Calon Menantu Idaman

Pak Wijaya terbangun dari tidurnya dan mendapati sang istri yang tak berada di sampingnya.

Ia pun turun untuk mencari keberadaan sang istri.

Pak Wijaya menuju ruang tamu dan melihat Bu Wina yang terlihat resah seperti menunggu seseorang.

"Lagi nungguin siapa sih, Ma ?"tanya pak Wijaya.

"Lagi nungguin Angga, Pa. Sudah jam dua pagi tapi belum juga pulang. "

Pak Wijaya menghempaskan napas panjang.

"Bukannya setiap hari Angga itu selalu pulang larut malam? "

"Iya Pa, tapi entah kenapa malam ini, mama merasakan resah. Semakin hari Angga semakin gak bisa di atur, Pa. Pulang makin larut saja. "

Huh !

Pak Wijaya menarik istrinya yang berdiri di depan pintu.

"Sini Ma, kita duduk saja."

Kedua suami istri itu mendaratkan bokong mereka secara bersamaan di sofa.

"Mama menyesal Pa, karena telah menguliahkan Angga keluar negeri. Sejak kepulangan Angga dari Los Angeles, Angga berubah jadi nakal gitu."

" Angga bukannya membantu menjalankan bisnis Papa, tapi justru keluyuran setiap malam. Apa kita tarik saja fasilitas yang kita beri ke Angga ya, Pa. Agar dia gak bisa keluyuran lagi."

"Sabar Bu, kita nasehati saja Angga pelan-pelan, karena jika anak seperti dia dimarahi, bukannya makin tobat, nanti justru makin nekat saja. "

"Apa kita Carikan jodoh saja Pa, untuk Angga."

"Haha, wanita mana yang mau sama pria brengsek seperti Angga, Ma. Kalaupun ada pasti wanita tak bener itu. Suka keluyuran, pulang malam , mabuk-mabukkan lagi. "

Kreak tiba-tiba pintu terbuka yang membuat pak Wijaya dan Bu Wina menoleh.

Angga masuk dengan berjalan sempoyongan karena mabuk.

"Angga!" Seru Bu Wina sambil menangis.

"Eh, mama. Belum tidur Ma ? "tanya Angga.

Bu Wina mencium bau alkohol yang menyengat dari mulut Angga .

"Angga ! Mama belum tidur karena menunggu kamu pulang! Kenapa kamu bisa mabuk seperti ini sih Ngga, Hiks, " sesal Bu Reina.

"Aduh mama sih gak pernah merasakan gimana rasanya jadi anak muda jaman sekarang! Masih muda kudu senang-senang dulu Ma. Jangan kuper gitu dong," ucap Angga sambil mencolek dagu Bu Wina dengan maksud mengejek.

Plak!

" Kurang ajar!" Bu Wina mendaratkan tamparan di pipi Angga.

" Mama! Apa-apaan sih ?"tanya Angga sambil menyentuh pipinya.

"Kamu Angga! Mama kecewa sama kamu! "

"Ma, aku tuh tahu apa yang aku lakukan. Nanti jika sudah waktunya aku juga akan berubah kok! Sekarang waktunya aku untuk bersenang-senang dulu! Toh aku belum punya tanggung jawab, kalau sudah menikah nanti aku baru tobat, oke ?!"

"Angga!"

"Udah Ma, aku capek ! setiap hari di omelin mulu!" ucap Angga dengan penuh penekanan.

Angga langsung pergi meninggalkan Wina dan Wijaya.

"Angga! Bisa-bisa kamu bersikap kasar sana mana kamu !"seru Wijaya yang tak terima perlakuan Angga.

"Ah bodoh amat!"

"Angga! Angga!"

Angga terus saja menaiki anak tangga tanpa memperdulikan seruan kedua orang tuanya.

Sementara Wina menangis segugukan melihat putranya telah jauh berubah.

"Angga! hiks hiks!"

***

Pagi harinya

Bu Wina menghampiri kamar Angga untuk membangunkan Angga.

"Nga, bangun ," ucap Bu Widya sambil mengguncang tubuh Angga pelan.

"Apaain sih Ma, aku masih ngantuk nih!" Angga menepis tangan Bu Wina.

"Angga! ini tuh sudah siang ! Ayo bangun, mulai hari ini kamu ikut papa ke kantor!"

"Gak mau! Aku mau masih mau tidur !" Angga kembali menepis tangan Wina. Kemudian ia menarik selimut dan menutupi wajahnya dengan bantal.

"Astaghfirullah Angga!"

Bu Wina kembali mencoba membangunkan Angga dengan berbagai cara. Namun tetap saja Angga tak menggubrisnya .

Bu Wina keluar dari kamar dengan perasaan yang hampir putus asa.

"Bagaimana Bu ? Apakah Angga mau ikut papa ke kantor?" tanya pak Wijaya.

Bu Wina menggelengkan kepalanya.

"Angga justru gak perduli lagi dengan kita Pa."

"Sudahlah Bu, mungkin benar kata ibu, sebaiknya kita carikan jodoh untuk Angga."

Bu Wina antusias sekali ia kembali bersemangat mendengar usulan dari suaminya tersebut.

"Iya Pa, sebaiknya begitu. Dengan menikah, setidaknya ia bisa bertanggung jawab pada keluarganya. Mau tak mau dia harus bekerja."

Iya kan ?"

Tapi gadis mana yang akan kita nikahkan dengan Angga.

***

Setelah sepuluh hari peristiwa tragis yang menimpa suaminya di pelaminan. Diana pun kembali memulai aktivitasnya seperti biasa.

Diana keluar dari kamar dengan menggunakan pakaian rapi.

"Mau kemana kamu Diana ?"tanya Bu Reina.

"Mau ke butik Bu. "

"Oh iya, kamu sudah merasa baikan Nak?"

"Sudah Bu, ibu tenang saja, " ucap Diana.

Setelah mencium punggung Bu Reina, Diana menuju butik miliknya. Sudah sebulan ia tak berkunjung ke butiknya tersebut.

Diana mengangkat sebuah koper kemudian di masukkan ke dalam mobil. Setelah itu ia pun menuju butik miliknya.

"Selamat pagi Bu Diana, " ucap salah seorang karyawan Diana.

"Mira kamu bantu aku memandang gaun ini di manaken itu," tunjuk Diana ke sebuah manaken yang berada di depan etalase.

Diana membuka koper tersebut. Ia pun mengeluarkan gaun pengantin.

"loh Bu, bukannya ini gaun pengantin ibu ?"tanya Mira.

"Iya, mau saya lelang. "

Diana menatap sedih pada gaun penggantin yang ia rancang dan jahit sendiri itu.

'Mungkin selamanya aku tak akan pernah menggunakan gaun ini, karena tak akan ada pria yang akan mau menikah dengan ku,' batin Diana.

Mereka pun memasang gaun tersebut di etalase bagian depan.

Rencananya uang hasil penjualan gaun tersebut akan ia sumbangkan ke panti asuhan.

Meski masih berdukacita atas meninggalnya sang suami, Diana berusa untuk kembali bangkit. Lagi pula dia adalah tulang punggung keluarganya. Ia tak boleh menjadi gadis lemah.

***

Karena kejadian meninggalnya sang suami, fitnah tentang Diana yang menggunakan ilmu hitam pun semakin menyebar.

Banyak mereka yang awalnya bersimpati pada Diana kini mulai mencibirnya.

***

Waktu terus berlalu. Sebulan sudah Diana menjalani Janda keduanya.

Tok tok tok

"Diana ! " panggil Bu Reina.

Pintu pun terbuka.

Diana keluar dengan menggunakan pakaian syar'i. Sebelumnya Diana dan Bu Reina memang aktif di sebuah majelis taklim.

Rencananya mereka hari ini akan mendatangi pengajian di rumah istri seorang pejabat.

Bu Reina dan Diana menghampiri mobil mereka.

"Tuh lihat si Diana dan Bu Reina, mereka mau penggajian tuh," ucap Meri sambil mencibirkan bibirnya.

"Iya, itu hanya kedoknya Diana saja. Namanya sirik tetap saja dosanya gak di ampuni meski ikut pengajian!" cetus seorang wanita lagi.

"Iya tuh, lihat saja nanti. Siapa yang akan jadi korban Diana selanjutnya."

Diana dan Bu Reina mendengar cibiran dari tetangga mereka tersebut. Namun mereka tak ambil perduli.

Bak pepatah mengatakan. 'Anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.'

***

Bu Reina dan Diana tiba di rumah pejabat yang mengundang mereka.

Saat itu sang pejabat mengadakan tasyakuran kelahiran cucu mereka .

Ternya pengajian tersebut di hadiri oleh dua majelis taklim.

Dari majelis taklim An Nur dan majelis taklim An Nissa.

Kedua anggota majelis taklim itupun saling berkenalan. Termasuk Diana yang berasal dari majelis taklim An-Nur berkenalan dengan Bu Wina dari majelis taklim Annisa.

Mereka sempat berbincang-bincang ringan. Saking memperkenalkan diri.

Sebelum acara utama di mulai, mereka membuka acara dengan pembacaan Al-Qur'an yang akan di wakilkan oleh qori masing-masing dari kedua majelis taklim.

"Diana !" Panggil Bu Halimah.

"Iya Bu ada apa ?"tanya Diana.

"Hari ini kamu gantikan ibu sebagai Qori ya ?"

"Loh kenapa harus saya Bu ?" tanya Diana yang tidak percaya diri.

"Tenggorokan ibu sakit, dan menurut ibu, kamulah yang cocok menggantikan ibu. Suara kamu bagus, merdu lagi."

"Ah ibu bisa saja. Tapi saya gak percaya diri Bu. "

"Duh, gak pede kenapa? Sudah, kali ini kamu gak bisa menolak. "

"Ehm iya deh. "

Diana akhirnya setuju untuk menggantikan Bu Halimah sebagai Qori.

Diana duduk di bagian depan dari deretan rombongannya yang duduk di belakangnya.

Diana pun mulai membaca ayat-ayat suci Al Quran dengan tajwid yang benar. Suaranya juga merdu dan lembut.

Suara Diana tersebut bahkan membuat terkagum-kagum anggota majelis taklim An Nisa termasuk Bu Wina.

'Masya Allah, suaranya merdu dan lembut sekali. Wajah Qorinya juga cantik, benar-benar kriteria menantu idaman. ' batin Bu Wina.

Ia terus menyimak dan mengikuti Diana yang mengaji.

'Duh, andai saja gadis itu mau menikah dengan Angga. Aku pasti senang dapat menantu sholeha seperti dia,' batin Bu Wina.

'Selesai acara nanti, aku samperin dia ah. '

Benar saja, setelah selesai mengaji Diana di samperin oleh Bu Wina.

Bersambung dulu jangan lupa dukungannya dengan like, komen dan rare bintang 🌟 lima ya gengs

Terpopuler

Comments

Norma Indah Susanti

Norma Indah Susanti

Lanjut, Kak

2023-10-30

0

rosit 972

rosit 972

moga2 jodoh ketigax aman

2023-07-27

0

Rivan ztunz Lohy

Rivan ztunz Lohy

janda ke duakalinya

2023-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!