Naughty

Sela dan Jeno basah kuyup. Hujan deras melanda di tengah jalan dan Sela menolak untuk berteduh.

Ada yang aneh dengan gadis itu, Sela merasa sepeti sedang dikejar orang. Gadis itu menyuruh Jeno ngebut dan memeluknya posesif dari belakang.

Jeno pun hanya fokus menyetir dan menahan dirinya untuk bertanya sampai mereka tiba di rumah Jeno.

Ya, Jeno membawa Sela ke rumahnya karena jarak ke rumah Sela lebih jauh.

"Ini baju mama, pakai dulu." Kata Jeno ketika Sela baru keluar dari kamar mandi yang ada di dapur. Sela yang hanya memakai bathrobe akhirnya kembali masuk ke kamar mandi untuk ganti baju.

"Tante Jessica kemana?" Sela keluar dari kamar mandi dengan handuk yang tergulung di kepalanya, dia mendekati Jeno yang ada di depan mesin kopi sambil meracik 2 kopi susu untuk mereka.

"Lagi pergi ke jeju. Bulan madu katanya."

"Kamu mau punya adek?" Entah kenapa pertanyaan konyol itu tiba-tiba muncul di pikiran Sela.

"Kurasa aku sudah terlalu tua buat punya adek. Lagipula mamah sudah ngga bisa hamil lagi."

Sela hanya mengangguk, dia tidak ingin menanyakan alasannya karena Sela tau itu melanggar privasi.

"Mm.. tadi kenapa??"

Jeno duduk di samping Sela setelah meletakkan 2 cangkir kopi susu di meja. Lelaki itu juga sempat mengambil 2 slice  redvelvet cake dari lemari es nya.

"Ah.. iya.." Karena Jeno membahas ini, Sela jadi teringat sesuatu. Gadis itu berjalan ke sofa lalu mengambil blazer Taeyong yang ikut terbawa olehnya. Lalu dia memberikannya pada Jeno.

"Lee Taeyong tadi sangat aneh, dia tidak berperilaku seperti biasanya, dia juga salah saat aku bertanya tentang pasiennya yang harusnya dia tidak mungkin salah. Maksudku.. yah.. Lee Taeyong itu sangat pintar...."

Jeno menatap Sela dan blazer ditangannya bergantian.

"Lalu ini....?" Jeno menunjuk blazer hitam itu.

"Taeyong memberikan itu tadi saat aku kedinginan. Kau cium baunya... bau itu sangat familiar. Baunya sama seperti bau orang yang menyekapku."

Rahang Jeno menegas, wajahnya berubah sangat serius. Lelaki itu mendekatkan blazer itu ke hidungnya dan mencium aromanya.

"Chamomile dan seperti bau rokok."

"Menurutmu dia benar-benar Lee Taeyong? Apa dia hanya menyamar menjadi dokter forensik?"

Jeno tampak berpikir. Dia menempelkan gelas kopinya di bibir lalu menyeruputnya sesekali.

'Lagi berpikir aja tampan.' Batin Sela.

"Itu terlalu aneh. Kalau dia menyamar menjadi dokter forensik harusnya dia sudah mengambil flashdisk di perut korban tanpa perlu repot-repot menyekapmu."

Iya benar, itu masuk akal. Harusnya Taeyong bisa melakukan pembedahan sendiri dan menyimpan bukti itu tanpa diketahui siapapun.

"Mungkin dia bukan Taeyong. Mungkin hanya mirip." Jeno berasumsi.

Sela meragukannya, karena wajah itu benar-benar sama persis dengan Taeyong.

"Aku ragu. Kau pun melihatnya sendiri tadi kan."

"Aku tidak terlalu mengenalnya."

"Dia seperti Taeyong tapi ruhnya bukan."

"Sepertinya kau sangat mengenal Taeyong yah..." wajah Jeno berubah masam. Mendadak dia meneguk kopinya dengan cepat padahal itu masih panas.

" ya.. kami cukup dekat di tempat kerja. Taeyong biasanya suka menggodaku dia juga suka bercanda. Dan tatapannya itu sangat lembut, sangat berbeda dengan yang tadi. "

Jeno yang awalnya berniat memotong kue nya mendadak jadi tidak mood. Dia sedikit melemparkan garpunya lalu berjalan ke sofa ruang tengah. Sela yang melihatnya jadi merasa aneh.

Tapi gadis itu tidak mau ambil pusing dan melanjutkan menyeruput kopinya.

"Jen.." panggilnya pada Jeno yang sedang menonton tv. Jeno mengabaikannya.

"Jeno !!" 

Jeno masih tidak menjawab.

'Ish.. kenapa lagi dia' batin Sela.

Gadis itu meletakkan cangkirnya lalu berjalan mendekati Jeno.

Jeno tampaknya sedang kesal. Sela mulai mengintrospeksi dirinya apakah ada dari kalimatnya tadi yang menyinggung perasaan Jeno. Dan sepertinya Sela bisa menduga bagian mana yang membuat lelaki itu kesal.

"Kau tau, Taeyong itu di tempat kerja sangat manis, dia sering mentraktirku makan, senyumannya juga sangat manis."

Tepat seperti dugaannya, wajah Jeno bertambah masam dan dia membesarkan volume tv nya seolah tidak ingin mendengar Sela lebih jauh lagi.

Sela terkekeh dan duduk di samping Jeno tapi lelaki itu melengos memunggunginya. Jeno dalam mode marah memang menyeramkan tapi Jeno dalam mode merajuk sangatlah menggemaskan.

"Ayolah Jen.. hanya bercanda, jangan cemburu..." ledek Sela. Jeno masih tidak menggubris.

"Lee Jeno...." Sela menyusupkan jari telunjuknya di bawah ketiak Jeno dan menggelitiknya. Jeno sedikit menggeliat karena kegelian tapi dia masih enggan berbalik.

" Jeno Sayaang..." Sela berkata menggoda dengan senyuman geli di bibirnya.

Gadis itu berdiri dengan lutut di atas sofa dan tangan yang sibuk menggelitiki perut Jeno hingga lelaki itu berbalik.

"Geli Sel..." Jeno akhirnya membuka mulut meskipun itu hanya nada protesnya.

Lelaki itu mulai menatap Sela lalu menggigit bibir bawahnya dan membalas. Mereka terlibat saling gelitik sekarang.

"Hey.. hey curang tanganmu terlalu panjang..." Sela tertawa keras karena geli tapi mulutnya tidak bisa berhenti mengomel. Dia juga berusaha membalas Jeno namun karena dia sendiri kegelian akhirnya Sela hilang keseimbangan dan hampir jatuh kebelakang.

Jeno dengan sigap menangkap tubuh Sela dan menariknya hingga Sela terduduk di pangkuannya. Tubuh Sela sedikit menubruk dadanya. Lelaki itu kemudian terdiam. Dia menatap Sela yang juga tengah menatapnya.

"Sudah marahnya?" Tanya Sela di tengah nafasnya yang memburu.

"Jangan memuji laki-laki lain di depanku." Jeno memperjelas protesnya.

"Iya-iya bawel." Balas Sela.

Gadis itu tak juga beranjak dari pangkuan Jeno dan malah menyamankan dirinya disana. Tubuh Sela yang menghadap Jeno memudahkan gadis itu untuk bersandar dan meletakkan kepalanya di pundak Jeno. Wangi tubuh Jeno yang maskulin langsung menyambut indra penciumannya. Sejujurnya ini sangat nyaman.

"Sel.."

"Hmm...?"

"Kamu...  ngga pakai bra ya??"

Sela sedikit tersentak lalu menjauhkan tubuhnya dari dada Jeno. Dia baru ingat kalau branya basah jadi dia tidak pakai.

"Iya."

Sela menatap Jeno yang juga menatapnya. Anehnya justru Jeno yang merasa canggung sementara Sela tampak biasa saja.

Yaiyalah... di Inggris dia pernah melakukan lebih dari ini. Dia tidak lagi canggung dengan pria.

"Kenapa?? Jeno mau *****??"

Jeno justru membelalakkan matanya. Terkejut akan betapa frontalnya mulut Sela.

"Kamu nakal ya."

"Memang. Kan sudah kubilang aku bukan wanita baik-baik. Makananya jangan menyukaiku."

"Sudah terlanjur Sel.." kata Jeno. Tatapan lelaki itu mendadak turun melihat dada Sela. Ya.. sebaik apapun dia, Jeno tetaplah laki-laki normal yang tertarik dengan hal seperti itu.

"Kenapa dilihatin? Jeno mau ***** hmm???"

Jeno langsung mengalihkan tatapannya ke arah tv. Pipinya memerah dan itu sangat lucu di mata Sela.

"E-engga..." 

"Iya, jangan, nanti kamu mimisan lagi." Ledek Sela.

Sela tidak pernah mengira lelaki garang macam Jeno akan gemetar jika disentuh oleh wanita. Bahkan setiap kali Jeno merasa terangsang lelaki itu akan mimisan.

Sejujurnya laki-laki yang model seperti Jeno ini membuat Sela sangat tertarik. Bisa dibilang dia itu limited edition. Karena, ya.. kebanyakan lelaki yang Sela temui itu mengencani wanita karena ***, dan hanya *** yang ada dalam otak laki-laki. Tapi Jeno tidak. Dia sangat polos dan itu membuat Sela jadi ingin menggodanya. Tapi Sela cukup tau diri, kalau dia tidak benar-benar mencintai Jeno, dia tidak akan mendekati lelaki itu.

Pengecualian untuk hari ini. Jenonya sangat imut dan Sela gemas.

Gadis itu mengarahkan tangan kanan Jeno ke dadanya dan menekannya disana. Jeno langsung menoleh dan menatap ke arah Sela.

"SEL.... "  protesnya lalu menjauhkan tangannya dengan panik.

Tuh kan.. dia lucu...

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!