Gendhis terbangun dari tidurnya, semilirnya angin di pondok membuatnya merasakan kantuk dan tertidur. Ia beranjak duduk dan celingusan teringat akan mimpinya yang bisa mendengar kupu-kupu bersayap emas bisa berbicara.
Gendhis menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.
"Huh cuma mimpi?" Gendhis mengusap dadanya. Ia berniat pergi dari saung tengah persawahan. Akan tetapi tiba-tiba saja suara seseorang yang datang dari arah belakang mengejutkannya
"Walah Gendhis kamu di cariin dari tadi ternyata di sini toh? Ngapain kamu duduk di ladang persawahan?" seru Siti mendapati seseorang yang sedang ia cari-cari ternyata ada di area persawahan yang jaraknya lumayan jauh dari ponpes.
"Astaghfirullah..." Gendhis terkejut. Sampai membuatnya salah menginjak pijakan di pematang sawah hingga membuatnya terpeleset dan jatuh ke ladang persawahan yang berlumpur dan berair keruh, persis seperti dalam mimpinya.
"Ya Allah Gendhis, kok iso tibo koyok ngene...." Siti menghampiri Gendhis yang terjatuh juga membantu Gendhis untuk berdiri.
"Habis kamu ngagetin aku Siti," kata Gendhis seraya mengibaskan tangannya yang terkena air berlumpur.
"Ngagetin apanya?" jawab Siti, melihat wajah Gendhis yang terlihat seperti memancarkan aura cahaya keemasan, namun Siti tak mau ambil pusing, "ayok cepetan balik ke pondok, kamu ditanyain sama Umi Salma terus, dan satu Ponpes putri sedang mencari kamu," lanjut Siti seraya menggandeng tangan Gendhis.
"Aku tidak kemana-mana Siti, aku hanya duduk di saung," kata Gendhis melihat Siti dari belakang.
Siti menghentikan langkahnya di pematang persawahan, ia berbalik menatap Gendhis, "Sepertinya kamu mengigau Gendhis, di persawahan ini mana ada saung ataupun gubuk?"
Gendhis semakin dibuat kebingungan, mimpinya tadi seperti nyata, dan Siti juga tidak melihat saung yang berada di belakangnya.
"Ada saung Siti, itu saungnya dibelakang ku.." kata Gendhis menunjuk saung di persis di belakangnya hanya berjarak tiga meter darinya berdiri bersama Siti saat ini.
Siti mengikuti arah telunjuk tangan Gendhis, namun tak menjumpai saung yang disebutkan Gendhis. Siti hanya melihat hamparan persawahan yang hijau dan langit yang biru.
"Mana ada saung Gendhis? Yang aku lihat hanya ada hamparan tanaman padi yang hijau dan langit yang biru, aku rasa kamu memang mengigau!" kata Siti bingung dengan saung yang dikatakan Gendhis.
Gendhis melihat kebelakang, sedetik kemudian melihat Siti yang menampilkan mimik wajah bingung, Gendhis kembali melihat kebelakang tepatnya dimana ia melihat saung yang tidak bisa dilihat oleh Siti.
"Jelas-jelas aku melihat saung. Tapi kenapa Siti tidak melihat?" monolog Gendhis dalam hati.
Melihat Gendhis hanya terdiam sembari celingukan ke arah belakang. Membuat Siti berkata, "Sudahlah Gendhis, mengaku saja kalau kamu memang sedang mengigau? Aku hafal betul area persawahan yang luas ini, dan memang tidak ada saung ataupun gubuk,"
Gendhis menatap Siti, ia kembali melihat ke belakang dan masih melihat dengan sangat jelas saung di tengah persawahan ini.
"Benarkah kamu tidak melihat saung di belakang ku, Siti?" Gendhis bertanya kepada Siti guna memastikan bahwa memang Siti tidak melihat saung.
Siti menghela nafas panjang, membersamai ia menggelengkan kepalanya, "Tidak Gendhis. Sumpah aku tidak melihat saung,"
Karena ia memang tidak melihat saung yang dimaksudkan Gendhis, dan tidak pernah ada petani di desa ini yang membuat saung di tengah persawahan. Namun Siti juga merasakan kejanggalan kala melihat aura cahaya keemasan yang memancar dari raut wajah, bukan hanya wajah akan tetapi juga tubuh Gendhis.
Siti menggelengkan kepalanya, menyangkal apa yang dilihatnya dari aura yang dipancarkan Gendhis merupakan khayalannya saja. Siti kembali menggandeng tangan Gendhis untuk kembali ke ponpes, "Sudah ayo, Umi Salma dan yang lainnya sedang mencari mu. Mereka takut, kalau-kalau Bibikmu menemukanmu."
Gendhis melihat saung di belakangnya sekali lagi, lalu mengalihkan pandangannya menatap Siti yang sedang menarik tangannya.
"Mungkinkah benar apa kata Siti, jika aku sedang mengigau. Tapi kenapa saung dan mimpi ku tadi seperti sangat nyata?" selorohnya dalam hati. Gendhis mengikuti Siti.
Gendhis berjalan tanpa alas kaki di pematang persawahan yang berlumpur dan sesekali memijakkan kaki melewati rerumputan.
Namun ada yang membuat Gendhis merasa janggal. Ia sama sekali tak merasakan sakit di kakinya yang semula terluka bahkan sempat jahitan kembali terkoyak hingga membuat telapak kakinya berdarah-darah.
Heran sekaligus bingung membaur menjadi satu dalam hati dan isi kepalanya saat ini, tidak mungkin lukanya yang kembali terkoyak sudah sembuh hanya dalam hitungan jam. Gendhis menggeleng. "Biar nanti aku lihat telapak kakiku setelah sampai di pondok." monolognya dalam hati.
Gendhis terus melihat Siti dari belakang, ia teringat kembali atas pertikaian Maemunah dan Laras.
"Siti bagaimana pertengkaran Maemunah dan Laras?" kata Gendhis bertanya kepada Siti.
"Mereka sudah menerima hukumannya masing-masing," jawab Siti masih terus memfokuskan derap langkah guna melewati pematang persawahan yang berlumpur.
"Jadi mereka sudah tidak lagi bertengkar?" tanya Gendhis guna memastikan.
"Tidak," jawab Siti fokus matanya melihat kearah pematang persawahan, "Aku lebih heran sama kamu, kenapa kamu bisa lari ke sini? Kan itu bukan masalah mu Gendhis, dan seharusnya kalau memang penghinaan yang Laras katakan tidak benar, ya semestinya kamu jangan marah dan kamu tidak perlu kabur seperti ini, sampai mengigau kalau kamu melihat saung, padahal di sekitar persawahan ini tidak ada saung bahkan gubuk." jelas Siti heran dengan sikap Gendhis yang menjauhkan diri setelah mendengar penghinaan yang Laras lontarkan.
Gendhis menghela nafas panjang, pandangannya menunduk menatap kakinya yang menapaki tanah liat persawahan.
"Aku tersinggung, apa aku salah kalau aku marah, Siti? Aku hanya tidak menerima penghinaan Laras," jawab Gendhis bersuara kecil.
"Lain kali tidak perlu kamu dengarkan ucapan pedas Laras. Karena itulah salah satu alasannya si Laras di masukan ke dalam pondok, karena mulut pedasnya. Orang tua Laras berharap Laras dapat belajar lebih sabar dan tidak lagi bertindak sesuka hati." jelas Siti menjelaskan asal-usul Laras mengapa bisa masuk kedalam pondok pesantren khusus putri.
Setelah melewati persawahan dan perkebunan warga, juga melewati perkebunan pondok pesantren khusus putri. Sesampainya di ponpes, Gendhis sudah di tunggu-tunggu oleh beberapa santri dan Umi Salma yang terlihat khawatir.
"Gendhis kamu dari mana saja nduk?" kata Umi Salma bertanya kepada Gendhis seraya memegangi lengan Gendhis.
Dilihatnya beberapa santriwati yang sedang melihat dan berikutnya tatapan Gendhis bersitatap dengan mata teduh Umi Salma. Dapat di simpulkan bahwa wajah Umi Salma memperlihatkan mimik wajah yang khawatir.
"Saya tidak kemana-mana Umi, saya hanya ke saung tengah persawahan," jawab Gendhis.
Bukan hanya Siti Umi Salma dan santriwati yang lainnya pun heran akan ucapan Gendhis, "Saung?" tatapan Umi Salma mengalih kepada Siti.
"Iya Umi, katanya Gendhis cuma berteduh di saung yang berada di tengah-tengah persawahan," jelas Siti menjelaskan dimana ia bertemu dengan Gendhis.
Umi Salma mengernyitkan dahinya, "Setahu Umi, di persawahan yang menuju ke Nogotirto tidak pernah ada saung ataupun gubuk?"
Berulang kali Gendhi mengerjapkan matanya, dan mencoba menyaring semua kejanggalan yang ditemuinya tadi, termasuk mimpinya yang seperti nyata.
Umi Salma melihat raut wajah Gendhis yang tengah kebingungan serta melihat pakaian yang dipakai Gendhis nampak sangat kotor, "Sudahlah Nduk, Umi rasa kamu harus segera membersihkan diri terlebih dulu. Jangan di pikirkan tentang hal yang hanya membuat kamu bingung."
Gendhis menatap Umi Salma, ia mengangguk.
"Kalau begitu saya permisi Umi," kata Gendhis lalu berpamitan penuh kesopanan terhadap Umi Salma dan santriwati lainnya.
...----------------...
Bersambung...
*Menjawab kebingungan di bab sebelumnya... Dan jika masih merasa bingung seperti Gendhis. Ikuti terus kisah hidup Gendhis selanjutnya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
Arif Sunoe
wah komentar ku jur direspon kebingungan ku ..pokoke aq ikuti....silver fans
2022-11-15
1