Langit biru cerah berubah jingga, hiruk-pikuk suasana kerja berangsur sepi begitu pula dengan pekerjaan Lastri yang telah selesai Lastri mulai merapikan peralatan kerjanya dan bersiap untuk pulang. Lastri berjalan dari ruang penyimpanan barang menuju pintu keluar tanpa sengaja Lastri bertemu dengan Ayu yang juga akan pulang.
“Lastri kamu mau pulang? Bareng sama aku yuk,” ajak Ayu.
“Nggak usah Yu, aku bisa naik angkot, lagian aku nggak mau ngerepotin kamu,” sahut Lastri yang menolak secara sopan ajakan Ayu.
“Ah ... Apa sih Lastri aku nggak pernah merasa direpotkan. Bareng sama aku aja ya,” Ayu menarik tangan Lastri agar bisa ikut pulang bersamanya.
“Tapi Yu.” Lastri berusaha menolak karena merasa tidak enak.
“Udah nggak ada tapi-tapian, ayo!” Ayu menarik Lastri menuju area parkir.
Lastri tentu saja tidak bisa mengelak lagi dari ajakan Ayu, ia akhirnya pulang bersama Ayu menumpangi sebuah mobil mewah milik Ayu. Sebenarnya ini bukan kali pertama Lastri menumpangi mobil Ayu tapi, tetap saja Lastri merasa segan. Sebelum menaiki mobil Ayu sesekali Lastri menyeka bajunya dan memeriksa apakah ada kotoran yang menempel di bajunya atau tidak.
“Kamu ngapain sih Lastri? Ada sesuatu di bajumu?” tanya Ayu yang bingung.
“Oh nggak Yu, aku cuma mau memastikan aja apa bajuku ada kotoran atau debu yang menempel aku takut tempat duduknya nanti kotor,” sahut Lastri.
“Astaga! Kamu kenapa sampai memikirkan hal itu ayo kita masuk,” ucap Ayu dengan senyum heran.
Ayu menyalakan mesin mobilnya dan melaju menuju rumah Lastri dengan kecepatan sedang. Saat di perjalanan Ayu membicarakan tentang pertemuannya dengan Nilam.
“Oh iya. Lastri tadi aku ketemu sama Nilam teman SMA kita dulu, aku pangling banget sama dia. Sekarang dia cantik banget. Terus dia bekerja di perusahaan pak Gunawan sebagai asisten pak Gunawan,” ujar Ayu yang menceritakan dirinya bertemu dengan Nilam.
“Iya aku juga tadi nggak sengaja ketemu Nilam saat aku lagi membersihkan toilet,” sahut Lastri yang juga bertemu dengan Nilam secara tidak sengaja.
“Sekarang Nilam cantik banget aku pangling melihatnya, jangankan aku pak Gunawan aja saat meeting enggak henti-hentinya memperhatikan Nilam, dan karyawan lain pun semua fokus memperhatikan Nilam,” ujar Ayu yang menceritakan kepada Lastri.
‘Apa aku harus pakai susuk seperti Nilam juga? Aku sudah sangat lelah dengan hinaan mereka semua tapi bukankah itu hal yang tidak benar?' gumam Lastri dalam hati.
“Lastri ... Lastri, kok malah melamun!” tegur Ayu.
“Eh maaf Yu, aku dengar kok apa yang kamu bicarakan tadi. Ngomong-ngomong kapan ulang tahun perusahaan akan diadakan Yu?” tanya Lastri.
“Rencananya sih tiga hari lagi Lastri,” ucap Ayu memberitahukan kepada Lastri.
Tidak terasa mereka pun sampai dijalan kecil menuju rumah Lastri.
“Di sini aja Yu, tidak usah masuk nanti kamu repot putar baliknya soalnya gangnya kecil."Lastri yang meminta diturunkan di depan gangnya.
“Ya sudah kalau begitu,” sahut Ayu.
“Terima kasih ya Yu atas tumpangannya.”
“Iya sama-sama, sampai ketemu besok ya Lastri,” ujar Ayu sembari menjalankan mobilnya.
Lastri pun mulai berjalan masuk ke dalam gang hingga sampai ke rumahnya.
“Assalamualaikum Bu,” Lastri yang mengetok pintu sembari mengucapkan salam.
Minah yang sedang menjahit di ruang tamu pun mendengar ada suara yang sedang mengetok pintu, Minah berdiri dari tempat duduknya lalu berjalan menuju pintu utama untuk membukakan pintu.
“Walaikumsalam,” sahut Minah
Lastri yang masuk ke dalam rumah dan mencium punggung tangan Ibunya itu.
“Ibu belum selesai menjahitnya?” tanya Lastri.
“Dikit lagi Lastri, besok pagi mau di ambil sama yang punya jadi hari ini harus selesai, kamu pasti laparkan? Ibu sudah memasak makanan kesukaanmu jadi lebih baik kamu mandi terlebih dahulu setelah itu baru makan,” Minah yang memerintahkan Lastri untuk segera mandi.
“Iya Bu Lastri lapar, Lastri mandi dulu ya Bu!” sahut Lastri bergegas meninggalkan ibunya.
Setelah selesai mandi Lastri menuju meja makan, saat tengah menikmati makanannya ia terus teringat dengan ucapan Nilam tadi siang.
Melihat anaknya tengah melamun di meja makan Minah pun menghampiri Lastri.
“Makan kok melamun, tidak boleh kalau sedang makan itu melamun,” tegur Minah.
“Eh Ibu!” Lastri yang terkejut.
“Ada apa kamu Nak, apa ada masalah lagi di tempat kerjamu Nak?” tanya Minah.
“Enggak kok Bu Lastri baik-baik saja.”
“Kalau begitu makanannya cepat di habiskan pamali kalau makan sambil melamun.”
“Iya Bu,” sahut Lastri sambil menyuap makanannya dan segera menghabiskan.
Usai menyantap makanannya Lastri masuk ke dalam kamar, ia berdiri di depan cermin memandangi dirinya sendiri sembari melihat pakaian yang ia kenakan. Lastri menghela nafas serta mengerutkan keningnya.
'Siapa yang mau memperhatikanku yang berpenampilan seperti ini? Aku saja malas melihat diriku sendiri di cermin' Lastri seakan merendahkan dirinya sendiri.
Lastri mulai membuka lemarinya dan mencoba mencari pakaian terbaik yang ia miliki.
“Nah ini, tapi apa ini cocok untukku? Baju ini begitu cantik tapi ....” Lastri memandangi dirinya di cermin sembari mencocokkan baju tersebut.
Karena penasaran Lastri mencoba memakainya, sebenarnya baju itu pemberian dari Ayu. Dress bernuansa floral pastel sengaja dipilihkan Ayu untuk Lastri. Sebenarnya kulit Lastri tidak segelap yang orang lain katakan.
Saat mengenakan dress tersebut Lastri tersenyum berulang kali ia memutar-mutarkan tubuhnya di depan cermin.
“Apa ini aku?” ucap Lastri terkejut saat melihat dirinya di cermin.
“Baru pertama kali aku pakai baju seperti ini, dan ini ternyata bagus,” sambungnya senang.
“Apa lagi kalau aku pakai susuk itu pasti semakin cantik, dan tanda di muka ini pasti ikut menghilang,” Lastri terus memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin.
Senyum merekah dari bibir Lastri melihat dirinya yang ternyata tidak seburuk yang orang lain katakan, bahkan hanya mengenakan baju bagus saja sudah terlihat perbedaannya.
“Lastri itu kamu nak?” Ibu Lastri terkejut saat masuk ke kamar Lastri.
“Iya Bu memang siapa lagi,” sahut Lastri.
“Ibu baru pertama kali melihatmu seperti ini, lihatlah di cermin kamu itu cantik Nak,” ucap Minah dengan semringah.
“Ya kalau saja tanda di muka Lastri ini tidak ada,” sahut Lastri.
“Lastri manusia tidak ada yang sempurna, semua memiliki kekurangannya masing-masing,” pungkas Minah.
“Tapi Bu, Lastri berbeda tidak ada wanita yang memilik tanda besar di wajah ini seperti Lastri Bu!” eluh Lastri.
“Sudah Lastri jangan berpikir seperti itu, percaya pada dirimu sendiri Nak. Ibu ke kamar dulu ya Lastri,” ucap Minah.
“Baik Bu.”
Lastri melepaskan dress yang ia kenakan dan berganti dengan pakaian yang sebelumnya ia pakai, Lastri kembali membuka lemarinya ia baru sadar jika ada banyak baju yang ia beli namun tidak ia pakai.
“Apakah aku harus mulai memakai baju-baju ini?”
Lastri menutup kembali lemarinya dan merebahkan diri di kasur untuk beristirahat.
Keesokan harinya Lastri mulai memiliki semangat, kali ini Lastri merubah sedikit penampilannya. Jika sebelumnya Lastri hanya memakai baju seadanya dan itu-itu saja kini, Lastri mencoba tampil lebih rapi saat berangkat bekerja.
Tidak lupa Lastri mengikat rambutnya dengan rapi, walau tanda di wajahnya nampak jelas terlihat Lastri berusaha percaya diri.
“Bu Lastri berangkat ya,” ucap Lastri sembari meraih tangan Ibunya.
“Iya kamu hati-hati, hari ini sepertinya kamu semangat sekali Lastri,” ucap Minah.
“Ah ... itu mungkin perasaan ibu saja, ya sudah Lastri berangkat ya Bu,” Lastri berjalan menuju pintu.
Bersambung gengs.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Putri Minwa
semangat terus thor, jangan lupa mampir di mutiara Yang Terabaikan ya
2022-11-07
2