Sudah seminggu Diana dan Angga pisah ranjang. Komunitas pun jarang sekali terjadi diantara mereka.
Bahkan Angga sudah membawa sebagian pakaian dan barang-barangnya untuk di kamar kosong sebelah mereka.
Diana menunggu waktu seminggu, untuk bisa mengumpulkan keberaniannya bicara pada Angga.
Karena setiap kali bertemu, Angga selalu membuang wajahnya, jika pun terpaksa memandang, Angga pasti memandang dengan tatapan tajam penuh kebencian.
Seminggu ini Diana tak pernah menceritakan keadaannya pada siapapun. Termasuk ayah dan ibu mertuanya.
Tok tok tok" Mas Angga !" Panggil Diana di depan pintu.
Beberapa saat kemudian Angga membuka pintu kamarnya.
"Ada apa?" tanyanya dengan ketus.
"Mas, aku mau bekerja,aku butuh ijin dari mu," ucap Diana dengan wajah yang tertunduk.
"Memangnya apa urusanku. Mau pergi, pergi saja. Gak perlu ijin. "
Diana menarik napas panjang.
"Mas, aku mau bicara sesuatu pada kamu, boleh tidak minta waktu …."
"Aku gak punya waktu !"
Brak... pintu kamar ditutup dengan kasar.
"Astaghfirullah hal Azim, "seketika Diana meneteskan air matanya.
Ia tak pernah melihat laki-laki kasar seperti Angga. Dua pria yang menikahinya terdahulu, adalah pria baik yang berhati lembut pula.
Diana membalikkan badannya.
'Ya Allah, sampai kapan aku bisa bertahan menghadapi suamiku. ' batin Diana sambil menghapus air matanya.
Diana turun menghampiri mertuanya.
Ia pun menarik kursi meja makan, di hadapan kedua mertuanya Diana harus tetap tersenyum.
"Kamu mau kemana Diana ?" tanya Wina ketika Diana sudah berpakaian rapi.
"Mau ke butik Ma, kata karyawan sudah ada beberapa pesanan gaun pengantin."
"Oh Iya. Rencananya, Angga juga akan ikut papa ke kantor hari ini. Sebaiknya kamu minta diantar oleh Angga, Diana. Beri dia tanggung jawab melindungi dan menjaga kamu. Selain itu, kalian bisa menghabiskan waktu berduaan saja, iya kan Pa ?"
Diana tersenyum simpul kemudian tertunduk lagi.
"Kalau itu gak usah khawatir, Papa sudah menyiapkan paket travel honeymoon untuk kalian berdua. Sepertinya kalian memang butuh lebih banyak waktu untuk berdua di tempat-tempat yang romantis."
"Iya benar juga Pa, Diana kamu maunya bulan madu ke mana, ke luar negeri atau di dalam negeri saja ?" tanya Bu Wina.
"Terserah saja Ma. Tapi sebaiknya gak jauh-jauh," sahut Diana.
"Baiklah, Papa akan booking salah satu hotel di Bali saja. Mau berapa lama ? Seminggu atau dua minggu ?"
"Dua minggu dong Pa, Namanya juga orang bulan madu, mana cukup waktu seminggu."
"Baiklah, semoga saja setelah berbulan madu kita dapat kabar baik dengan kehamilan Diana, Ma," cetus pa Wijaya sambil tersenyum.
" Iya semoga saja. "
Angga menghampiri meja makan.
"Selamat pagi Ma, Pa," sapa Angga.
Bu Wina tersenyum menatap putranya dengan bangga.
"Ih Angga, hari ini mama senang melihat penampilan kamu seperti ini Nga, kamu semakin ganteng," tutur Bu Wina dengan senyum sumringahnya.
"Iya dong, kan Angga akan jadi presiden direktur PT Wijaya Abadi," sahut Angga sambil tersenyum.
"Begitu dong. Mama senang atas perubahan kamu Nga'."
" Satu lagi Nga, Papa sudah menyiapkan paket travel honeymoon untuk kalian berdua. Kamu tinggal pilih saja mau perjalanan ke luar negeri atau di dalam negeri saja ?"
"Terserah Diana saja Pa, aku sih menurut saja."
Di hadapan orang tuanya, Angga selalu bersikap manis. Itu semua karena ia ingin mengambil hati kedua orang tuanya, agar bisa mendapatkan jabatan tertinggi di salah satu perusahaan pak Wijaya.
"Baiklah jika begitu, kalian bersiap-siap saja. Diana kamu bisa kan cuti selama dua minggu lagi ?" tanya pak Wijaya.
Diana mengangguk lirih.
"Bisa Pa."
"Baiklah, setelah pulang dari bulan madu, kamu harus fokus bekerja. Karena mulai sekarang kamu sudah memiliki tanggung jawab, ada keluarga yang harus kamu nafkahi."
"Siap Pa," cetus Angga.
"Kalau begitu kamu antar Diana ke butiknya," perintah Bu Wina pada Angga.
"Siap Ma. "
Setelah sarapan, Diana dan Angga masuk ke dalam mobil.
Di dalam mobil keduanya hanya diam. Tak bicara satu patah kata pun.
Diana terus saja tertunduk, ia tak tahu harus bicara apa. Ia takut jika Angga membentaknya kembali.
"Diana, awas saja kamu ngadu sama mama dan papa tentang perlakuan aku sama kamu. "
"Aku bukan tukang ngadu kok Mas," cetus Diana lirih.
"Bagus, kamu tenang saja Diana, jika aku sudah resmi diangkat jadi presiden direktur dari perusahaan papa, akan ada bagian untuk kamu."
"Gak usah Mas, cukup nafkah saja untuk aku, seikhlas kamu saja."
"Lagi pula, aku gak mau terlibat rencana apapun," imbuh Diana.
"Aku gak mengadu, karena aku gak mau membongkar aib rumah tangga kita," tambahnya lagi.
"Kamu itu memang munafik Diana, tapi terserah kamu saja," ucap Angga sambil menyunggingkan senyum tipisnya.
"Terserah kamu menilai aku saja Mas. Tapi jika boleh aku meminta, sebaiknya perubahan kamu bukan hanya sandiwara. Tapi kamu benar-benar berubah, jadi anak yang berbakti dan suami yang bertanggung jawab."
Angga tersenyum. "Berani juga kamu menasehati aku. Aku bisa jadi anak yang berbakti jika dari dulu papa mempercayakan perusahaannya padaku. Dan aku juga akan jadi suami yang baik dan bertanggung jawab jika aku menikahi wanita yang aku cintai, bukan seperti kamu," cetus Angga tanpa jeda.
Diana tersenyum menutupi rasa sakit di hatinya.
"Gimana mau tumbuh cinta jika kamu selalu menghindar dari aku Mas."
"Ya justru itu, aku gak mau sampai jatuh cinta sama kamu, dan kurasa juga itu hal yang mustahil. Sementara jika aku punya kedudukan yang tinggi di perusahaan papa, aku bisa dapatkan wanita manapun yang aku mau."
"Iya Mas, aku tau itu. Aku juga merasa gak pantas untuk kamu. Aku juga gak masalah jika kamu menjadikan aku sebagai batu loncatan. Kamu tenang saja Mas, jika memang kamu sudah memiliki calon istri yang sesuai dengan kriteria kamu, insya Allah aku sendiri yang akan mundur secara perlahan," ucap Diana.
Diana membuang wajahnya ke arah luar jendela.
Hatinya begitu sakit, tapi apa daya, cinta memang tak bisa dipaksakan.
Angga tersenyum mengejek.
"Kamu tenang saja, aku gak akan menceraikan kamu kok, asal kamu tahan saja menjalani pernikahan bersama ku. Ya aku juga punya perasaan meskipun sedikit. Aku kasihan jika kamu harus jadi janda untuk yang ketiga kalinya."
Mendengar hal itu Diana langsung menoleh ke arah Angga.
" Aku gak butuh belas kasihan kamu Mas, aku bisa jalani hidup tanpa kamu. Aku mencoba untuk bertahan. Karena bagiku pernikahan itu bukan sebuah mainan. Ingat Mas, setelah ijab qabul kamu ucapkan, kamu sudah memiliki tanggung jawab dan kamu akan dituntut di akhirat kelak. Begitupun aku, Mas. Aku tetap akan berusaha jadi seorang istri yang baik untuk kamu, meski kamu tak pernah menginginkannya. Sampai ikatan pernikahan kita putus dengan sendirinya," ucap Diana.
bersambung gengs, mumpung jangan lupa like dan komentarnya, sekilasnya saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
yup Diana ... harus punya sikap menghadapi kesongongan Angga ... 👍👍
2023-05-09
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
tetiba jadi PresDir ..... apa gak bakalan bangkrut tuh perusahaan ?
gak pernah ikut ngurus perusahaan juga ..
pak Wijaya keknya ceroboh deh ... 🤔
2023-05-09
0
Ririn Nursisminingsih
nah gitu diana jg lemah..biar ndak ditindas
2022-12-06
0