“Kenapa aku bisa mengalami hal seperti ini?" Lastri bermonolog sambil berlari
Lastri bergegas menuju ruang loker dan berganti pakaian lalu keluar dari kantor itu dengan nafas yang tersengal.
“Lastri!” seseorang menepuk pundak Lastri.
“Astagfirullah! Ayu.” spontan Lastri terkejut.
“Kamu kenapa? Kaya habis di kejar-kejar hantu saja."
“Nggak apa-apa Yu. Kamu belum pulang?”
“Baru aja mau pulang, ayo bareng aku aja,” Ayu menarik tangan Lastri untuk masuk ke mobilnya.
Tanpa penolakan Lastri langsung bergegas masuk ke dalam mobil Ayu. Ayu menyalakan mesin dan menjalankan mobilnya saat di perjalanan Ayu meminta maaf kepada Lastri karena melupakannya.
“Lastri aku minta maaf banget sama kamu, karena aku ninggalin kamu sendirian, aku ke asyikan ngobrol sama teman aku. Maafin aku ya Lastri,” ucap Ayu.
“Nggak apa-apa aku mengerti Yu.”
“Lalu kemarin aku nyariin kamu Lastri, tapi kamu sudah nggak ada aku pikir kamu marah sama aku.”
“Aku sudah dengar gosip tentang kejadian Dinda yang menghina kamu di pesta. Seharusnya aku nggak pergi gitu aja,” pungkas Ayu.
“Sudah aku nggak apa-apa, Ayu. Kamu jangan merasa bersalah seperti itu,” sahut Lastri.
“Oh iya kamu bisa mampir sebentar ke rumahku, aku mau minta tolong.”
“Bisa kok Lastri,” sahut Ayu tersenyum.
Mereka berdua pun tiba di rumah, Lastri bergegas masuk ke kamarnya dan mengambil handphone yang ia dapat dari Emir.
“Anu Yu. Aku mau minta tolong, ini cara pakainya gimana? Semuanya pakai bahasa Inggris aku nggak ngerti,” Lastri menyodorkan handphone dengan tiga buah kamera belakang itu.
“Wah ... Kamu baru beli?”
Lastri menggelengkan kepalanya, “Aku di kasih orang Yu.”
“Serius? Kamu beruntung banget Lastri. Sini aku ajarin pakainya.”
Ayu menjelaskan cara dan apa saja yang bisa di lakukan dengan handphone itu serta tidak lupa Ayu menginstal beberapa aplikasi toko online serta media sosial.
Hanya dalam waktu beberapa menit Lastri paham dengan penjelasan Ayu, Lastri juga sempat menceritakan jika saat pesta ia pingsan dan di bawa oleh seseorang yang bernama Emir ke rumah sakit.
“Astaga! Harusnya aku tidak meninggalkanmu Lastri maafin aku ya,” ucap Ayu penuh sesal.
“Tapi kalau kamu nggak ninggalin aku, aku nggak bakalan dapat ini.” Lastri mengambil handphone barunya.
“Hah? Jadi kamu dapat ini dari dia Kok bisa.”
“Ceritanya panjang sih, tapi dia nggak cuma ngasih ini saja, ada banyak yang dia kasih. Tapi ini nggak cuma-Cuma.”
“Lastri jangan bilang kamu ....”
“Jangan berpikir yang aneh-aneh. Aku bantu dia buka semua kado yang ada di mobilnya dan menyusunnya dengan rapi .”
Ayu tersenyum mendengar penjelasan Lastri dan bersyukur jika sahabatnya itu tidak melakukan hal yang aneh.
“Oh iya Yu. Akhir-akhir ini aku sering melihat makhluk halus bahkan ada yang mengganggu juga.”
“Mungkin itu hanya perasaan kamu aja Lastri karena kamu kecapean, aku pulang dulu ya Lastri udah ma malam soalnya,” Ayu buru-buru berdiri dan berjalan ke luar.
“Ya sudah kamu hati-hati ya Ayu.”
Ayu masuk ke dalam mobilnya dan menjalankan mobilnya perlahan menuju luar gang. Lastri sedikit aneh dengan sikap Ayu yang seakan terburu-buru itu, namun ia tidak mau terlalu memikirkannya.
‘Apa aku harus minta tolong kepada Nilam?' pikir Lastri.
Lastri masuk ke dalam kamarnya, ia berdiri di atas cermin dengan tersenyum ia terus memuji kecantikannya sendiri.
“Susuk itu memang luar biasa, aku bisa secantik ini. Tanda di wajahku juga sudah menghilang,” Lastri bermonolog.
'Besok aku harus mencari bunga kantil untuk ritual ku,' pikirnya.
Lastri naik ke atas kasur dan berbaring sambil sesekali memainkan HP-nya. Lastri tanpa sadar terlelap dan mulai masuk ke alam bawah sadarnya.
Hingga menjelang tengah malam Lastri terbangun karena mendengar sesuatu yang aneh di luar jendelanya.
Suara itu seperti suara burung nokturnal yang biasa bersuara di malam hari, tapi samar-samar suara burung itu terdengar seperti suara cekikikan seseorang.
Perlahan Lastri menyingkai sedikit gorden usangnya itu dan mengintip ke luar namun tidak ada apapun di sana.
“Nggak ada apa-apa. Apa aku salah dengar?” ucapnya pelan sembari menutup kembali gordennya.
Namun suara itu kembali terdengar dan sangat menusuk indra pendengarannya dengan cepat Lastri kembali membuka gordenya. Di balik jendela kaca kecil itu nampak seorang wanita dengan pakaian putih namun sangat usang melayang seakan ingin menghampirinya, terlihat jelas kakinya yang begitu pucat serta rambut yang memutih dan acak-acakan. Ia menyeringai dengan mulut yang menghitam sosok itu bahkan mendekat ke jendela kaca kamar Lastri.
Spontan Lastri pun berteriak dan mundur dengan cepat hingga membuatnya terjatuh dari ranjang kayunya itu.
“Aaaaaa ....”
“Bu ... Ibu!” teriak Lastri.
Dengan terburu-buru Minah Ibu Lastri menghampiri Lastri.
“Ada apa Lastri?” tanya Minah.
“I-itu Bu,” Lastri menunjuk arah jendela dengan gorden yang terbuka.
“Itu apa?” Minah melihat ke arah jendela kaca.
“Ada hantu Bu. Lastri takut Bu,” Lastri berlindung di punggung ibunya.
“Mana? Tidak ada apa-apa. Makanya kalau mau tidur itu berdoa!” Minah menutup kembali gorden.
“Beneran Bu Lastri nggak bohong.”
“Bu. Lastri malam ini tidur sama Ibu saja ya,” pinta Lastri.
“Ya sudah ayo cepat Ibu ngantuk soalnya.”
Lastri dengan cepat mengambil bantal serta selimutnya lalu tidur di kamar Minah.
***
Pagi hari Lastri bangun lebih awal dengan mata lelahnya ia berjalan menuju kamar mandi. Semalaman Lastri tidak bisa tidur karena terus mendengar suara itu.
Usai mandi dan berganti baju, Lastri bersiap untuk berangkat.
“Bu. Lastri berangkat ya.”
“Tumben pagi sekali,” sahutnya.
“Iya Bu, kemarin kerjaan Lastri belum selesai jadi Lastri harus datang lebih awal.”
“Ya sudah kamu hati-hati ya Nak.”
Lastri berjalan menuju depan gang lalu menunggu angkot.
Lastri menaiki angkot dan menuju tempat kerjanya.
“Bang, kiri Bang!” seru Lastri.
Lastri turun dari angkot dan langsung masuk untuk segera bekerja, ia harus menyelesaikan pekerjaannya yang sempat terhenti karena kejadian kemarin.
Lastri mengerjakan pekerjaannya dengan lancar tanpa ada gangguan dari Rita maupun Yanti hingga jam kerja Lastri berakhir. Lastri bergegas berganti pakaian dan berjalan menuju pintu keluar.
Lastri tidak langsung pulang ke rumahnya melainkan pergi ke sebuah gang sempit dengan pemukiman yang padat yang berada tidak jauh dari tempat kerjanya, Lastri menyusuri gang tersebut dan berhenti di sebuah tempat yang menjual perlengkapan kematian serta bunga setaman.
“Permisi Bu.” Ucap Lastri.
“Ya sebentar,” terdengar suara dari dalam.
“Ada apa Nak?”
“Bu, apa bunga kantilnya masih ada?”
“Ada Nak, mau berapa banyak?”
“Nggak banyak sih Bu, tujuh aja,”
“Sebentar ibu ambilkan.”
Tidak lama Ibu itu kembali sambil membawa sekantung kecil bunga kantil.
“Ini Nak. hati-hati Nak, hal yang seperti ini akan banyak resikonya,” ucap Ibu itu seakan mengetahui apa yang akan dilakukan Lastri.
Lastri seperti acuh tak acuh dengan ucapan tersebut, ia memberikan uang lalu bergegas pergi.
Bersambung dulu gengs.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
bagas muhammad
apa lastri melangar pantangan.di teror terus
2024-12-24
0
neng ade
jadi mungkin itu resiko nya dari bunga kantil.. sikap Ayu mungkin ada kaitan nya sm Emir
2024-07-15
1
Adreena
yuvyuvtuvtiuvtuvtuivtuivyvtuvugu
2024-07-13
0