Menepati Janji

Angga sudah mendapatkan apa yang ia inginkan. Sudah dua minggu ini Angga juga tak pernah keluar malam. 

Hubungannya dengan Nay pun hanya tersambung lewat telepon.

Karena sudah apa perjanjian di antara keduanya. 

Angga menghampiri kamar Diana. Saat itu, Diana baru saja menyelesaikan shalat isya.

"Sekarang mana janjimu?"tanya Angga yang berada di depan pintu.

"Iya Mas, sebentar ya," ucap Diana sambil menyimpan mukena di lemari.

Angga masuk ke dalam kamar.

"Ingat Diana, kau harus meyakinkan mama dan papa jika kau iklas untuk dimadu."

"Iya Mas."

Mereka pun turun dari kamar dan menghampiri Bu Wina dan pak Wijaya.

Keduanya duduk sambil melemparkan senyum kepada kedua orang itu.

"Ma, bisa Diana bicara sebentar?"

Bu Wina tersenyum. Ia menduga jika menantunya itu akan memberikan kabar gembira dengan kehamilannya.

"Bicara saja, gitu kok repot. Mama sudah menunggu kok."

Deg 

Deg 

Jantung Diana berdetak kencang. Tiba-tiba saja lidahnya terasa kelu.

Berkali-kali Diana menelan salivanya untuk menghilangkan perasaan gugupnya saat itu.

Sesuatu yang berat dan sangat menyakitkan. Namun, mungkin ini adalah jalan terbaik untuk dirinya dan Angga.

Bu Wina menunggu dengan menatap Diana yang terlihat ragu.

"Ada apa Din?" tanya Bu Wina ketika melihat kecemasan di wajah cantik Diana.

"Ma, Diana boleh meminta sesuatu gak dari Mama ?" 

"Kamu ini bagaimana sih Din ?"

"Minta ya minta saja," kalau mama bisa berikan, tanpa ragu mama akan berikan untuk kamu," sahut Bu Wina.

Suasana pun mulai menegang.

"Ma, bolehkah Diana minta mama melamar seorang gadis untuk mas Angga," ucap Diana gugup dengan bibir yang gemetar.

Bu Wina dan pak Wijaya menunjukkan reaksi yang begitu terkejut.

"Apa?!" Kamu gak salah bicara Diana ?!" Bentak Bu Wina.

Wanita tersebut kelihatan begitu marah.

Diana tertunduk sembari meneteskan air matanya.

Keadaan hening semua larut dalam ekspektasi masing-masing.

Diana menghampiri Bu Wina agar bisa bicara dari hati ke hati. Sementara Angga hanya menyimak dan mengamati sang istri.

Diana menggenggam tangan Bu Wina.

Keduanya saling menatap dan saling meneteskan air matanya.

"Ma, Diana minta agar mama mau melamar dan merestui mas Angga. Mas Angga begitu mencintai wanita itu, karena itulah lebih baik hubungan mereka di halalkan daripada mereka berbuat dosa,"pinta Diana dengan berurai air mata dan bibir yang gemetar.

Bu Wina menatap Diana dengan bola mata yang memerah dan berpendar.

Suasana semakin  hening, keadaan semakin menegangkan.

Bu Wina dan pak Wijaya langsung menoleh ke arah Angga.

Melihat tatapan kedua orang tuanya Angga jadi insecure. Ia pun menundukkan kepalanya.

"Benar begitu Angga?!"tanya Bu Wina dengan nada kecewanya. Bahkan wanita yang melahirkannya itu sampai berurai air mata.

"Iya Ma, Angga mencintai Naysila. Angga janji akan jadi suami yang bertanggung jawab jika mama mengijinkan Angga untuk menikah lagi."

"Apa?! Seenaknya kamu! Lalu bagaimana dengan nasib Diana?!"tanya Bu Wina dengan tubuh yang berguncang.

Hiks hiks hiks.

"Tenang Ma, tenang Ma." Pak Wijaya memeluk tubuh istrinya yang diliputi emosi.

Diana menggenggam tangannya berusaha untuk tak ikut terbawa emosional. Jujur saat itu adalah saat terberat baginya. Angga adalah suaminya dan sejak mereka resmi menjadi suami istri, Diana sudah menanam benih cinta untuk suaminya. Tapi ia juga tak menyangka jika perlakuan Angga terhadapnya karena Angga memiliki wanita idaman lain. 

Selain itu mereka memang hampir tak mungkin bersama karena Angga selalu mengungkit-ungkit statusnya yang telah janda dua kali. 

Sebagai seorang istri yang mencintai suaminya, Diana juga tak mau Angga terus-menerus merasa malu karena menikahi wanita berstatus janda seperti dirinya.

Memang tak ada jalan lain selain mengiklaskan Angga untuk menikah lagi.

"Angga kamu sadar apa yang kamu katakan?"tanya pak Wijaya.

"Sadar Pa, cinta itu gak bisa dipaksa Pa. Percuma kami melanjutkan pernikahan ini . Jika yang terjadi hanya sebatas pernikahan di atas kertas."

Hiks hiks Bu Wina semakin terguncang, hingga tak bisa berkata-kata lagi.

Sementara pak Wijaya menunggu Angga melajukan kata-katanya.

"Kalian baru saja menikah Nga' cinta memang butuh proses. Kenapa tak coba untuk bertahan," nasehat pak Wijaya.

"Angga  tak bisa mencintai Diana Pa! Karena itulah Angga tak pernah menyentuhnya!"

Pak Wijaya cukup kaget mendengar hal itu, hampir saja ia terbawa emosi. Namun sebagai orang yang bijaksana pak Wijaya masih mendengar alasan dibalik keputusan Angga tersebut.

Tapi tidak bagi Bu Wina. Mendengar hal itu, Bu Wina semakin histeris. Ia menangis dan menjerit seperti dirinya yang paling tersakiti dalam hal ini.

"Hua ! Hua! Keterlaluan kamu !"

Sementara Diana menangis sambil menyembunyikan wajah sedihnya.

"Tenang Ma! Tenang kan diri mama," ucap Bu Wina.

"Diana Pa! " tangis Bu Wina semakin jadi, karena membayangkan betapa sakitnya posisi Diana saat itu.

Diana kembali mendekati Bu Wina.

"Ma, tenang Ma, tenang kan diri mama dulu. Diana gak apa-apa Ma," ucap Diana sambil mengusap punggung Bu Wina.

"Hiks hiks Diana, maafkan mama karena telah memaksamu untuk menikah Angga hiks hiks."

Diana memeluk Bu Wina.

"Gak apa-apa kok Ma, mungkin memang jodoh Diana dan mas Angga  memang gak panjang."

Hiks hiks hiks Bu Wina sudah tak dapat berkata apa-apa lagi. Ia terus memeluk Diana.

"Lalu bagaimana dengan kamu Diana ?" tanya Bu Wina.

"Diana akan tetap jadi istri mas Angga sampai mereka resmi menjadi pasangan suami. Setelah itu Diana tak akan pernah mengganggu kehidupan rumah tangga mereka lagi. "

"Ya Allah Diana, kenapa kamu bisa seperti itu Nak, mama tau kamu pasti menderita karena itu."

"Sakit tapi ketika hati kita sudah iklas dan ridho insyaallah semua ini hanya masalah waktu Ma. Diana percaya Ma, pada takdir yang sudah Allah tentukan. Diana iklas mengawal mas Angga hingga mas Angga dan Naysila resmi menjadi suami istri, hiks."

Kedua wanita beda generasi tersebut semakin mempererat pelukannya mereka pun menangis bersama. Sementara pak Wijaya ikut meneteskan air matanya karena terharu mendengar ucapan Diana.

"Diana, andai saja mana masih memiliki seorang putra, tentu mama gak akan menikah kan kamu dan Angga. Bodohnya Angga, dia tak tahu membedakan mana permata dan yang mana pecahan kaca , Hiks."

Bu Wina sungguh menyayangkan jika Angga sampai berpisah dari Diana.

"Kita doakan saja Ma, semoga ini yang terbaik untuk Diana dan mas Angga,hiks hiks."

"Iya Nak, hiks. Mama juga ingin melihat kamu bahagia, mungkin ini jalan yang Tuhan berikan agar kamu tak semakin menderita dengan perlakuan Angga terhadap kamu."

"Iya Ma," sahut Diana lirih.

Setelah keadaan Bu Wina cukup tenang mereka mengurai pelukannya.

"Bagaimana Ma? Mama mau kan melamar Naysila untuk Angga ?"tanya Angga tanpa sabar.

"Baiklah Angga, jika memang wanita pilihan kamu itu bisa membuat kamu berubah jadi lebih baik. Mama sanggupi permintaan kamu. Semoga ini tak sekedar janji di mulut manismu itu, agar tak ada lagi Diana-Diana lain yang menjadi korban, hiks."

Angga tersenyum puas

"Baiklah Ma, tenang saja Angga janji kok. Terima kasih Ma, terima kasih Pa, kamu juga Diana terima kasih ya."

Angga berlalu begitu meninggal orang-orang yang perasaannya telah ia lukai.

Bu Wina menarik tubuh Diana dan kembali memeluknya. mereka pun kembali menangis.

Bersambung dulu gengs jangan lupa dukungannya.

Terpopuler

Comments

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

kenapa harus nunggu Angga nikah dulu baru pisah ?
udah jelas suami lucknut begitu mah langsung aja minta talaq ... ato gugat cerai aja skalian ... biar urusan cepet beres ...

2023-05-09

0

Indah Maya Sari

Indah Maya Sari

waau luar biasa .. sabarmu diama🥰🥰

2022-12-08

0

nesya

nesya

ya Allah Thor, sy baca nya sampai meneteskan air mata sangking marah nya.

2022-12-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!