Lastri keluar goa sambil membawa semua pakaiannya dan memberikannya kepada Nilam.
“Sekarang kamu masuk ke goa itu! Di sana ada mata air kamu taburkan semua bunga ini ke air itu dan kamu berendamlah di sana!” perintah Mbah Kusno.
“Saya sendirian?” Lastri sedikit takut.
“Tunggu sampai Nyai Sekar muncul jika dia memberikan bunga kantil yang ada di kepalanya maka kamu harus langsung menelannya!” tutur Mbah Kusno.
Dengan perasaan takut serta waswas Lastri berjalan perlahan masuk ke dalam goa, sebelumnya Nilam memberikan sebuah senter kecil untuk Lastri masuk ke dalam goa.
Hawa dingin dan lembab begitu terasa ketika jauh masuk ke dalam goa hingga terdengar suara tetesan air yang menggema di dalam goa. Lastri bergegas mempercepat laju jalannya saat sampai ia melihat sebuah genangan air membentuk sebuah kolam.
“Airnya jernih sekali,” ucap Lastri sembari mematikan senter karena di atas mata air itu terdapat sebuah lubang hingga cahaya bisa masuk.
Lastri menaburkan semua bunga ke mata air dan berendam ke dalamnya. Dinginnya air tidak mematahkan semangat dari Lastri ia tetap masuk dan berendam sesekali Lastri mengusap-usap tubuhnya dan kembali diam sembari menunggu.
Semakin lama air itu semakin dingin, tubuh Lastri sudah menggigil dengan bibir sedikit membiru, dari lubang yang ada di atas Lastri dapat melihat jika langit berangsur gelap, tubuh Lastri sudah mulai lemas dan hampir kehilangan kesadaran saat itu juga muncul seseorang berpakaian seperti seorang penari dengan mengenakan selendang serta bunga melati dan bunga kantil sebagai hiasan kepalanya. Wanita itu sangat cantik hingga membuat Lastri terperangah.
Wanita itu masuk ke dalam mata air dan mendekati Lastri tanpa berkata apa pun dia mengambil sebuah kuncup kantil berwarna kuning yang menggantung di ujung hiasan kepalanya lalu memberikannya kepada Lastri.
“Te-terima kasih,” ucap Lastri terbata karena kedinginan.
Wanita itu hanya memandangi Lastri dengan senyuman misteriusnya tanpa membalas ucapan terima kasih dari Lastri.
Dengan cepat Lastri memasukkan kuncup bunga kantil itu ke dalam mulut dan menelannya. Melihat Lastri, Wanita itu tersenyum dan seketika menghilang dari hadapan Lastri.
“Hilang? Apa dia bukan manusia?” pekik Lastri sambil mencari keberadaan wanita itu.
“Apa ini sudah selesai?” ucap Lastri lagi.
Lastri kembali naik, ia menyalakan senter yang ia taruh di pinggir kolam mata air itu. Lastri berjalan menuju luar goa.
“Nilam? Mbah?” teriak Lastri.
“Kenapa aku ditinggalkan sendirian?” sambungnya.
Saat keluar goa tersebut Lastri tidak melihat siapa pun berada di sana, dengan keadaan masih basah kuyup Lastri berjalan perlahan sambil menahan rasa dingin yang menusuk serta tubuh yang lemas hingga Lastri kehilangan kesadarannya dan jatuh tersungkur di atas tanah.
Sayup-sayup terdengar suara yang terus memanggil namanya berulang kali.
“Lastri ... Lastri!” suara itu menyadarkan Lastri.
Perlahan Lastri membuka matanya saat tersadar ternyata ia bukan berada di dalam hutan melainkan sebuah rumah.
“Lastri kamu sudah sadar.”
“Nilam,” ucap Lastri sambil menolehkan kepalanya ke arah kanan.
“Syukurlah. Maafkan aku Lastri kata Mbah Kusno kami harus meninggalkan kamu sendirian,” jelas Nilam.
“Tidak apa-apa Nilam, mungkin syaratnya harus seperti itu,” Lastri memaklumi hal tersebut.
Lastri berusaha bangkit walau masih merasa lemas.
“Kamu istirahat aja dulu Lastri,” Nilam menahan Lastri.
“Nggak apa-apa Nilam, aku sudah mendingan,” sahut Lastri.
Mbah Kusno datang sembari membawa segelas teh hangat untuk Lastri, Mbah Kusno juga ingin menjelaskan jika ada ritual yang harus Lastri lakukan.
“Diminum dulu tehnya,” ucap Mbah Kusno sambil menyodorkan teh hangat.
“Terima kasih Mbah,” sahut Lastri.
“Sekarang portal kamu dan Nyi Ratih saling terhubung, ada satu ritual lagi yang harus kamu lakukan setiap malam jumat,” tutur Mbah Kusno.
“Ritual apa Mbah?” tanya Lastri.
“Berendamlah saat tengah malam dengan kuncup bunga kantil dan jumlah bunganya harus ganjil. Makan salah satu bunga itu saat kamu berendam,” tutur Mbah Kusno.
“Baik Mbah saya akan melakukan ritual itu,” sahut Lastri.
“Dan ingat setelah ini jangan pernah kamu lupa diri!” Mbah Kusno memperingatkan Lastri.
“Baik. Saya akan mengingatnya.”
“Nilam kita pulang yuk, Aku takut Ibuku cemas menungguku,” ajak Lastri.
“Ya sudah. Kita pulang sekarang mumpung belum terlalu malam,” sahut Nilam.
Lastri dan Nilam berpamitan dengan Mbah Kusno tidak lupa Nilam memberikan sebuah amplop berwarna coklat dengan isi yang cukup menggembung kepada Mbah Kusno.
Saat keluar rumah Mbah Kusno, suasana lingkungan itu begitu ramai dan lebih membuat Lastri heran adalah para warga terus memandanginya dengan tatapan datar tanpa ekspresi, mata mereka mengikuti arah kemana Lastri berjalan.
Lastri dan Nilam pun sampai keluar jalan setapak tersebut, dengan cepat Lastri bergegas masuk ke dalam mobil diikuti oleh Nilam.
Nilam menyalakan mesin dan melaju cepat menuju arah pulang.
“Nilam ka-kamu lihat kan?” tanya Lastri.
“Sudah jangan di bahas dulu, kita harus cepat keluar dari desa ini dulu,” sahut Nilam.
Sebenarnya saat Lastri dan Nilam berjalan menuju mobil mereka di kejutkan oleh suara mirip hewan .Namun hanya sekali dan sangat melengking. Spontan Lastri menoleh ke arah sumber suara itu, terlihat sekelebat bayangan putih menyembul di balik rimbunnya pohon bambu.
Semakin lama bayangan putih itu semakin terlihat jelas, Nilam langsung menarik tangan Lastri dan mempercepat jalannya hingga mereka berhasil masuk ke mobil.
Nilam mempercepat laju mobilnya agar mereka cepat keluar dari desa sepi tersebut. Sampai akhirnya mereka berhasil keluar dan melintasi beberapa desa yang cukup ramai penduduknya.
Nilam terus fokus mengemudikan mobil hingga mereka sampai di depan rumah Lastri.
“Nilam terima kasih karena kamu mau menemani bahkan menanggung semua biayanya,” ucap Lastri.
“Sama-sama Lastri. Aku senang jika kamu juga senang, kalau gitu aku pulang dulu ya Lastri,” Nilam memutar balik mobilnya.
“Iya hati-hati Nilam.”
Lastri masuk ke dalam rumah, di sana terlihat Ibu Lastri sudah menunggunya.
“Malam sekali kamu pulangnya Nak, habis dari mana?” tanya Ibu Lastri.
“Habis dari rumah Nilam Bu, kebetulan mobil Nilam tadi mogok pas mau antar Lastri jadi kami harus cari bengkel dulu,” tutur Lastri berbohong.
“Ya sudah. Ibu hanya khawatir takut terjadi sesuatu,” sahutnya.
“Nggak kok Bu, Nilam masuk ke kamar dulu ya Bu,” Lastri berjalan menuju kamarnya.
“Kamu tidak makan dulu Nak?”
“Lastri masih kenyang Bu,” sahutnya di balik pintu kamar.
Lastri menaruh tasnya dan berganti pakaian, dengan wajah semringah Lastri langsung menghempaskan dirinya ke kasur dengan ranjang kayu itu.
“Sebentar lagi aku akan cantik seperti Nilam,” ucapnya kesenangan.
Lagi-lagi ia membayangkan dirinya yang berjalan sembari di puji banyak orang karena kecantikannya.
“Sebentar lagi ulang tahun perusahaan akan di adakan, aku bakalan dandan yang cantik,” pungkasnya sembari mengusap-usap wajahnya.
Apakah yang terjadi selanjutnya. Akan semua sesuai ekspektasi Lastri? he he so stay tune ya....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
neng ade
semoga aja sesuai dngn ekspektasi Lastri dan juga semoga dia tak lupa diri ..
2024-07-15
1
Putri Minwa
jujur saja Lastri, nggak usah berbohong
2022-11-19
0
Alfiyati Al-Ikhlas
wah...mau ketemu pak CEO nih si nilam
2022-11-05
0