hadapannya.
“Sebenarnya saya nggak di pecat. Lebih tepatnya naik jabatan.”
“Ha-ha-ha. Naik jabatan apa? Tukang masak?” Rita tertawa.
“Rita! Jaga bicaramu!” bentak Ayu.
“Nggak apa-apa Yu biarin aja.”
“Oh iya Rita nanti kamu bersihkan ruangan bekas Dinda. Soalnya mau di pakai sama Lastri.”
“Lastri? Maksud Ibu gimana?”
“Memang apa urusanmu? Cepat kamu naik ke atas dan bersihkan ruangan itu!” perintah Ayu.
Lastri dan Ayu pun masuk ke dalam lift, sedangkan Rita hanya bisa diam seakan tidak percaya jika Lastri yang sering ia ganggu dan ia hina seketika berada di atasnya.
Rasa kesal dirasakan oleh Rita, yang mau tidak mau harus bersikap sopan kepada Lastri.
'Sialan! Bagaimana bisa Si Keling ini naik jabatan dan menggantikan Ibu Dinda?' omel Rita dalam hati.
Kabar naiknya jabatan Lastri pun dengan cepat menyebar, ada yang senang ada juga yang tidak terima jika seorang OB tiba-tiba menjadi staf administrasi bahkan ada yang meragukan kemampuannya dan menganggap Lastri tidak mampu untuk mengemban jabatan itu.
Namun tidak dengan Ayu. Ayu sangat paham bagaimana sahabatnya itu, ia bahkan mengakui jika Lastri sebenarnya orang yang cerdas dan cepat belajar.
Kehidupan Lastri perlahan mulai berubah, tidak sedikit orang yang iri dengan Lastri termasuk Rita dan juga Yanti mereka berdua tidak terima jika sekarang Lastri berada di atas mereka.
“Lastri sekarang sombong banget. Aku yakin dia itu main dukun,” ucap Rita.
“Bisa jadi. Karena menurutku aneh, dia tiba-tiba berubah cantik dan naik jabatan,” sahut Yanti.
“Kalian iri sama aku?”
Rupanya Lastri sedari tadi berdiri di belakang Rita dan juga Yanti karena ia kebetulan melintasi lobi dan tidak sengaja mendengar ucapan Rita.
“Eh ... Lastri,” Rita terkejut.
“Ngapain kami iri kalau semua yang kamu dapatkan itu hasil dari pergi ke dukun,” sahut Yanti lantang.
Lastri menegakkan wajahnya sambil melipat kedua tangannya.
“Oh Ya. Apa kamu punya bukti?”
Rita dan Yanti terdiam mendengar pertanyaan Lastri mereka berdua tertunduk sambil saling menyenggol satu sama lain.
“Kenapa kalian diam? Susah ya bicara sama orang kaya kalian ini. Sukanya bercicit kaya burung, tapi sekali di dekati diam kaya orang bego!” ucap Lastri sembari berlalu meninggalkan mereka.
Seketika mata Rita melotot mendengar ucapan dari Lastri. Dulu saat satu profesi Rita selalu menindas Lastri bahkan dengan kata-kata kejamnya sekarang Lastri akan membalas semua perlakuan Rita dan juga Yanti.
“Sialan si Lastri! Awas aja kamu nanti,” ucap Rita.
Pekerjaan Lastri hari ini berjalan lancar bahkan atasan terus memuji kinerjanya, hingga tiba saat jam pulang kerja.
Lastri mengambil tasnya dan membenahi barang di mejanya, baru satu kali Lastri melangkah ke pintu tiba-tiba lampu di ruangan serta koridor padam.
“Duh ... Kok mati sih,” ucap Lastri sambil merogoh tasnya untuk mengambil HPnya.
Lastri menyalakan senter dari Hpnya dan berjalan menuju pintu lift.
“Untung liftnya nggak ikutan mati.”
Setelah beberapa saat menunggu akhirnya pintu lift terbuka, Lastri pun menekan tombol lantai dasar.
Pintu lift perlahan tertutup, saat pintu lift baru setengah menutup, tiba-tiba di depan pintu lift ada seorang wanita Lastri pun menahannya.
“Mbak mau masuk?” ucap Lastri.
Wanita itu hanya diam sambil menunduk.
“Duh ... Mbak saya tutup aja ya kelamaan nunggunya.”
Saat Lastri menutup pintu lift wanita itu mengangkat kepalanya, Lastri seketika berteriak. Terlihat wajah wanita itu pucat dan rusak dengan darah yang masih mengalir keluar.
Dia menyeringai ke arah Lastri yang berusaha menutup pintu lift, sambil berteriak ketakutan Lastri berusaha memencet tombol lift berkali-kali hingga akhirnya lift itu bisa tertutup.
Lastri mundur dan berdiri di pojok lift dengan tangan gemetar sambil memeluk erat tasnya. Namun rupanya perasaan takut itu semakin menjadi-jadi ketika lift tiba-tiba terhentak dan berhenti, terlihat semua tombol nomor pun tidak ada yang menyala.
Ting!
Lift tiba-tiba terbuka, terlihat sebuah lorong panjang dan gelap saat lift terbuka dan terdengar suara langkah kaki namun dari lorong gelap itu tidak nampak satu orang pun.
Lastri berusaha memencet tombol close namun lift tersebut sama sekali tidak menutup, berulang kali Lastri memencet tombol bahkan tombol bell tidak berfungsi.
Lastri pun menekan tombol interkom berulang kali dan bisa tersambung.
“Pak tolong saya! Liftnya tiba-tiba berhenti, dan semua tombol tidak berfungsi,” ucap Lastri.
“Anda di lantai mana?” tanya petugas operator.
“Saya nggak tahu Pak, semuanya gelap, di sini semau lampu mati.”
Setelah Lastri bicara dari speaker interkom terdengar suara wanita tertawa. Suaranya begitu melengking dan mengerikan bahkan suara itu seakan berbicara kepada Lastri.
“Kamu di rumahku,” ucapnya dengan suara yang berat dan tidak terlalu jelas.
Kemerisik suara speaker seperti radio rusak pun terdengar membuat Lastri berteriak histeris, ia meringkuk sambil menutup kedua telinga dengan tangannya.
“Jangan ganggu aku! Aku mohon jangan ganggu aku,” ucapnya dengan tubuh gemetar.
“Lastri! Lastri!” suara berat itu terus memanggil namanya.
Dari lorong gelap muncul sosok yang pernah ia lihat sebelumnya, wanita dengan wajah hancur penuh darah dan mata yang hampir terlepas bergerak seperti di tiup angin melayang di antara lorong gelap.
Lastri menangis sesegukan tanpa bisa bergerak atau pun lari karena tidak ada tempat selain di dalam lift. Lastri berusaha terus menekan tombol close hingga semua tombol akhirnya berfungsi dan menyala.
Lift langsung tertutup dan Lastri pun bisa turun ke lantai dasar, dengan cepat Lastri berlari keluar lift dan menuju parkiran. Saat Lastri keluar langit sudah berubah gelap, ia bergegas melihat jam yang ada di HP nya dan ternyata sudah pukul 20.40 malam.
“Nggak mungkin! Jelas-jelas aku tadi pulang pukul 16.45 dan aku terjebak di lift itu nggak sampai satu jam!” Lastri bermonolog.
Seorang security yang sedan berjaga melihat Lastri keluar dari kantor dan menghampirinya.
“Mbak belum pulang? Padahal tadi saya cek semua ruangan sudah kosong,” ucap security itu.
“Pak, saya terjebak di lantai yang saya nggak tahu itu lantai berapa dan pintunya nggak bisa menutup. bahkan saya berkomunikasi lewat interkom,” tutur Lastri.
“Terjebak? Mbak jangan bercanda saya dari tadi bolak-balik naik lift buat meriksa semua ruangan dan saya nggak ketemu Mbak. Kalau mbak terjebak saya pasti nggak bisa naik lift,” sahutnya.
“Saya nggak bohong Pak, lift itu berhenti di lorong gelap saya nggak tahu itu di mana dan saya belum pernah lihat tempat itu sebelumnya.” Tutur Lastri dengan bulir bening mengalir di pipinya.
“Ya sudah begini saja, Mbak pulang dan istirahat besok saya akan cari tahu,” ucapnya.
Lastri pun memesan ojek online dan pulang ke rumahnya, saat di rumah Lastri mencoba menghubungi Nilam.
bersambung dulu gengs jangan lupa dukungannya ya ,🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Putri Minwa
untung saja Lastri bisa keluar dengan selamat
2022-11-27
1