Perubahan Lastri

Lastri berjalan dengan diterangi oleh sorot lampu mobil misterius yang terus mengikuti langkah kaki Lastri secara perlahan, seakan ingin menemani perjalanan Lastri sampai ke rumahnya.

'Aku bingung maksud orang ini sebenarnya, apa dia ingin menemaniku sampai rumah? Tapi ini aneh.’

Tanpa terasa Lastri sampai di depan gangnya, ia menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya menghadap mobil itu.

“Aku sudah sampai. Terima kasih karena sudah mau repot-repot,” ucap Lastri sedikit keras.

Mobil itu berjalan perlahan melewati Lastri dan membuka sedikit kaca mobilnya.

“Lain kali kamu tidak perlu begitu!” teriak Lastri.

Lastri masuk ke dalam gang kecilnya itu sembari berpikir siapa dan mau apa pemilik mobil tersebut sampai berbuat aneh seperti itu.

“Kelakuan orang kaya kadang suka aneh, jika mau bantu kenapa nggak suruh aku masuk mobilnya saja, biar aku nggak cape jalan kaki.

"Ngapain cape-cape ngasih penerangan memangnya aku lagi di hutan pakai acara di kasih penerangan jalan,” Lastri bermonolog.

Lastri masuk ke dalam rumah lalu duduk di kursi sambil memijit kakinya yang pegal.

“Jalan kaki lagi?” Ibu Lastri tiba-tiba muncul.

“Iya Bu. Lastri pulangnya kemalaman susah cari angkot,” ucap Lastri.

Ibu Lastri menyipitkan matanya sembari mendekat ke arah wajah Lastri.

“Tanda di wajahmu memudar Nak, apa kamu akhir-akhir ini memakai kosmetik?” tanya Ibunya.

“Oh ... Ini Bu kemarin Nilam memberikan produk perawatan wajah untuk Lastri,” sahut Lastri.

“Pasti mahal karena tanda di wajahmu sampai memudar seperti itu. Kulitmu juga sekarang sedikit cerah Nak,” Ibu Lastri terus memperhatikan setiap jengkal perubahan Lastri.

“Iya Bu. Alhamdulillah.”

“Bu, Lastri masuk ke kamar ya." Lastri bangkit dari tempat duduknya.

“Ya sudah. Kamu kalau mau makan, ada di atas meja ya.”

Lastri masuk ke dalam kamar dan langsung bercermin, ia tidak menyangka jika perubahannya begitu cepat.

“Padahal tadi pagi masih kelihatan banget, sekarang mulai memudar lagi,” ucapnya senang.

“Besok aku ingin tampil cantik!” Lastri terus memandangi dirinya di cermin.

***

Keesokan harinya lastri berangkat bekerja seperti biasa dengan menggunakan angkot, tapi ada hal yang berbeda yaitu penampilan Lastri ia mengikat rapi rambutnya dan berpakaian sedikit berbeda dari biasanya dengan penuh percaya diri serta senyum sumringah Lastri memulai hari dengan penampilan barunya.

Hingga Lastri sampai di depan kantor dan masuk ke dalam ruang loker, di sana ada Rita dan juga Yanti yang sedang sibuk berganti pakaian.

“Pagi Mbak Rita, Mbak Yanti,” sapa Lastri.

“Pagi.”

Rita dan Yanti menyahut serentak dengan ekspresi bingung seakan tidak mengenali sosok yang menyapanya.

“Kenapa kok Mbak Rita bengong?” ucap Lastri.

“Kamu siapa?”

“Saya Lastri.”

“Lastri? Ha-ha-ha mana mungkin si Keling bisa berubah cantik dalam waktu sehari,” Rita terkekeh tertawa.

“Saya Lastri Mbak,” Lastri berusaha meyakinkan Rita.

“Mbak Rita, sepertinya dia beneran Lastri. Lihat tas jeleknya itu kan yang biasa di pakai si Keling,” ucap Yanti.

“Mana mungkin Lastri bisa cantik dalam waktu satu hari,” bisik Rita kepada Yanti.

“Bisa saja. Kan dia temannya ibu Ayu siapa tahu ibu Ayu yang buat dia jadi cantik. Duit bu Ayu kan banyak,” pungkas Yanti.

Lastri pergi meninggalkan Rita dan Yanti yang asyik membahas perubahannya, Lastri memulai pekerjaanya seperti biasa saat membersihkan area lobi beberapa orang sempat memandanginya lalu memperhatikan nametag yang ia gunakan.

Melihat reaksi orang-orang terhadapnya Lastri merasa sangat senang, karena dulu ia paling benci jika mendapat giliran membersihkan area lobi, di sana ada banyak orang yang menghina fisiknya.

“Wah Lastri ini kamu kan?” Nilam yang baru saja datang langsung menghampiri Lastri.

“Iya Nilam. Oh iya aku berterima kasih sekali sama kamu, kalau saja nggak ada kamu aku pasti nggak bisa seperti ini,” ucap Lastri.

“Apaan sih Lastri. Kami senang jika kamu bahagia Lastri.”

“Kami? Maksud kamu siapa?”

“Oh ... Maksudnya itu aku Lastri. Ya sudah aku naik ke atas dulu ya.”

Nilam bergegas pergi dan masuk ke dalam lift.

Lastri melanjutkan pekerjaannya hingga selesai, hari ini ia merasa sangat senang karena Rita dan Yanti tidak melakukan sesuatu yang buruk kepadanya seperti biasanya.

‘Kenapa orang yang cantik dan tampan akan lebih di hargai ketimbang yang jelek seperti aku dulu? Bahkan untuk berkata kasarpun mereka tidak mau jika yng di hadapannya cantik atau tampan.' Pikir Lastri.

Semua pekerjaan Lastri berjalan normal dan lancar Lastri seakan mendapat kehidupan baru saat bekerja.

Orang-orang yang biasa acuh dan tak acuh padanya kini sering menyapanya bahkan tersenyum ramah padanya.

'Begini ya rasanya jadi cantik, di hargai dan tidak pernah di acuhkan.’

Jam kerja berakhir lebih cepat dari biasanya, karena akan mengadakan acara ulang tahun kantor. Lastri juga sudah berada di rumah Ayu.

“Lastri coba kamu pakai ini,” pinta Ayu sambil menyerahkan beberapa paper bag.

“Apa ini buat aku?” tanya Lastri.

“Iya ayo cepetan cobain!”

Lastri membuka isi paper bag tersebut, sebuah halter dress cantik berwarna merah marun serta high heels warna senada membuat Lastri ragu untuk memakainya.

Namun ,Lastri penasaran untuk mencobanya, ia memakai dress tersebut dan memasang sepatu hak tinggi di kakinya.

“Ayu. Apa ini tidak terlalu terbuka? Aku malu,” ucap Lastri sambil keluar dari kamar ganti.

“Wah ini bagus. Kamu cocok banget pakai baju ini. Aku sengaja pilihkan yang ini biar bahu kamu terlihat, aku juga sengaja pilihin warna ini kayaknya bagus dengan kulit kamu Lastri.” Ayu terlihat senang melihat Lastri memakai dress pilihannya.

“Tapi apa ini tidak terlalu terbuka?”

“Nggak kok. Ini bagus sekarang kamu tinggal aku make up terus kita berangkat deh.”

Rupanya apa yang di katakan Ayu memang benar, penampilan Lastri sangat berbeda di tambah make up natural serta rambutnya yang di tata cantik oleh Ayu membuatnya menjadi pusat perhatian.

“Wah Lastri kayanya malam ini milik kamu deh, liat tuh semua pada ngeliatin kamu,” ucap Ayu.

“Mungkin karena aku aneh,” sahut Lastri.

“Kamu itu cantik Lastri! Oh iya kamu tunggu di sini sebentar ya Lastri,” Ayu langsung meninggalkan Lastri.

“Duh kenapa aki di tinggalin sendirian di sini,” Lastri merasa canggung.

Lastri mencoba mencari tempat duduk karena kakinya sangat tersiksa akibat pertama kali memakai sepatu dengan hak tinggi.

“Duh ... Rasanya jempol kakiku mau meledak! Kenapa orang-orang bisa tahan memakai sepatu kaya gini,” ucap Lastri sembari melepas sepatunya.

Saat Lastri tengah meredakan sakit di kakinya, seorang wanita datang menghampiri Lastri.

“Kayaknya aku nggak asing sama kamu. Kamu karyawan baru?”

“Bukan Mbak. Saya Lastri.”

“Ha-ha-ha kamu Lastri? Serius?” ucapnya dengan tertawa.

“I-Iya saya Lastri, saya di ajak ibu Ayu ke sini,” sahut Lastri.

“Hebat juga si Ayu, si Keling bisa dia sulap jadi kaya gini,” ucapnya menghina Lastri.

Tanpa ada masalah atau kesalahan yang dilakukan Lastri, Dinda salah satu staf administrasi itu menumpahkan minuman yang dia pegang ke kepala Lastri sambil terus menghina Lastri.

“Nah kamu memang bagusnya begini Keling! Jangan sok cantik!” ucapnya sambil menumpahkan minuman ke atas kepala Lastri.

Bersambung gengs jangan lupa dukungannya ya...

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

si Dinda perlu di hajar itu .. semoga aja Ayu melihat tindakan Dinda yg udh keterlaluan

2024-07-15

0

Nur Bahagia

Nur Bahagia

duh Dinda jahat banget sama Lastri..

2024-06-07

0

Nur Bahagia

Nur Bahagia

wah siapa nih yg di maksud "kami".. mencurigakan.. makin penasaran ☺

2024-06-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!