First Date

"Sudah lama menunggu? Kenapa tidak  masuk ke ruanganku saja?" Sela menghampiri Jeno di tempat parkir.

"Maksudmu ke kamar mayat?"

Sela terkekeh pelan menyadari kekonyolannya. Bagaimana bisa dia mengundang Jeno ke kamar mayat.

"Ayo pergi nanti kemalaman." Kata Sela.

Gadis itu terkejut saat Jeno menuntunnya ke arah sebuah mobil audy putih yang terparkir disana. Sela memicingkan matanya, menatap Jeno heran.

"Pakai mobil?"

"Ini mobil Jaemin. Dia bilang kalau mau kencan harus pakai mobil." Wajah polos Jeno menjelaskan kalau dia benar-benar tidak tau apa-apa tentang hubungan pria dan wanita.

'Oh God.. sepolos itukah dia..' batin Sela.

Jeno bersikap gentleman dengan membukakan pintu untuknya lalu dia masuk dari sisi yang lain.

"Kenapa tidak membantu Jisung sekarang saja? Kenapa harus besok ?" Sela memasang sabuk pengamannya lalu melihat Jeno yang melakukan hal yang sama.

"Karena kita akan kencan hari ini."

Jawaban Jeno itu terdengar menggelikan. Sela bahkan tidak lagi bisa menahan kekehannya. Bagaimana bisa seorang polisi menganggap kencan lebih penting dari pada sebuah kasus kriminal?

Sela tidak punya ide mau pergi kemana.

Akhirnya mereka hanya pergi ke mall dekat rumah sakit dan akan menonton film.

Lee Jeno dengan leather jacket adalah another level of God's masterpiece. Dan sepertinya bukan cuma Sela yang mengakui itu.

Lelaki itu menjadi pusat perhatian begitu dia masuk ke mall. Mulai dari anak muda sampai ibu-ibu akan menoleh dua kali untuk mengagumi betapa indahnya mahakarya Tuhan yang satu ini. Gadis-gadis menatapnya memuja dengan bisikan pujian yang terdengar jelas.

Entah Jeno pura-pura cuek atau dia benar-benar tidak sadar betapa dia terlihat luar biasa, lelaki itu justru bersikap biasa saja. Tidak menyombong, tidak juga terkesan tebar pesona. Karena pesonanya menguar begitu saja tanpa dia melakukan apapun.

"Kalau pasangan berkencan biasanya saling bergandengan tangan."

Jeno tampak terkejut ketika Sela tiba-tiba meraih tangannya lalu menyelipkan jari-jari mungilnya disela jari besar Jeno.

Lelaki itu tegang, seperti baru pertama kali di sentuh oleh wanita. Dan itu sangat lucu.

"Mau nonton apa?"  Jeno mencoba menetralisir kegugupannya. Lelaki itu melihat ke atas ke arah poster-poster film yang sedang tayang.

" The pirates." Kata Sela. Dia yakin Jeno yang membosankan tidak pandai memilih film. Jadi dia mengambil keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat Jeno.

Keduanya duduk berdampingan di dalam bioskop dengan tautan tangan yang tidak terlepas sama sekali. Tangan besar Jeno terasa dingin dan berkeringat, menggambarkan betapa tegangnya lelaki itu.

Sela sengaja melepaskan tautan tangannya tapi tetap membiarkan telapak tangan mereka saling menempel. Sela iseng membandingkan ukuran tangannya dengan tangan Jeno dan membuat lelaki itu menoleh, melihat ke arah Sela dan tangan mereka bergantian.

"Besar ya." Ujar Sela.

Jeno tampak menggigit bibir bawahnya karena malu.

"Baru pertama kali jalan sama cewe ya ?"

Jeno mengangguk malu-malu.

"Santai saja Jen." Sela tersenyum Lembut padanya berharap Jeno akan lebih relax. Tapi Sela salah, Jeno justru semakin berdebar melihat senyumannya.

Film itu tampaknya tidak lebih menarik daripada tangan berurat Lee Jeno. Buktinya Sela lebih tertarik meraba vena Jeno yang menonjol daripada melihat filmnya. Yang lebih bahayanya lagi Sela secara terang-terangan mengelus bulu halus di lengan Jeno.

"Jangan Sel...." Kata Jeno setengah berbisik. Meski suasana di dalam agak remang-remang, Sela bisa melihat wajah memerah Jeno yang menggemaskan.

"Hm? Kenapa? Tanganmu bagus."

"Nanti kalau aku khilaf giamana?" Keluh Jeno. Lelaki itu menahan gerakan tangan Sela.

"Kau benar-benar polos yah Jen.. " Sela terkekeh pelan.

Ini diluar ekpektasi Sela. Lelaki garang semacam Jeno langsung gemetar begitu bersentuhan dengan wanita. 

Sela sendiri karena sudah lama tinggal di luar negri yang bebas dimana skinship adalah hal biasa tampak lucu melihat tingkah Jeno ini. Belum pernah dia menemui lelaki yang begitu pemalu seperti Jeno.

"Jangan tegang dong Jen, baru juga di pegang tangannya."

"Ya kamunya jangan nakal dong." Balas Jeno setengah cemberut. Sela benar-benar terhibur dengan tingkah Jeno. Bahkan sampai film berakhir Sela masih gencar menggoda Jeno seperti dengan sengaja menempel dan bersandar padanya lalu menjatuhkan kepalanya di perpotongan leher Jeno. Sela yakin Jeno sesak napas selama film diputar tadi.

"Pulang yuk.. " Ajak Sela ketika perutnya sudah kenyang setelah makan dengan Jeno dan kakinya juga lelah berjalan.

Jeno mengangguk mengiyakan.

Mereka sampai di rumah pukul 8 malam, masih terlalu sore sebenarnya. Tapi apalah daya fisik keduanya begitu lelah setelah bekerja seharian.

Jessica dan Donghae sedang menikmati secangkir teh bersama di teras rumah ketika Jeno dan Sela datang.

Jessica tampak tersenyum misterius dan menyenggol lengan suaminya.

"Kalian habis kencan yah??" Tanya Jessica.

"Mamah Kepo." Jeno mendengus.

Sela tersenyum kaku lalu menunduk untuk menyapa sebelum berjalan ke arah tangga. Gadis itu juga sempat melirik ke arah Jeno yang masuk kedalam rumahnya sebelum Sela benar-benar naik ke atas.

Ini hanya sebuah kencan. Sela yakin tidak mengikut sertakan perasaannya saat bersama Jeno. Ya.. rasanya seperti kencan-kencannya yang lain saat di inggris, pergi keluar dengan kenalan atau teman, nonton, dan berpelukan sebelum berpisah. Dan dia bisa melakukan itu tanpa perasaan, hanya sekedar kencan sehari tanpa ada permainan cinta. Itu sudah biasa di luar negri kan...

Lalu kenapa dia agak baper sekarang?

Jeno nya terlalu manis mungkin?

BERSAMBUNG...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!