Pesta Atau Musibah

"Jangan Mbak!” pekik Lastri.

Lastri berdiri dan menangkis tangan Dinda hingga membuat gelas yang Dinda pegang terjatuh dan pecah ke lantai. Namun, Lastri sudah terlanjur basah. Hal itu mengundang perhatian banyak orang termasuk Nilam.

Nilam yang menyadari jika Lastri sedang diganggu langsung menghampiri.

“Lastri kamu nggak apa-apa?” Nilam mengambil tissue dan membersihkan bekas minuman yang ada di wajah Lastri.

“Aku nggak apa-apa Nilam,” sahut Lastri dengan kantung mata yang menggenang.

“Kamu. Apa yang kamu lakukan? Apa salah Lastri?” ucap Nilam.

“Dia itu cocoknya di belakang bersama sapu dan pel!” sahut Dinda dengan tawa menghina.

“Apa maksud kamu? Kamu pikir kamu cantik? Kamu nggak ngaca muka sama leher kamu itu aja kaya shift kerja tahu nggak. Muka siang leher malam!” Nilam balik menghina Dinda.

“Ppptthhh-“ Lastri hampir tertawa namun ia menahannya.

“Maksud kamu apa menghina aku kaya gitu?” Dinda marah dan mendorong bahu Nilam.

“Nah ... Gimana rasanya dihina?” Nilam tertawa.

“Lain kali kalau mau menghina lihat dulu, kamu sendiri lebih oke nggak! Modal dempul doang monyet pun bisa!” sambung Nilam yang mulai gemas dengan Dinda.

Dinda marah dengan ucapan Nilam, dia berusaha meraih rambut Nilam tapi di tahan oleh Lastri alhasil Lastri lah yang menjadi sasaran amukan Dinda.

“Kamu berani sama aku! Nih rasain kamu Keling!” Dinda menjambak dan menarik rambut Lastri.

“Aduh! Mbak, sakit!”

“Hentikan!” gelegar suara dari laki-laki paruh baya menggema.

Suara itu berasal dari pimpinan perusahaan yang melihat kelakuan Dinda.

“Apa-apaan kamu! Kamu mau mengacaukan acara ini, hah!” bentaknya.

“Ti-tidak Pak. Saya cuma mau kasih pelajaran ke dia karena sudah kurang ajar,” ucap Dinda sambil menunjuk Lastri.

“Bohong! Saya tadi lihat Dinda tumpahin minuman ke kepala Lastri Pak!” Nilam membela Lastri.

“Sudah cukup! Besok kamu temui saya di ruangan!” ucapnya sambil menunjuk Dinda.

“Security! Bawa dia keluar! Aku tidak mau ada pengacau di acara ini bikin malu saja,”

“P-pak saya mohon, saya minta maaf Pak.”

Dinda diseret oleh dua orang security menuju pintu keluar, beberapa karyawan mulai menaruh simpatik kepada Lastri karena perlakuan Dinda terhadap Lastri.

“Lastri kamu nggak apa-apa?” Nilam merapikan rambut Lastri yang berantakan.

“Aku nggak apa-apa Nilam, terima kasih karena sudah membantuku.”

“Orang seperti itu sudah sepantasnya mendapat ganjaran, aku temani ke toilet ya kita bersihkan rambut sama baju kamu,” Nilam menarik tangan Lastri dan berjalan menuju toilet.

Nilam membantu Lastri mencuci rambutnya yang mulai lengket dan mengeringkannya menggunakan hair dryer yang ada di toilet tamu tidak lupa ia juga membantu Lastri menyeka baju yang di kenakan Lastri dengan tissue basah yang ia bawa.

“Lastri sini aku touch up dulu,” ucap Nilam.

“Tacap? Maksudnya yang buat isi pulsa itu? Kamu mau isi pulsa Nilam?” ucap Lastri yang berusaha menirukan ucapan Nilam.

Mendengar ucapan Lastri, Nilam hanya bisa tertawa karena kepolosannya.

“Itu top up Lastri,” Nilam kekeh tertawa.

“Untung aku bawa perlengkapan perangku,” ucap Nilam sambil mengeluarkan make up yang ada di tasnya.

“Oooo ... Maksud kamu mau make up,” Lastri mulai paham ketika Nilam mengeluarkan alat make up.

Nilam mulai membenarkan make up Lastri yang sedikit rusak akibat ulah Dinda, usai dari toilet Nilam mengajak Lastri bergabung dan duduk satu meja bersamanya dan juga pimpinan perusahaan.

“Anu ... Nilam, aku duduk di ujung sana aja ya,” pinta Lastri.

“Kenapa? Kamu di sini aja sama aku,” Nilam memaksa Lastri untuk duduk.

“Ini bukan tempatku, aku hanya tukang bersih-bersih. Maaf ya Nilam aku duduk di sana saja,” Lastri pergi meninggalkan Nilam.

Lastri berjalan menuju pojok ruangan, di sana terdapat sebuah bangku ia duduk sendirian sembari memandangi keseruan acara pesta. Sesekali Lastri mencari keberadaan Ayu, dari jauh terlihat Ayu tengah asik berbincang dengan beberapa orang di antaranya ada seseorang yang menarik perhatian Lastri.

Pria tinggi bertubuh tegap, berwajah manis serta berkulit putih dengan senyum dingin. Pria yang sama yang ia temui saat di warung nasi campur tempo hari.

“Siapa sebenarnya dia? Apa dia salah satu karyawan yang satu divisi dengan Ayu dan Nilam?” gumam Lastri sambil terus memandangi pria tersebut.

Ayu terlihat sangat akrab dengan pria tersebut bahkan sesekali mereka berdua bercanda satu sama lain. Merasa bosan, Lastri beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari acara. Ia mencari tempat sepi untuk duduk.

“Nah di sini lebih baik, nggak banyak orang,” ucapnya.

‘Seharusnya aku tidak ke sini, bagiku ini bukan pesta tapi masalah!' pikirnya sambil duduk sembari menumpu dagu dengan tangan kirinya.

Kebetulan Lastri duduk di samping pintu masuk basemen, tidak banyak mobil yang masuk ke basemen karena saat itu lampu area basemen tidak banyak yang menyala hanya sebagian.

Tanpa sadar Lastri terus memandangi area dalam basemen tersebut, samar-samar Lastri melihat seseorang berjalan di area basemen.

“Ayu. Bukannya tadi dia di dalam, kapan dia masuk ke basemen?” Lastri bermonolog.

Lastri beranjak dari duduknya dan masuk ke area basemen untuk menghampiri Ayu. Namun, langkah Lastri terhenti karena Ayu menghentikan langkahnya.

“Ayu, kamu ngapain di sini sendirian?” ucap Lastri yang segera menghampiri Ayu.

“Ayu kok kamu diam?”

Bukannya menyahut Ayu malah terkekeh tertawa, suara tawanya sungguh aneh tidak seperti Ayu biasanya. Wanita yang Lastri sangka Ayu itu membalikkan tubuhnya.

Mata Lastri seketika terbelalak melihat wanita yang ia ikuti ternyata bukanlah Ayu melainkan sosok wanita dengan wajah yang rusak penuh darah bahkan sebagian matanya hampir terlepas. Bau anyir seketika menyeruak menembus indra penciuman Lastri.

Tubuh Lastri tiba-tiba menjadi kaku tidak bisa bergerak, Lastri mencoba berteriak namun anehnya suara Lastri tidak bisa keluar sama sekali. Lastri mencoba menutup matanya tapi usaha Lastri itu sia-sia seluruh anggota tubuhnya seakan tidak bisa di kendalikan bahkan mata Lastri tidak bisa berkedip sedikit pun.

Lastri hanya bisa pasrah dengan air mata ketakutan nya, mau tidak mau Lastri di paksa untuk terus memandangi wajah menyeramkan wanita itu.

Lastri hanya bisa berdoa dalam hatinya, dan berharap ada seseorang yang menolongnya.

Hingga datang sebuah mobil, pengemudi tersebut berkali-kali memencet klaksonnya beruntung sosok wanita itu menghilang. Namun, apa daya Lastri sama sekali tidak bisa bergerak tubuhnya sekaku kayu dengan air mata yang membasahi wajahnya.

Pengemudi mobil itu pun turun dan menghampiri Lastri.

“Mbak minggir saya mau lewat!” ucapnya.

“Mbak!”

Perlahan Lastri kehilangan kesadarannya dan hampir jatuh beruntung, pengemudi itu menangkap tubuh Lastri dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Beberapa jam berlalu Lastri tersadar, perlahan ia membuka matanya dan terkejut mendapati dirinya berbaring di sebuah kasur serta berada di ruangan yang asing.

‘Aku dimana? Bukannya aku tadi di basemen'

Suara seseorang tiba-tiba mengejutkan Lastri. “Kamu sudah sadar rupanya,”

bersambung dulu gengs.

Terpopuler

Comments

Santi Rizal

Santi Rizal

apa karena susuk Lastri JD di teror mahluk astral

2024-07-16

0

neng ade

neng ade

sosok arwah siapa itu .. pasti nya karyawan perusahaan itu juga ya thor

2024-07-15

0

Putri Minwa

Putri Minwa

semangat

2022-11-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!