Morning ride

Sela bangun pagi-pagi sekali hari ini, bukan untuk jogging tapi untuk membantu Jessica memasak di dapur.

Jessica sudah melarangnya dan menyuruh Sela jogging saja dengan Jeno tapi Sela menolak. Dialah yang menawarkan dirinya untuk membantu di dapur. Alhasil kedua wanita itu berduet ria seperti sedang lomba memasak. Tentunya di selingi dengan bergosip. Yah.. namanya juga wanita.

"Kau sudah menghubungi papamu ?" Tanya Jessica.

"Hanya berbalas pesan saja tante karena papa bilang dia sibuk, mau bulan madu katanya." Sela mengedikkan bahu acuh. Dia memang tidak terlalu dekat dengan kedua orang tuanya sejak sma, tapi di balik itu Sela tetap menyayangi mereka.

"Oh ya?? Waahh aku jadi iri." Jessica melirik Donghae yang sedang ngopi di sofa ruang tengah.

"Mau juga ??" Kata Donghae sedikit berteriak. Sementara Jessica tersenyum malu-malu.

'Oh.. sial kenapa aku harus terjebak di antara pembicaraan suami istri ini.' Batin Sela.

Bertepatan dengan itu Jeno pulang. Wajahnya terlihat masam dan dia berkeringat dimana-mana.

'Syukurlah, tidak jadi obat nyamuk.' Batin Sela lagi. Dia melirik Jeno yang mendekati wastafel lalu mencuci tangannya sebelum mengambil udang yang Sela goreng tadi.

"Awas panas." Sela memperingatkan. Belum juga menutup mulut Jeno sudah menjatuhkan udangnya karena kepanasan.

"Kau ini, mandi dulu sana sebelum makan. Lihat keringatmu menetes dimana-mana." Kata Jessica.

Jeno tidak mengatakan apapun juga tidak membantah ibunya. Lelaki itu berjalan begitu saja menuju kamarnya di lantai 2.

"Jeno itu anak tunggal ya? Dia irit bicara yah.." komentar Sela.

Jessica terkekeh mendengar pertanyaan itu,

"Iya dia tunggal. Dan ya orangnya memang begitu, kelihatan galak padahal hatinya lembut."

"Masa sih??" Satu alis sela terangkat. Dalam hati ia berbisik, 'lembut dari mananya, ketus gitu.'

"Coba aja pacaran dengannya, kau pasti akan tau."

"Hah? Itu mustahil tante."

"Iya kau benar, Jeno tidak pernah mendekati wanita. Dia belum pernah punya pacar bahkan di usianya yang sudah menginjak 27 tahun."

Sela semakin kaget lagi mendengar itu.

'Wah, Jeno masih perawan dong.' Batinnya.

Hatinya maksudnya yang perawan.

"Coba deh dekati dia. Manatau kalian johoh. " Jessica mengusap punggung Sela dengan kedipan matanya yang mencurigakan.

"Enggak ah tante.. "

"Kenapa? Jeno nya jelek?"

"Bukan itu. Sela malu."

Jessica tertawa keras dengan penuturan Sela. Kalimat Sela berarti banyak hal, dan Jessica mengartikannya kalau Sela tertarik pada Jeno.

Lelaki yang sedang di bicarakan pun muncul dengan setelan kerja formal yang terlihat mengagumkan jika ia yang pakai.

Sela menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang terpaku pada sosok itu.

'Ya Tuhan, tampan sekali.' Batinnya.

"Ayo makan dulu." Kata Jessica.

Donghae yang sejak tadi sibuk dengan ipadnya beranjak dari sofa. Mereka berempat duduk dengan posisi Donghae di sebelah istrinya dan Jeno bersebelahan dengan Sela. Sorot mata Jessica terlihat aneh ketika menatap Jeno dan Sela bergantian, dan dia juga senyum-senyum tidak jelas.

"Kenapa mah??" Tanya Jeno yang sadar akan tatapan tidak wajar mamanya.

"Mama senang, rasanya seperti punya menantu baru."

Jeno dan Sela tersedak secara bersamaan, lalu mereka saling melempar pandangan.

"Mamah.. " Keluh Jeno.

"Kenapa? Usiamu sudah cukup matang untuk menikah, kenapa tidak ada satupun wanita yang kau kenalkan pada papa." Lanjut Donghae.

Jeno yang merasa terbully semakin merengut dan wajahnya bertambah kusut.

"Mungkin dia gay." Ucapan main-main Sela nampaknya di tanggapi serius oleh kedua orang tua Jeno. Donghae dan Jessica melotot ke Jeno sementara Jeno melotot ke arah Sela.

"Benarkah?" Tanya Donghae, menuntut penjelasan.

"Tentu saja tidak, aku normal."

"Aah.. syukurlah.. masih ada harapan punya cucu."

Sela yang masih mendapat lirikan tajam dari Jeno tersenyum kikuk dan membuat tanda piece dengan jarinya.

"Ah ya, Sela, tidak usah naik taksi ke rumah sakit. Berangkat saja dengan Jeno. " kata Donghae di sela-sela makannya.

Sela meletakkan sumpitnya dan melirik ke arah Jeno. Sebenarnya Sela tidak keberatan, tapi sepertinya Jeno sangat keberatan. Keberatan dosa mungkin.

Lelaki itu tidak mengiyakan maupun menolak. Jeno diam saja dan fokus makan sampai acara sarapan pagi berakhir.

Diamnya Jeno membuat keadaan menjadi ambigu. Sela tidak tau apakah Jeno bersedia mengantarnya atau tidak. Jadi Sela tidak mengikuti Jeno ke garasi dan berjalan ke halaman depan seorang diri. Gadis itu juga sudah bersiap dengan aplikasi pemesan taksi online di ponselnya.

Tapi keberuntungan nampaknya masih memihak padanya. Jeno menghampirinya dan memberinya helm.

Sela tersenyum pada Jeno meski lelaki itu masih merengut karena kesal.

"Jangan ngambek, nanti gantengnya ilang." Goda Sela.

Jeno terlihat salah tingkah dengan mengalihkan wajahnya ke sisi lain. Tapi telinganya yang memerah memberitau Sela segala hal.

"Sela naik ke atas motor sport Jeno dengan berpegang pada bahu lelaki itu, lalu dia kembali berucap.

"Jangan ngebut juga, bahaya. Aku belum siap sehidup semati bersamamu. Kalau mau mati, ya mati aja sendiri."

Jeno mengulum senyumannya menahan gejolak aneh dari efek kalimat Sela. Dia merasa geli di perutnya dan hatinya mendadak senang.

'Oh.. perasan apa ini...' keluhnya dalam hati.

"Pegangan." Kata Jeno dengan suaranya yang berat.

Sela sedikit ragu saat merapatkan tubuhnya dan melingkarkan tangannya di perut Jeno. Gadis itu juga secara sembarangan meletakkan kepalanya di punggung lebar Jeno.

Oh !! Tidak taukah dia kalau Jeno sangat tegang dengan perilakunya?

Tapi anehnya bukannya menolak Jeno malah merasa ingin di perlakukan lebih meski jantungnya serasa mau jatuh.

Rasanya tegang tapi menyenangkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!