Malam semakin larut waktu menunjukkan tepat pukul 00.00, Lastri bangkit dari tempat tidurnya dan mulai mempersiapkan perlengkapan untuk ritualnya.
Dengan perlahan Lastri membuka pintu kamarnya, agar tidak membangunkan Ibunya yang berada tepat di samping kamarnya sembari membawa selembar kain batik serta kantong kresek hitam berisi bunga kantil.
Lastri berjalan mengendap-endap menuju kamar mandi. Sesampainya di dalam kamar mandi Ia mulai menaburkan tujuh buah kuncup bunga kantil ke dalam bak mandi yang lebarnya hanya setengah meter.
Lastri menanggalkan semua pakaiannya kemudian membalut tubuhnya dengan selembar kain batik yang sudah ia siapkan sebelumnya.
Lastri masuk ke dalam bak mandi selanjutnya ia mulai merendam seluruh tubuhnya.
‘Duh airnya dingin banget,' gumam Lastri.
Tubuh Lastri mulai merasakan dinginnya Air di dalam bak mandi tapi hal ini tidak menggoyahkan usaha Lastri untuk melaksanakan ritualnya.
Saat berendam Lastri mengucapkan beberapa kata mantra yang diberikan oleh mbah Kusno, ia mulai mencuci mukanya sebanyak tiga kali, lalu mengusap tangan kanan dan kiri sebanyak tiga kali.
Lastri mulai memejamkan mata sambil mengambil satu kuncup bunga kantil dengan tangan kanannya dan memakannya, rasa getir serta pahit dari bunga itu membuat ia meringis.
‘Arghh ... Pahit banget,' Lastri yang bermonolog.
Sesekali Lastri menenggelamkan kepalanya agar seluruh anggota tubuhnya basah, baru beberapa menit Lastri berendam jari jemarinya sudah mengerut, tubuhnya pun gemetar akibat kedinginan angin yang masuk melalui lubang-lubang kecil di dinding kamar mandinya menambah kesan dingin hingga menusuk ke tulang.
Saat Lastri tengah melawan rasa dingin itu ia mendapati air yang ia gunakan untuk berendam seketika berubah warna menjadi merah kehitaman Lastri mencoba memperhatikan kembali apa yang ia lihat, ternyata benar saja air itu berubah menjadi darah.
Lastri mulai meraba pinggiran bak mandinya dan berusaha untuk keluar, sambil menahan rasa takut serta teriakannya Lastri keluar dari bak mandi itu, setelah keluar anehnya air itu berwarna bening.
Berkali-kali Lastri mengusap kedua matanya bahkan sampai memukul pipinya sendiri.
'Apa tadi aku hanya berhalusinasi saja? Tapi aku sangat yakin air itu berwarna merah,' gumam Lastri.
'Ah mungkin karena aku mengantuk.” Lastri bermonolog.
Lastri mencoba berendam kembali tubuhnya ke bak itu, demi terlihat cantik serta di puji banyak orang ia tidak terlalu memedulikan hal tersebut yang ada dalam pikirannya hanyalah menjadi cantik.
Semakin lama air itu semakin dingin, bibir Lastri terus bergetar karena menggigil kedinginan bahkan kepala Lastri sempat pusing akibat terlalu lama berendam.
Lastri memejamkan matanya sejenak sambil mengusap-usap tabuhnya dengan bunga kantil itu, saat ia mengusap tubuhnya dari indra peraba Lastri merasakan jika ada benda lain selain bunga kantil. Lastri membuka matanya dan terkejut air di dalam baknya kembali berubah seperti darah bercampur dengan helaian rambut yang begitu panjang.
Sampai akhirnya Lastri melihat air di dalam bak itu berubah kembali menjadi berwarna merah seperti darah. Di atas air itu terdapat helaian rambut panjang.
Lastri berusaha tetap tenang dan tidak membuat kegaduhan karena ia takut Ibunya mengetahui apa yang ia lakukan. Lastri memberanikan diri mengumpulkan semua helaian rambut yang ada di bak mandinya.
“Rambut siapa ini?” ucapnya sambil memperhatikan panjang dari rambut itu.
Namun sesuatu mengerikan mulai terjadi kepada Lastri. Di saat ia memegang helaian rambut itu dari dalam bak yang Lastri gunakan untuk berendam muncul sebuah kepala dengan wajah tertutup oleh rambut.
Sontak saja hal ini membuat Lastri menjadi ketakutan, dengan cepat Lastri keluar dari bak itu dengan keadaan basah kuyub.
“Apa yang aku lihat tadi?” ucap Lastri dengan tubuh yang gemetar.
Selang beberapa menit Lastri memberanikan diri masuk ke kamar mandi itu kembali.
‘Bagaimana ini, aku harus membuang air rendaman ku agar ibu tidak curiga nanti,' gumam Lastri.
Lastri mulai mengumpulkan keberaniannya untuk mendekati bak mandi tersebut anehnya di dalam bak itu tidak ada sesuatu apa-apa selain bunga kantil dan airnya pun jernih.
Lastri dengan cepat memutar penyumbat yang ada di bawah bak dan membuang air itu Lastri juga mengumpulkan bunga kantil yang ia gunakan ke dalam kantong kresek.
Setelah selesai Lastri mengambil handuk dan kembali memakai pakaiannya, ia juga memasukkan kain batik yang baru saja ia kenakan ke dalam kantong kresek agar tidak ketahuan.
‘Aku harus cepat masuk ke dalam kamar sebelum ibu mengetahuinya,' gumam Lastri
Lastri dengan cepat meninggalkan kamar mandi bergegas menuju kamarnya.
Lastri menarik selimutnya dan membalut tubuhnya dengan selimut.
'Akhirnya selesai juga, tapi aku tidak boleh tidur.”
Sebelumnya Mbah Kusno berpesan kepada Lastri jika setelah ritual Lastri tidak di perbolehkan untuk tidur lagi sampai matahari terbit.
“Akhh ... Aku ngantuk!” ucapnya dengan mata yang mulai sayu.
Berkali-kali Lastri menggerakkan tubuhnya agar tetap terjaga dan tidak ketiduran, bahkan Lastri sampai menepuk pipi dan mencubiti tangannya agar tidak mengantuk.
Hingga terdengar suara kokokkan ayam jantan yang bersahut-sahutan, dari kejauhan sudah terlihat bias-bias sinar fajar yang akan menggeser langit gelap. Lastri beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi, ia mengisi air yang ada di bak mandi karena sebelumnya bak itu kosong akibat ritual Lastri.
Tidak lama Minah bangun, Minah keluar kamar sembari mencepol rambut panjangnya.
“Sudah bangun kamu Nak.”
“Iya Bu. Hari ini Lastri mau berangkat lebih pagi,” sahut Lastri.
“Ya sudah. Ibu buatkan sarapan dulu ya.”
Minah masuk ke dapur dan membuat makanan ala kadarnya untuk Lastri sarapan. Usai sarapan Lastri berpamitan dan berangkat bekerja.
“Lastri berangkat ya Bu,” ucap Lastri sambil mencium punggung tangan Minah.
“Kamu hati-hati ya Nak,” sahut Minah.
Lastri berjalan menuju depan gang dan menunggu angkot. Lastri berdiri di tepi jalan berharap ada angkot yang lewat karena masih sangat pagi jalanan pun masih sepi. Namun bukan angkot yang menghampirinya melainkan sebuah mobil. Pengemudi mobil itu keluar, terlihat seorang pria paruh baya berjalan menghampiri Lastri.
“Mbak mau kemana? Ayo saya antar,” ucapnya dengan lirikan penuh nafsu.
Terlihat pria itu memperhatikan lekuk tubuh Lastri dari ujung kaki hingga kepala, tangan nakalnya berusaha merangkul bahu Lastri dan memaksanya untuk masuk ke dalam mobil.
“Bapak mau ngapain?” ucap Lastri menangkis tangan pria itu.
“Ayo saya antar, tapi kita jalan-jalan dulu sebentar,” pria itu mulai menarik tangan Lastri.
“Saya bisa pergi sendiri Pak!” Lastri mulai menjauh dari tempat itu dan memilih mencari tempat lain untuk menunggu angkot.
Bukannya pergi pria itu malah membuntuti Lastri secara tiba-tiba mendekap dan menutup mulut Lastri. Bau alkohol serta rokok begitu kentara ketika pria itu membungkam mulut Lastri dengan tangannya. Untungnya Lastri bisa berhasil melepas tangan pria itu.
“Lepasin! Tolong!” teriak Lastri.
“Diam kamu! Cepat masuk!” bentaknya sambil menutup mulut Lastri.
Bersambung dulu ya gengs
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Putri Minwa
Iiiih, jadi merinding thor
2022-11-21
0