Kediaman keluarga Lee tampak sangat nyaman dengan suasana yang hangat.
Jessica Jung istri Donghae yang juga mama nya Jeno sebenarnya memaksa Sela untuk menempati kamar tamu di lantai 2, sayangnya Sela terus menolak karena sungkan.
Gadis itu lebih memilih menempati kamar di rooftop rumah tersebut meski tempat itu terbilang kecil. Jessica bilang tempat itu dulunya ruang bermain untuk Jeno saat kecil tapi karena Jeno nya sudah besar akhirnya ruangan itu beralih fungsi menjadi kamar, dan Sela cukup nyaman dengan hanya menempati rooftop tersebut.
Ruangan di rooftop hanya berisi sebuah kamar, dan kamar mandi kecil. Di bagian teras terdapat beberapa sofa yang bisa digunakan untuk bersantai.
Karena keterbatasan tempatnya itu akhirnya Jessica harus membuat dapur dadakan di atas. Wanita cantik itu meletakkan teko dan panci listrik, dan juga mesin pembuat kopi mahal yang mengesankan. Katanya buat jaga-jaga kalau Sela mau masak malam-malam.
Sebuah keajaiban juga bagi Sela bertemu dengan orang yang hangat dan hebat seperti Donghae karena sehari di Korea tidak membuat Sela jadi pengangguran. Donghae memenuhi janjinya untuk memperkerjakan Sela di rumah sakit terbaik di Seoul.
Pagi ini adalah hari pertamanya masuk kerja, tapi sebelum itu dia berencana untuk jogging terlebih dahulu untuk menjaga proporsi tubuhnya.
Sela keluar saat matahari baru terlihat permukaannya, gadis itu bersiap dengan crop top hitam ketat kesayangannya yang dia padukan dengan celana training hitam longgar.
Gadis itu tidak mengambil jarak yang jauh, dia hanya berlari berkeliling kompleks yang kebetulan bersebelahan dengan sungai Han.
Namun Hal yang tidak pernah dia duga justru terjadi.
Diantara sederet orang jogging yang berpapasan dengannya, Sela tidak sengaja bertemu dengan Jeno yang juga sedang jogging.
Selain itu Sela juga tidak mengerti mengapa dirinya memiliki dorongan aneh untuk menyapa lelaki itu atau sekedar beramah-tamah dengannya. Sela pikir ini membuang waktu tapi anehnya dia ingin.
Gadis itu melaju lebih cepat untuk menyamakan langkahnya dengan Jeno.
"Selamat pagi." Sapanya dengan senyuman secerah matahari pagi.
Jeno sedikit terkejut dengan sapaannya dan lebih terkejut lagi melihat penampilan Sela yang cukup terbuka di area perut. Lelaki itu mungkin juga shock melihat abs tipis di perut Sela.
Jeno tidak mengatakan apapun dan berlari lebih cepat agar Sela tidak mengejarnya.
"Dia itu kenapa sih?? Alergi wanita ya ??"
...🐣🐣🐣...
Pagi yang tenang nampaknya hanya akan jadi kenangan bagi seorang polisi seperti Lee Jeno.
Lelaki itu baru saja menempelkan bokongnya di kursi kantor ketika sebuah telepon darurat memecah suasana damai pagi itu.
Seorang pria tua yang merupakan pejabat terkenal negara ditemukan tewas gantung diri di rumahnya.
Lee Jeno langsung menuju ke lokasi saat itu juga dan tidak sengaja bertemu dengan Mark dan Jemin di lokasi.
"Sudah di evakuasi??" Tanyanya, dia memakai sarung tangannya sebelum masuk ke tkp.
"Sudah. Ada bekas jeratan di lehernya. Itu menguatkan dugaan kalau ini memang bunuh diri. Tapi...." perkataan Mark terpotong.
"Aroma tubuh dari mayat tercium seperti almond." Lanjut Mark.
Jeno menatap Jaemin penuh arti. Ketiga detektif kepolisian itu bisa di bilang sangat berpengalaman dengan kasus-kasus semacam ini. Terbukti dengan banyaknya kasus yang sudah berhasil mereka pecahkan.
"Ya. Itu mungkin potasium sianida." Gumam Jaemin.
Jeno memeriksa tkp sekali lagi di temani Mark dan Jaemin.
Ruangan itu tampak berantakan. Seperti telah terjadi perkelahian disana. Tidak di temukan surat wasiat dari korban dan kematian korban bisa di bilang sangat mendadak mengingat korban juga mencalonkan diri menjadi walikota Seoul tahun ini.
"Kita langsung ke rumah sakit saja. Biarkan para junior yang menyisir TKP." Kata Mark.
Ketiganya sepakat pergi ke rumah sakit untuk mengawasi jalannya autopsi.
Sejak lama kantor polisi Seoul bekerja sama dengan universe hospital dalam berbagai kasus. Begitu pula dengan kasus ini.
Mark meminta ijin untuk membuat ijin pemeriksaan di bagian resepsionis sementara Jeno dan Jaemin melanjutkan perjalanan ke kamar mayat.
Beberapa orang disana sudah mengenal mereka karena seringnya mereka bertugas kesana, tapi hal lain justru membuat Jeno terkejut.
"Huh..? Lee Jeno...?" Seorang gadis familiar terkejut saat melihatnya.
"Kami dari kantor polisi Seoul, mau mengawasi jalannya autopsi korban Lee Dongmin." Jaemin mengeluarkan tanda pengenalnya ketika melihat ada orang baru di tim forensik.
"Kau bekerja disini?" Ini pertama kalinya Jeno mengajukan pertanyaan pada Sela setelah 2 hari mereka bertemu.
"Iya. Profesor Lee yang merekomendasikannya."
"Kalian saling kenal? " Jaemin bersiap mengenakan masker dan sarung tangan karetnya sebelum masuk ruang jenazah.
"Dia asisten papaku." Jawab Jeno.
"Hai namaku Rosela Jung. Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik." Kata Sela. Menuntun mereka ke dalam.
"Aku Na Jaemin. Jika kau butuh seseorang yang bisa di andalkan, kau bisa menghubungiku." Jaemin memberi Sela tatapan menggoda.
"Okey Jaemin, aku harap kau tidak menyesal sudah menawarkan dirimu. "
"Untuk wanita cantik sepertimu aku tidak akan menyesal tenang saja. " Jawab Jaemin. Jeno terlihat bosan dengan kelakuan rekannya itu.
"Apa aku perlu mengingatkanmu kalau kita sedang di kamar mayat, bukan di taman bermain?"
Sela menahan senyumannya di balik masker melihat ekspresi lucu yang Jeno tunjukkan. Selera humor lelaki itu sangat buruk kan..?
"Eoh.. Jaemin.."
Tepat sebelum Sela membuka penutup mayat itu, Mark memanggil Jaemin. Entah ada hal penting apa hingga Jaemin harus keluar untuk berunding dengan Mark.
Kecanggungan tiba-tiba menghampiri Jeno ketika hanya ada Sela dan dirinya bersama seonggok mayat dalam satu ruangan. Lebih tepatnya hanya Jeno yang canggung sementara Sela biasa saja.
"Bekas jeratan di leher mayat mendatar bukan menyamping, disini bisa aku simpulkan kalau dia di jerat bukan gantung diri..."
Jeno mengangguk paham, dia melirik Sela sesekali dan menatap mata gadis itu ketika dia sedang menjelaskan.
"Dan ada aroma potasium sianida di mulutnya. Aromanya seperti almond, aku yakin kau juga paham. Di lambungnya juga ditemukan 5mg kandungan sianida. Selain itu ada efek kerusakan paru dan pendarahan lambung sebagai efek tubuh karena terpapar sianida. "
Jeno memperhatikan organ terbuka dari mayat itu. Ini bukan pertama kalinya Jeno melihatnya jadi dia sudah terbiasa.
"Untuk saat ini hanya itu yang bisa aku simpulkan." Kata Sela. Menutup kembali kain penutup mayat.
Sela baru saja akan melepas sarung tangan dan mencuci tangannya ketika tangan mayat mendadak terjatuh dari atas tubuhnya seolah mayat itu sedang bergerak.
Sela yang terkejut refleks memeluk Jeno dan diam dalam posisi itu selama beberapa saat.
"Kau ini ahli forensik tapi penakut." Terdengar nada mengejek dalam satu baris kalimat Jeno.
"Aish.. aku hanya terkejut." Sela melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah wastafel untuk mencuci tangan.
Jeno tersenyum tanpa sadar. Satu tangannya bergerak menyentuh dada kirinya untuk menenangkan denyut jantungnya yang menggila.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments