Bayar Dengan Tubuhmu

"Kamu siapa?” tanya Lastri terkejut melihat seorang pria duduk di samping kasurnya.

“Aku manusia, masa hantu,” sahutnya.

“Iya aku tahu. Tapi aku di mana?”

“Kamu di rumah sakit kamu tadi pingsan, aku kaget tiba-tiba kamu berdiri di tengah basemen. Aku kira kamu hantu tapi saat aku dekati ternyata kakimu tidak mengambang,” tuturnya.

'Dia mengira aku hantu. Dia tidak tahu aku hampir mati berdiri karena melihat hantu,'

“Woy! Jangan bengong nanti kesambet!”

Lastri bangkit dari kasur dan perlahan bangun, ia takut jika ibunya akan menunggunya dan khawatir kepadanya.

“Terima kasih karena kamu sudah menolong saya, tapi saya tidak punya cukup uang buat ganti biaya rumah sakit ini,” ucap Lastri.

“Tenang saja, kamu bisa menggantinya dengan cara lain,” ucap pria itu.

“Cara lain maksudnya?”

“Tubuhmu. ayo ikut!” pria itu menarik tangan Lastri.

Dengan terpaksa Lastri mengikuti keinginan pria itu, mereka berjalan menuju parkiran dan masuk ke mobil.

“Buka cepetan!” pintanya.

“Baik,” sahut Lastri.

“Aku pengen lihat sebagus apa.”

“Ini buka semuanya?”

“Ya jelas lah, untuk apa aku cape-cape bawa kamu.”

“Nah sudah, gimana?” tanya Lastri.

“Oke juga. Ya sudah di belakang masih banyak kamu buka aja semua!” pintanya.

Terlihat tumpukan kado serta paperbag berbagai ukuran berada di kursi belakang mobilnya.

“Kenapa kamu tidak buka sendiri saja, kamu kan punya tangan!” ucap Lastri sambil membuka satu per satu kado tersebut.

“Iya aku punya tangan, tapi selagi ada tangan orang lain kenapa harus pakai tanganku. Ayo cepetan buka semuanya nanti sampahnya kamu buang ke sana,” ucapnya sambil menunjuk tempat sampah di dekat mobilnya.

Lastri membabat habis semua kado yang ada di mobil pria itu dan membuang semua sampah bekas bungkus kado tersebut.

“Oh iya, kita belum kenalan. Aku Emir,”

“Saya Lastri,” sahut Lastri sambil menjabat tangan Emir.

“Nah ini kamu bawa pulang saja.”

Emir memberikan beberapa paperbag berisi parfum, handphone, jam tangan serta beberapa barang mahal lainnya.

“Ini untukku?”

“Iya buat siapa lagi, kan di sini Cuma ada kamu.”

“Tapi, ini semua barang mahal kenapa kamu kasih ke aku?”

“Pertama aku nggak suka bau parfumnya, kedua aku sudah punya yang seperti itu, ketiga aku pusing melihatnya jadi kamu bawa saja. Sekarang kamu kasih tau rumahmu biar aku antar pulang.”

“Tapi-”

“Sudah malam, ayo cepat kasih tahu dimana alamat rumah kamu!”

Lastri pun akhirnya mau memberi tahu alamat rumahnya. Mobil mewah itu melaju menyusuri jalanan malam yang sepi dalam perjalanan Lastri bertanya kepada Emir.

“Apa kamu salah satu karyawan di perusahaan?” tanya Lastri.

“Bukan.”

“Lalu untuk apa ke basemen yang ada di kantorku?” tanya Lastri.

“Aku cuma mau numpang parkir.”

“Ada lagi yang mau kamu tanyain? Umur, status atau gaji ku mungkin.”

“Untuk apa?”dengus Lastri.

“Ya ... Biasanya pertanyaan orang itu akan merembet ke hal bersifat pribadi.”

“Aku nggak begitu tertarik.”

Tanpa terasa mereka pun sampai di depan gang sempit tempat tinggal Lastri.

“Komplek rumah kamu kecil banget.”

“Ini gang bukan komplek,” sahut Lastri sambil membuka pintu mobil.

“Terima kasih atas tumpangannya, dan terima kasih juga untuk barang-barangnya,” sambung Lastri.

“Sama-sama,” sahutnya sambil menjalankan mobilnya.

Lastri berjalan masuk ke dalam gang hingga ia sampai di depan rumah, dan benar saya Ibu Lastri tengah duduk di kursi yang adi luar rumah untuk menunggu Lastri.

“Asslamualaikum Bu,” ucap Lastri sambil mencium punggung tangan ibunya.

“Walaikumsalam. Nak, bajumu terbuka sekali,” ucap ibu Lastri.

“Ini dibelikan Ayu Bu.”

“Tapi, kamu cantik sekali pakai baju itu,” puji Ibu Lastri.

Lastri tersipu malu saat dipuji oleh Ibunya, Lastri masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian. Ia membaringkan tubuhnya di kasur kerasnya itu. Saat berbaring Lastri teringat dengan kejadian yang ia alami.

'Akhir-akhir ini aku sering melihat penampakan. Apa ini semua karena ritual itu?' batin Lastri.

“Tapi susuk itu memang membawa keberuntungan, hari ini aku dapat barang-barang mahal secara cuma-cuma,” ucapnya senang.

Lastri kembali bangkit dari tempat tidurnya dan mengambil semua paperbag yang di berikan oleh Emir.

Lastri menumpahkan semua isi dari paperbag itu, dan isinya sungguh diluar dugaan ada beberapa voucher belanja dengan nominal jutaan, kaca mata, jam tangan, serta tiket liburan.

“Wah ... Ini benar-benar rejeki nomplok!” ucap Lastri girang.

“Akhirnya aku bisa punya handphone yang bisa di sentuh kaya punya Ayu.”

Begitu girangnya Lastri mendapatkan banyak barang, hingga hal itu terdengar oleh Ibu Lastri.

“Ada apa sih Lastri sepertinya kamu senang sekali, sampai kedengaran ke kamar Ibu,” Ibu Lastri masuk ke kamar Lastri.

“Tadi Lastri ketemu orang baik Bu, dia minta tolong Lastri buat buka semua kadonya. Nah dia ngasih ini ke Lastri Bu.” Tutur Lastri.

“Yang benar? Jaman sekarang masih ada orang seperti itu?”

“Buktinya Lastri di beri semua ini.”

“Ibu hanya berpesan, lain kali jika membantu seseorang jangan menerima imbalan,”

“Iya Bu Lastri mengerti,” sahut Lastri dengan acuh tak acuh.

Lastri sibuk membongkar handphone yang baru saja ia dapatkan dan mencobanya hal itu membuatnya lupa waktu dan tidur larut malam.

***

Denting alarm dari handphone jadul Lastri berbunyi berkali-kali namun Lastri tidak kunjung bangun sampai ibunya membangunkannya.

“Lastri! Bangun Nak. Lastri!” Ibu Lastri menggoyang-goyangkan tubuh Lastri.

“Iya Bu,” sahutnya dengan mata sayu.

“Astagfirullah. Kamu tidak biasanya seperti ini. Ayo mandi nanti kamu terlambat!”

Lastri bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi, usai mandi Lastri berganti pakaian.

Dari depan rumah terdengar suara klakson mobil.

“Sepertinya itu Ayu.”

Lastri keluar dan melihat yang ada di depan rumah Lastri bukanlah Ayu melainkan Emir.

“Hah? Dia tahu dari mana rumahku?” pekik Lastri.

Dengan secepat kilat Lastri berjalan menghampiri mobil Emir.

“Lastri ayo masuk!”

“Kamu ngapain ke sini?”

“Jemput kamu lah,” sahut Emir.

“Siapa Lastri?” tanya Ibu Lastri yang saat itu keluar rumah.

“Ini Bu, teman Lastri. Lastri berangkat dulu ya Bu,” dengan cepat Lastri masuk ke dalam mobil Emir.

Bukannya bergegas pergi Emir malah keluar mobil dan menyapa Ibu Lastri dengan senyum semringahnya.

“Saya Emir, teman Lastri Bu,” ucapnya sembari mencium punggung tangan ibu Lastri.

“Teman? Baru kali ini Lastri punya teman laki-laki.”

“Wah berarti saya yang pertama dong Bu. Kalau begitu saya pergi dulu ya Bu Asaalamualaikum.”

“Walaikumsalam. Hati-hati ya Nak Emir.”

Lastri hanya bisa diam terpaku karena kaget Emir datang menjemputnya serta menyapa Ibunya, hal tak terduga yang tidak pernah ia alami semasa hidupnya.

“Kamu ngapain ke sini? Terus kamu tahu rumahku dari mana?”

“Ya kan aku ngikutin kamu tadi malam,” sahut Emir.

“Astaga!”

“Kenapa kamu kaget ya.”

“Nggak, aku nggak kaget. Aku nggak nyangka aja ada orang yang aneh kaya kamu!” sahut Lastri.

“Eittss! Kamu jangan salah, aku ini laki-laki terseksi dan teromantis di dunia ini. Jadi harusnya kamu bersyukur dapat jemputan gratis dari aku.”

Lastri memutar kebua bola matanya dan berhenti bicara kepada Emir, sedangkan Emir terus mengoceh hingga sampai ke kantor tempat Lastri bekerja.

Bersambung

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

baik banget itu Emir .. aku juga mau dong hp nya .. 😁

2024-07-15

0

Putri Minwa

Putri Minwa

Emir baik banget sama Lastri

2022-11-21

0

Anne Marrie

Anne Marrie

aku tertipu aku kira ... ah sudahlah 😂

2022-11-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!